Virus Serang Software Ekonomi Indonesia

JakartaDetakpos-Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Arief Poyuono mengingatkan Presiden Joko Widodo perlu mempersiapkan contengency plan untuk bisa terhindar dari krisis ekonomi.

Pasalnya virus pelemahan
ekonomi sudah menyerang software perekonomian nasional seperti menurunnya industri pariwisata, pusat perbelanjaan, restoran, industri jasa penerbangan yang mengandalkan turis dari China

Arief Poyuono menyebutkan krisis ekonomi dan rontoknya nilai tukar Rupiah, serta perlambatan perekonomian nasional tidak bisa dihindari. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor akibat penanganan Covid-19. (Virus Corona) di China hingga kini belum menemukan titik terang.

“Hal ini menyebabkan industri di Provinsi Hubei tempat asal corona vIrus tersebar, masih belum ada aktivitas sejak liburan tahun baru Imlek,”ujar dia.

Dan begitu juga dengan provinsi lain di China yang belum semua aktivitas produksi berjalan.

“Tentu saja ini akan memberikan dampak dengan menurunnya PDB di China di kwartal pertama 2020 hingga mencapai 1,28 persen,’tutur Arief di Jakarta, Senin (17/2).

Dan, lanjut dia, ini berakibat terjadi penurunan terhadap pertumbuhan China hingga 1-2 persen di tahun 2020 , di mana pertumbuhan China yang diprediksi dikisaran 6 persen di tahun 2020 bisa turun menjadi 4,5 hingga 5 persen nantinya

Melambatnya pertumbuhan ekonomi China ini juga berdampak pada negara lain. Indonesia terdampak paling besar jika dibandingkan negara lain karena China merupakan tujuan utama ekspor Indonesia.

“Gejolak-gejolak ekonomi China berdampak lebih besar ke pertumbuhan ekonomi di Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain. Saat ini, 20% tujuan ekspor Indonesia adalah ke China,”tandasnya.

Apapun yang terjadi pada Produk Domestik Bruto (PDB) China, akan berpengaruh terhadap PDB Indonesia. Setiap penurunan pertumbuhan ekonomi China 0,5% akan berdampak terhadap penurunan ekonomi Indonesia sebesar 0,1%.

Apabila perekonomian China terus melambat selama 4 kuartal, menurutnya, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan turun sebesar 1.68 %. “Artinya pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan di bawah 5 persen.”

Hubungan ekonomi Indonesia dengan China dalam 10 tahun terakhir ada tiga channel yaitu, trade, financial, dan commodity price channel.

Saat ini, kondisi perdagangan Indonesia amat bergantung kepada China. Indonesia memandang sebagai tujuan utama ekspor barang-barang dan komoditas serta sebagai sumber pembiayaan investasi proyek proyek infrastruktur dan masuknya investasi ke Indonesia untuk bisa menciptakan lapangan kerja karena itu salah satunya membuat Omnibus Law.

Kondisi perdagangan Indonesia bergantung dari China karena saat ini menjadi tujuan utama ekspor Indonesia, ekspor ke China meningkat drastis dari sisi nilai dan volume

“Komoditas yang diekspor ke China antara lain batu bara, karet ,nikel dan minyak sawit,”kata dia.

Tragedi Grey Rhinos , black swan ( Krisis Hutang ) serta serangan Virus Corona di China menjadi faktor yang sangat besar dalam mempengaruhi berkurangnya ekspor Indonesia ke China sehingga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

“Akibat ekspor menurun otomatis, serta terus tidak terkendalinya impor maka akan berdampak pada makin loyonya nilai kurs rupiah terhadap dolar AS.”

Begitu juga di sektor pembiyaaan proyek iinfrastruktur dan masuknya investasi dari China akan banyak ditunda nantinya, serta dimungkinkan akan banyak investor China yang menanamkan investasinya di Pasar keuangan Indonesia akan balik kampung.(d/2).

Editor:A Adib

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *