Surabaya–Detakpos-Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa terus mendorong akselerasi peningkatan produksi sektor perikanan dan kelautan dari hulu hingga hilir. Salah satu strateginya dengan melakukan diversifikasi dan memberikan nilai tambah pada produksi ikan laut dan ikan tawar dengan prinsip petik olah kemas jual.
Proses ini membutuhkan intervensi skill, inovasi dan teknologi sehingga masuk kategori ekonomi kreatif. Industri pengolahan yang cukup strategis di Jatim antara lain makanan dan minuman. Jika ada sentuhan pengolahan dan pengemasan yang inovatif dan kreatif maka nilai tambahnya akan semakin tinggi dan jangkauan pasarnya juga semakin luas.
“Dengan menerapkan proses petik olah kemas jual yang di lakukan dengan berbagai inovasi dan skill yang mumpuni serta teknologi tepat guna yang mudah dijangkau UMKM dan Koperasi, maka ekonomi kreatif dari makanan dan minuman (mamin) berbahan baku ikan akan semakin variatif produk akhirnya. UKM dan Koperasi terjangkau akses peralatan mesinnya. Akhirnya inovasi berjalan, UMKM berkembang, pendapatan masyarakatpun bertambah,” kata Khofifah usai acara Jatim Fish and Marine Exhibition 2019 serta Pemecahan Rekor MURI Penyajian 11.089 Ekor Bandeng Presto Terbanyak di Parkir Timur Surabaya Plaza, Jum’at (15/11).
Khofifah mengatakan, salah satu contoh penerapan proses petik olah kemas jual terlihat dalam pameran ini. Seperti ekstrak ikan tuna bisa dijadikan cokelat sehingga anak-anak bisa tertarik mengkonsumsi. Kemudian ekstrak ikan yang dicampur dengan daun kelor yang dikenal mengandung vitamin dan antioksidan tinggi, serta buah mangrove yang diolah menjadi sirup dan es krim.
“Hal ini bisa memperkaya tidak hanya jualan produk tapi saling belajar dari mereka yang sudah cukup advance hilirisasi petik olah kemas jual produksi ikan. Setelah ini baru kita dorong untuk mediasi jejaring pemasarannya,” katanya.
Khofifah lantas menceritakan, beberapa waktu lalu ia bertemu dengan para Konsulat Jenderal (Konjen) RI yang akan bertugas di beberapa negara di Gedung Negara Grahadi. Dari pertemuan tersebut, salah satu Konjen RI yang bertugas di Jeddah, Arab Saudi mengungkapkan bahwa kebutuhan ikan patin saat musim haji baru bisa disupport Jatim sebanyak 10 persen, dan dari Indonesia total 25 persen.
Menurutnya, produksi ikan patin terbesar dan terbaik di Indonesia adalah dari Tulungagung. Namun saat ini petani patin di Tulungagung kewalahan memenuhi permintaan yang sangat besar itu.
Ke depan dirinya berharap bisa meningkatkan budidaya patin dari Jatim sehingga bisa mensuplai kebutuhan tidak hanya dalam negeri tapi juga luar negeri.