Empat Jenis Motif Batik Pilihan Kahiyang Ayu

Budaya berkesenian adalah budaya Indonesia. Indonesia sendiri merupakan negara yang memiliki potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Banyaknya pulau-pulau di Indonesia tentunya mencerminkan keanekaragaman budaya yang tersebar di masing-masing wilayah.

Salah satu budaya yang sangat indah adalah budaya seni lukis batik, yang kita kenal dengan kain batik tulis. Batik tulis merupakan warisan budaya asli Indonesia yang memiliki nilai seni tinggi. 

Dilihat dari proses pengerjaan, pengertian kata benda, dan penggunaannya, batik bisa disebut sebagai kain bercorak seni tulis. Kata batik dalam bahasa Jawa berasal dari akar kata “tik”.

Mempunyai pengertian berhubungan dengan suatu pekerjaan halus, lembut, dan kecil yang mengandung unsur keindahan. Secara etimologis, berarti suatu pekerjaan seni lukis dengan menitikkan malam bermedia canting sehingga membentuk corak yang terdiri atas susunan titikan dan garisan. 

Batik sebagai kata benda, merupakan hasil pekerjaan seni lukis dan penggambaran corak di atas kain dengan menggunakan canting sebagai alat gambar dan malam sebagai zat perintang. Artinya, bahwa secara teknis batik adalah suatu cara penerapan pemberian corak lukisan di atas kain melalui proses celup rintang warna dengan malam sebagai medium perintangnya supaya tidak “mbleber” yang dalam Bahasa Jawa berarti supaya tidak berantakan, karena batik memiliki nilai artistik yang memberikan kepuasan batin tersendiri.

Berbagai macam motif batik dan namanya tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Motif batik juga memiliki arti makna yang terkandung didalamnya. Seperti empat motif batik yang dipilih keluarga Presiden Joko Widodo untuk pernikahan putrinya, Kahiyang dengan suaminya Bobby beberapa waktu lalu. Pernikahan yang mengusung budaya Jawa kental tersebut melalui beberapa rangkaian ritual. 

Ritual tersebut diantaranya siraman, midodareni, akad nikah, hingga acara resepsi. Ritual siraman adalah ritual yang dilakukan sebagai bentuk simbolik dimana kedua mempelai dibersihkan dan disucikan terlebih dahulu sebelum memasuki kehidupan rumah tangga. Pada saat prosesi siraman, pihak keluarga dari Kahiyang, putri dari Joko Widodo menggunakan beskap yang dipadukan dengan jarik motif wahyu gumulung. Motif ini memiliki makna mengumpulkan segala berkah dari Tuhan. Hal ini terlihat dari isenan yang rapat seperti berkumpul.

Ritual kedua yaitu midodareni.Midodareni adalah suatu prosesi menjelang akad nikah. Berasal dari kata widodari yang dalam bahasa Jawa berarti bidadari. Pada malam midodareni bagi masyarakat Jawa berarti malam ketika para bidadari turun ke bumi dan bertandang ke rumah calon mempelai wanita guna ikut mempercantik dan menyempurnakan calon pengantin wanita. Pada malam midodareni, keluarga Joko Widodo menggunakan jarik bermotif jati kusumo. Motif jati bermakna abadi dan kusumo adalah nama. Jadi, jati kusumo berarti nama yang abadi. 

Prosesi selanjutnya adalah akad nikah. Pada sesi ijab kabul Kahiyang dan Bobby, keluarga Joko Widodo menggunakan beskap dengan jarik motif bokor kencono. Motif ini memiliki motif geomoteris yang berpola dasar bentuk lung-lungan memiliki makna yaitu sebagai harapan dan wadah kemuliaan bagi manusia karena pernikahan adalah tahapan kedua dari tiga peristiwa penting dalam hidup manusia, yaitu lahir, nikah, dan mati.

Prosesi terakhir adalah acara resepsi. Pada acara resepsi Kahiyang dan Bobby, keluarga Joko Widodo menggunakan beskap dengan jarik motif parang seling. Parang merupakan motif batik diagonal yang berupa garis berlekuk-lekuk dari atas ke bawah. Motif ini memiliki makna tinggi dan nilai yang besar dalam filosofinya. 

Batik parang memiliki makna petuah untuk tidak pernah berhenti menyerah, ibarat ombak laut yang tidak berhenti bergerak. Motif ini juga menggambarkan jalinan yang tidak pernah putus, baik dalam upaya untuk memperbaiki diri, memperjuangkan kesejahteraan, dan pertalian keluarga. Sungguh indah batik tulis, mari memakai dan melestarikan budaya batik sebagai penghargaan seni lukis pada kain yang bernilai tinggi.

Semoga selalu bahagia.(*) 

Penulis: Dr. Sri Suryaningsum, S.E., M.Si., Ak., C.A.  (Ketua Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi UPNVY Kepala Pusat Penelitian LPPM UPN “Veteran” Yogyakarta)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *