Bojonegoro-detakpos.com-Local Hero dari PEPC JTB yakni Imam Muhlas dengan programnya SI IMUT MY DARLING, (Integrasi Ikan-Magot-Unggas-dan Ternak Bersama Masyarakat Sadar Lingkungan). Mengolah sampah menjadi bernilai dan bermanfaat bagi masyarakat Desa Sendangharjo, Ngasem, Bojonegoro.
Imam Muhlas dengan Bank Sampah Mandiri, Keluarga Harapan selain mampu menjaga lingkungan dari sampah bersama masyarakat sadar lingkungan ternyata juga bermanfaat bagi tambahan penghasilan warga.
Imam Muhlas mengungkapkan ide awal mengelola sampah kearena sampah terus bertambah dan kurang sadarnya pengelolaan sampah berdampak serius pada lingkungan. Berangkat dari itu, sejak tahun 2017 Imam Muhlas pertama mengajak anak dan istri, keluarga terdekat dianjutkan ajak ibu-ibu jamaah tahlil menampung sampah plastic atau rongsokan. “Inovasi nabung sampah plastic buat bayar PBB yang pajaknya antara Rp 30 ribu – Rp 50 ribu mampu pelan-pelan menggugah masyarakat. Dalam setahun 4x timbangan dari jumlah kecil terus meningkat,” katanya.
Imam Muhlas menambahkan dari awal dianggap bakul rosok dikembangkan dengan pemanfaatan sampah organic tiru. Tidak hanya sampah rosok tapi sampah organic yang kini dilakukan masyarakat di empat desa di Kabupaten Bojonegoro.
“Visi yang diusungnya adalah “Resik Mandiri, Keluarga Harapan”. Misinya menjadikan lingkungan Desa Sendangharjo bersih dan sehat.”
Kini ada 350 warga yang sudah bergabung dengan bank sampah ini dan setiap tiga bulan sekali, sampah yang terkumpul akan ditimbang dan dirupiahkan untuk menjadi tabungan pribadi warga. Muhlas berkeliling untuk mengepul sampah-sampah tersebut dari warga. Lalu sampah-sampah tersebut dipilah-pilah, dikelompokkan berdasarkan jenisnya dengan memisah-misahkan sampah kertas, plastik, daun, ke dalam wadah yang berbeda.
“Tahun 2017, sekali timbang, kami bisa mendapat empat kuintal. Bisa berupa botol obat pertanian, botol air mineral, penanak nasi rusak, kardus, kertas, dan lain-lain,” ujarnya.
Sementara itu Muhlas menambahi bahwa pada tahun 2017, sampah yang terkumpul sudah dapat menghasilkan. Tahun 2017, nominal sampah-sampah yang dikepul jika diuangkan setara dengan Rp 8 juta. “Tahun 2018, kami menyewa rumah kosong. Rencananya sampah-sampah ini kami timbun dan pilah. Namun harga sampah kemudian turun drastis pada 2019,” kata Muhlas. Muhlas dan kawan-kawan mulai berbenah setelah mendapat pelatihan dari PT Pertamina EP Cepu. Dalam pelatihan itu, kelompok bank sampah mendapat pelatihan manajemen komunitas pengelolaan sampah, pelatihan bio konversi sampah organik dengan lalat hitam (maggot), pupuk padat dan organik, studi Tiru ke desa wisata sadar lingkungan. Mereka juga menerima kebutuhan perlengkapan bank sampah seperti kendaraan pengangkut sampah, dan gerobak pengangkut sampah.
“Tim kami dilatih bagaimana mengelola sampah dengan baik, pembukuan, pencatatan buku tabungan, dan studi tiru (di Banyumas). Kami difasilitasi rumah pilah sampah dan dibantu pengadaan kendaraan roda tiga, mesin pencacah organik, bak pilah sampah, dan alat tulis kantor,” kata Muhlas.
Kini Imam Muhlas sejak tahun 2019 bersama PT Pertamina EP Cepu memulai pengolahan sampah organic berbasis rumah tangga dan sampah pasar system BSF. Sampai sekarang pilah dan pengoahan limbah 7-8 ton sejak Juni 2023, mengolah limbah an organic menjadi bahan bakar alternative, integrasikan hasil olahan sampah di bidang perikanan, peternakan dan pertanian dengan nilai ekonomi lebih dari Rp 60 juta. juga menciptakan lapangankerja baru untuk 11 pemuda dan 11 rumah tangga sebgai teaga pengelola bank sampah.(d/7)