JP3T Launching Gerakan Emak-Emak ”Grudug” Menteri

JakartaDetakpos-Jaringan Perempuan Peduli Pengendalian Tembakau mengadakan workshop dengan tema “Cukai Rokok dan Mengapa Harus Mahal”, di Jakarta. Acara itu sekaligus launching Komunitas Perempuan Bersuara Untuk Sehat.

Rokok sebagai penyebab kemiskinan dan pengeluaran keluarga miskin untuk membeli rokok menempati urutan kedua setelah biaya beras sehingga mengurangi “jatah” biaya belanja makanan bergizi, kesehatan, pendidikan dan seterusmyaMudahnya rokok dijangkau oleh masyarakat, bahkan oleh anak-anak, berkaitan erat dengan pemberlakukan cukai pada rokok.

Sayangnya, hingga saat ini, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui seluk beluk pentingnya cukai diberlakukan pada rokok. Bahkan, konsumsi rokok di Indonesia masih menjadi pemandangan yang umum ditemui, sehingga upaya membatasi konsumsi rokok kadang dianggap berlebihan.

Dr. Abdillah Ahsan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, mengemukakan, rata-rata penikmat rokok membelanjakan Rp 600.000 per bulan atau Rp 7.200.000 per tahun dan Rp. 72.000.000 per-10 tahun.

“Padahal, jika tidak digunakan membeli rokok, maka kita bisa menabung sebesar Rp. 600.000 per bulan dalam 10 tahun mendapatkan minimal Rp. 72 juta, tidak mubazir dan badan lebih sehat” ujar Ahli Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Dr. Abdillah Ahsan kepada Peserta workshop“Cukai Rokok dan Mengapa Rokok Harus Mahal”, yang digelar oleh Perempuan Peduli Pengendalian Tembakau, kemarin.

Sementara itu, tanpa disadari, besarnya konsumsi untuk rokok juga berdampak pada perempuan yang seringkali memainkan peranan penting dalam keluarga. Harga rokok akan berpengaruh pada pengeluaran rumah tangga.

Total pengeluaran keluarga miskin untuk membeli rokok sebesar 12,56 persen, menempati urutan kedua setelah biaya kebutuhan beras yang mencapai 15,51 persen. Dina Kania dari WHO (World Health Organization) memperkirakan jika semua negara menaikkan cukai sebanyak 50%, jumlah perokok akan berkurang 49 juta, dan jumlah kematian akan berkurang 11 juta.

“Menaikkan cukai rokok akan meningkatkan penerimaan negara. Jika semua negara menaikkan cukai rokok sebesar 50% perbungkus, Pemerintah seluruh dunia akan mendapatkan ekstra penerimaan negara sebesar US$ 101 Milyar”, ujar Dina dalam kesempatan itu pula

JP3T me-launching Komunitas Perempuan Bersuara untuk Sehat dengan membuat gerakan EGM (Emak-emak ‘Grudug’ Menteri’). Gerakan EGM, Emak-emak ‘Grudug’ Menteri lahir dari komunitas akar rumput ditingkat RW yang menyuarakan dukungan terhadap pengendalian tembaku dan menuntut Menteri-menteri melakukan aksi nyata untuk melindungi keluarga dan anak atas bahaya rokok.

“inisiatif para ibu-ibu yang begitu resah melihat anak-anak sekolah mulai kecanduan rokok. Mereka.khawatir karena dampak rokok akan menghancurkan kesehatan anak-anak dan masa depan mereka”, ujar Dete Aliah Program Officer JP3T dalam pembukaan workshop tadi.

“Karena itu para ibu bersatu untuk menyuarakan kegelisahannya kepada pihak-pihak yang memiliki peran besar untukk bisa merubah keadaan.” Ujarnya kembali. (dib)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *