Isu Muslim Uighur, Ada Konflik Kepentingan AS-China

JakartaDetakpos-Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) turut merespons adanya kasus dugaan diskriminasi pemerintah China terhadap Muslim Uighur di Xinjiang, China. Diskriminasi Muslim Uighur kini menjadi sorotan dunia, termasuk Indonesia.

Ketua Umum Parmusi H. Usamah Hisyam dalam pembukaan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) ke-V menyampaikan, bahwa Parmusi harus bersikap kritis terhadap segala persoalan bangsa dan persoalan umat. Tidak boleh hanya sekadar ikut-ikutan, tanpa memahami duduk perkaranya seperti halnya di Uighur.

“Soal Muslim Uighur kita harus mencermati dan mengamati yang berkembang di media sosial. Kita harus mencermati persoalan Uighur ini dengan mencari sumber-sumber yang akurat, apakah benar telah terjadi pelanggaran HAM pemerintah China terhadap Muslim Uighur,” ujar Usamah di depan 27 pengurus wilayah Parmusi di Hotel GrandDhika, Jakarta, Sabtu (21/12/2019).

Sebab, Usamah mendengar informasi bahwa di balik isu Muslim Uighur itu, ada konflik kepentingan antara Amerika Serikat dengan China dalam pertarungan ekonomi global. Amerika terus berupaya agar ekonomi China jatuh sehingga tidak mampu lagi menyaingi Amerika. Salah satu caranya adalah, Amerika memainkan isu agama yang sensitif.

“Isu Muslim ini dimunculkan di negara-negara Islam agar warga negara Muslim di dunia tidak membeli produk China. Jadi yang dibangun adalah sentimen negatif keagamaan. Info ini memang belum 100 persen benar, makanya perlu kita kaji bersama,” tuturnya.

Agar isunya tidak semakin melebar, Parmusi menyarankan agar Pemerintah segera membentuk tim investigasi kepada negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI). Indonesia sebagai negara yang mayoritas Muslim diyakini bisa mendesak negara-negara OKI untuk membentuk tim investigasi.

“Apakah benar telah terjadi diskriminasi atau pelanggaran HAM oleh Pemerintah China terhadap Muslim Uighur. Jika itu benar, kita nomor satu meminta Indonesia memutus hubungan diplomatik dengan China,” tegas Usamah yanh disambut tepuk tangan dari peserta.

Hal itu sama halnya dengan sikap Pemerintah Indonesia yang memutus hubungan diplomtik dengan Israel karena kejahatanya terhadap Muslim di Palestina. “Kita harus bersuara kencang. Tapi kita tidak boleh bersuara kencang kalau kita tidak yakin. Karena itu soal Muslim Uighur ini kita harus benar-benar cermat,” jelasnya.(d/2).

Editor: AAdib

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *