Jakarta–Detakpos-Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Arief Poyuono menyarankan, pemerintah menyelamatkan perekonomian nasional akibat nilai rupiah yang semakin melemah terhadap dolar AS.
”Pemerintah harus mengeluarkan peraturan, para eksportir agar melakukan transaksi penjualannya mengunakan bank di dalam negeri tidak di luar negeri,”ujar Arief di Jakarta, Sabtu (7/7).
Begitu juga untuk menahan arus keluar hot money dari investor asing yang menanamkan modal di Pasar modal. ”Dengan mengeluarkan aturan pengetatan keluarnya hot money dalam bentuk dolar AS dari pasar keuangan dan pasar modal,”ujarnya.
Arief mengatakab, keadaan akan semakin tidak menentu kurs rupiah pada saat hari dan seterusnya dengan dimulainya perang dagang antara Amerikan Serikat dan China, dalam upaya Amerika melindungi industri lokal dari serangan produk produk China.
”Kita bantu dengan mengkampanyekan pada masyarakat untuk mengunakan produk produk lokal saja. Dan jika tidak penting sebaiknya pejabat pejabat negara dan anggota legislatif tidak usah pergi ke Luar Negeri,”tuturnya.
Arief juga meminta pemerintah transparan terhadap keadaan keuangan Negara. ”Hutang sudah mencapai berapa sebenaranya, apa sudah 6.000 triliun dolar AS ya,”tanyanya.
Juga menanyakan apa benar para investor luar negeri pemegang Surat Utang Negara Indonesia yang dijual oleh pemerintah dalam bentuk SUN dan obligasi berjumlah 40 miliar dolar AS atau setara Rp 540 triliun akan dilepas oleh para Investor tersebut.’
‘ Kabar dari Fund Manager di Singapura dan Hongkong kalau dalam tiga minggu ke depan akan terjadi capital flight dari pasar. Ini perlu penjelasan Pemerintah,”tutur dia.
Hasil prediksi para analis, dan para trader, harga minyak mentah dunia bulan depan akan segera mencapai kisaran Rp 70 dolar AS- 80 dolar AS/ barel. Padahal setiap hari butuh 180 juta- 200 juta dolar AS untuk import BBM. Dan Komoditas eksport yang Jadi andalan Indonesia yaitu produk CPO sudah tidak diterima masuk ke China dan Eropa, sehingga eksport CPO makin turun volumenya.
Dan harganya ditambah lagi ada pungutan ekspor CPO sebesar 50 dolar AS/tonSementara katanya menghadapi Climate Change /perubahan iklim akan Impor beras, jagung dan sebagsinya.
Arief juga mengingatkan pada bulan Agustus 2018 jatuh tempo utang utang Luar Negeri milik Pemerintah dan swasta, sehingga kebutuhan mata uang dolar AS meningkat dalam jumlah besar.(dib).