Polemik Anjloknya Harga Sawit

  • JakartaDetakpos-Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Plasma Kelapa Sawit Indonesia ( APPKSI ), Arief Poyuono mengatakan, petani saat ini membutuhkan solusi terhadap anjloknya harga sawit akibat pengaruh elonomi global, bukan beralih menanam jengkol, pete yang membutuhkan waktu panjang.

Hal itu diungkapkan Arief Poyuono yang juga Wakil ketua Umum DPP Partai Gerindra, menanggapi pernyataan
Presiden Joko Widodo terkait solusi Jatuhnya harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit.

“Yang perlu diutamakan mencari solusi agar bisa meningkatkan harga Tandan Buah Segar yang sudah turun sangat drastis,”ujar Arief via WA di Jakarta, Selasa (18/12).

Dia mengatakan, saat harga sawit tinggi dan harga CPO mahal, pemerintah memungut ekspor yang nilainya 50 dolar AS lalu diberikan kepada para konglomerat sawit yang memiliki Industri biodiesel

“Anehnya lagi pengunaan dana pungutan usaha perkebunan sawit di salurkan ke Industri biodiesel yang katanya untuk subsidi biodiesel B20 mengunakan Keppres Dan Perpu yang melanggar UU No 39 tahun 2014 tentang Perkebunan.”

Arief mempertanyakan keberpihakan Joko Widodo kepada para petani dan pemilik kebun sawit yang tidak pernah menikmati pengunaan dana pungutan perkebunan sawit.

Dikatakan, pohon Jengkol itu untuk memasuki masa panen pertama kali, baru akan berbuah pada usia lima tahun​ dan pohon pete juga memerlukan masa pembibitan hingga enam bulan dan berbuah baru empat tahun

Sedangkan sawit itu cuma membutuhkan 2,5 hingga 3 tahun sudah bisa produksi

Menurut dia, petani sawit dan pengusaha kebun sawit membutuhkan kebijakan pemerintah untuk bisa mencari jalan agar harga harga TBS bisa kembali ke harga Rp 1200/ Kg karena saat ini terus turun hingga Rp 300/kg. “Itu saja kok suruh nanam pete sama jengkol,”tuturnya.

“Ini dampak jatuhnya harga sawit dan CPO terhadap perekonomian nasional dan pemasukan negara,”ungkap dia.

Dampaknya juga jika terus harga sawit anjlok, menurut dia akan ada PHK buruh besar besaran di sektor perkebunan sawit, lalu berdampak pada pendapatan petani sawit yang mengarah pada peningkatan kemiskinan petani sawit apalagi harga sembako di area perkebunan sangat mahal sekali karena kebanyakan di remote area

“Ancaman kredit macet perbankan pada pinjaman petani plasma dan perusahaan perkebunan sawit akan terjadi,”tambah dia.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo menyarankan kepada masyarakat yang sebelumnya berkebun kelapa sawit agar beralih menanam jengkol dan pete.

Harga jual kelapa sawit yang menurun drastis di Indonesia, menjadi alasan Jokowi meminta petani beralih ke komoditas dengan harga terjangkau.

Hal itu disampaikan Jokowi yang juga calon presiden petahana, saat memberikan pembekalan kepada seluruh calon anggota legislatif partai politik pengusung dan pendukung di Provinsi Jambi, Minggu, 16 Desember 2018.

Jokowi mengatakan, menurunnya harga sawit disebabkan faktor ekonomi global. Sawit sangat sulit menjangkau harga tinggi disebabkan banyaknya hasil perkebunan itu yang mencapai 13 juta hektare dan produksinya 42 juta ton.

Kalau dimasukkan truk itu sudah 10 juta truk sawit, jadi permintaan kurang karena adanya problem ekonomi global.

Atas dasar itu, Jokowi menyarankan masyarakat agar tidak menanam sawit lagi. Ada baiknya menanam kopi, kulit manis, jengkol, dan petai karena harganya jualnya tinggi. “Jangan permasalahkan jengkol dan petenya, namun harganya dilihat terjangkau,” kata Jokowi.

“Tanam lah kopi, kulit manis, jengkol dan pete, dan lebih bagus manggis, karena permintaan sangat tinggi oleh negara tetangga, seperti Thailand, Jepang, Singapura, Taiwan, Hong Kong dan lainnya, sangat besar permintaan buah manggis,” ujarnya.(dib)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *