UPN ”Veteran” Yogyakarta Lakukan Pendampingan Perajin Jamu Empon-Empon

BantulDetakpos.com.Dusun Dronco, Desa Girireja, Imogiri, Bantul, Yogyakarta, merupakan centra pembuatan jamu empon–empon instan dan jahe merah instan.

Pembuatan jamu tersebut dilakukan oleh dua kelompok ibu-ibu yaitu pengrajin jamu “Rekso Lestari” dan kelompok pengrajin jahe merah instan “Seger Waras”.

Kapasitas produksi perhari kurang lebih 25 kg untuk jamu empon-empon instan dan 20 kg untuk jahe instan. Lokasi Dusun Dronco ini terletak hanya 0,5 km barat daya makam raja-raja Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta yang saat ini oleh Pemda Yogyakarta dijadikan tempat wisata religius.

Adapun jenis olahan jamu empon-empon yang diproduksi antara lain adalah temu lawak, temu giring, temu hitam, adas, puyang, kunir asem, beras kencur, dan jahe. Produk jamu empon-empon instan dan jahe merah ini sangat diminati oleh masyarakat karena rasanya segar dan dapat menambah daya imun tubuh.

Menurut keterangan Ibu Umi, ketua kelompok, semenjak pandemi Covid-19 ini permintaan empon-empon dan jahe merah instan meningkat hampir 400% .

Peningkatan yang sangat tinggi tersebut menyebabkan sebagian permintaan belum bisa dilayani karena saat ini proses produksi masih menggunakan tenaga manual. Permintaan produk jamu empon-empon instan dan jahe instan ini bukan-hanya dari wilayah Yogyakarta tetapi hampir dari seluruh wilayah Indonesia.

UPN”Veteran” Yogyakarta melalui program hibah pengabdian internal Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat (LP2M) pada bulan Agustus sampai bulan November 2020, sedang melakukan pendampingan terhadap kelompok usaha tersebut.

Gunawan Madyono Putro, S.T, M.T. ketua program mengatakan, pendampingan yang dilakukan meliputi inovasi peralatan perajang jamu dan pelatihan manajemen usaha untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk.

Dalam kegiatan pendampingan ini UPN”Veteran”Yogyakarta juga memberikan bantuan mesin perajang jamu yang fungsinya sudah disesuaikan kebutuhan kelompok perajin.

Kemampuan mesin perajang yang disumbangkan di antaranya adalah memiliki kecepatan produksi 25 – 30 kg perjam, dapat melakukan perajangan dengan ukuran ketebalan yang seragam.

Kemudian biaya bahan bakar/listrik rendah yaitu Rp 50 / kg. Pengoperasiannya mudah dan aman dan cocok dengan kebutuhan dan keinginan dari kelompok perajin.

Berdasarkan wawancara dengan warga kelompok perajin belum lama ini, mereka mengatakan, sejak ada pelatihan managemen usaha dan bantuan mesin perajang, saat ini produksi jamu dapat meningkat hingga 400%.. Warga kelompok juga merasa puas dengan cara kerja mesin yaitu lebih cepat aman dan nyaman dalam pemakaiannya.

Mereka mengatakan bahwa dengan bantuan mesin perajang ini dapat menambah motivasi warga kelompok perajin untuk mengembangkan usahanya.

Harapan dari masyarakat sekitar adalah hasil panen jejamuan yang selama ini hanya dijual dipasar dalam bentuk mentah nantinya bisa diolah dulu menjadi jamu instan sehingga dapat menambah keuntungan petani maupun warga sekitar.(ad)

Editor: A Adib

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *