Jakarta–Detakpos.com-Perhelatan Festival Pemilu Harga yang diselenggarakan oleh Center for Indonesia Strategic Development Initiative (CISDI), Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI), Komite
Nasional Pengendalian Tembakau (KOMNAS PT), dan Jaringan Perempuan Peduli Pengendalian
Tembakau (JP3T), telah memasuki penghitungan suara.
Di acara virtual
yang dimeriahkan penampilan anak muda berbakat tersebut, kemenangan jatuh ke tangan
pendukung rokok mahal dengan total dukungan sebesar 95% dari 1.541 sura yang terkumpul.
Pulihkembali.org diinisiasi oleh kelompok anak muda yang selama ini resah terhadap murahnya harga
rokok di Indonesia.
Selama ini, akses publik untuk menyuarakan keresahan tersebut tidak benar-benar
difasilitasi oleh negara. Hal ini berbanding terbalik dengan pengusaha rokok yang diberi kesempatan
bersuara dalam proses pembuatan kebijakan tarif cukai setiap tahun, bahkan hal tersebut diatur
di dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 2007 tentang cukai.
Acara ini mendapatkan apresiasi positif dari Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan Indonesia, Muhadjir Effendy.
Menteri menekankan bahwa pendapatan yang didapat
dari cukai rokok tidak sebanding dengan kerugian yang negara terima akibat beban kesehatan
misalnya.
Pemerintah berusaha mengetatkan aturan dengan berencana untuk meniadakan jaminan kesehatan bagi para perokok. Selain itu pemerintah menekankan pentingnya aksi dari para
aktivis dan masyarakat yang peduli dengan pengandalian tembakau karenakan bagaimanapun
pengendalian konsumsi tembakau ini membutuhkan usaha bersama.
Muhajir, memaparkan
presentasinya, terdapat sembilan misi pembangunan dari Visi
Misi Presiden 2020-2024 di antaranya peningkatan kualitas manusia Indonesia, pembangunan
yang merata dan berkeadilan, dan kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa dan
rokok dapat menjadi ranjau yang akan mengganggu misi pembangunan manusia ini.” ujarnya.
Seperti yang disampaikan oleh Manik Marganamahendra, Project Officer Komite Nasional
Pengendalian Tembakau, “Rokok di Indonesia itu kan sangat murah ya, ditambah kita masih bisa beli
ketengan jadi seribu rupiah saja dapat. Itu efeknya ke mana-mana, dari kesehatan masyarakat bahkan
ekonomi pun terdampak. Nah, anak muda sebagai generasi penerus kan tidak difasilitasi bersuara oleh negara, makanya pihaknya berinisiatif untuk menyelenggarakan ‘Pemilu Harga ’di mana masyarakat
bisa ikut memilih, rokoknya mahal apa murah.
“Ini merupakan kebebasan berpendapat karena ruang
bersuara di undang-undang sudah diberikan ke pengusaha secara eksklusif.”
Selain memberi sarana masyarakat untuk bersuara mengenai kebijakan harga rokok melalui Festival
Pemilu Harga, pulihkembali.org juga memberikan akses informasi terkait cukai tembakau untuk
mengedukasi masyarakat.
“Ya, selama ini kan informasinya simpang siur.”
Masih banyak yang menganggap cukai itu hanya berfungsi sebagai pemasukan. Padahal, definisi cukai di undang-undang adalah pengendalian. Cukai berbeda dengan pajak. Maka dari itu, kita mencoba mengedukasi
masyarakat melalui konten video dan dokumen riset. Sebagai contoh, PKJS pernah mengeluarkan riset
yang menemukan anak-anak dari orang tua perokok kronis memiliki pertumbuhan berat badan secara
rata-rata lebih rendah 1,5 kg dan pertumbuhan tinggi badan rata-rata lebih rendah 0,34 cm dibanding
dengan anak-anak dari orang tua yang tidak mero�kok.(d/2)
Editor: A Adib