Bangun Hubungan Baik Muslim Australia-Indonesia

JakartaDetakpos– Australia-Indonesia Institute (AII) bekerja sama dengan Universitas Paramadina kembali mengundang tokoh muda Muslim Indonesia untuk berpartisipasi dalam Australia-Indonesia Muslim Exchange Program (AIMEP) 2019.

AIMEP adalah program unggulan pemerintah Australia yang digelar semenjak 2002. Program tahunan ini bertujuan membangun hubungan baik antara masyarakat Muslim Australia
dan Indonesia melalui peningkatan pemahaman dan pengertian peranan agama dalam masyarakat
di masing-masing negara.

Direktur AIMEP,
Rowan Gould mengatakan, “Tiap tahun kami menerima ratusan lamaran untuk program AIMEP,”tulisnya dalam rilis yang diterima, Senin (23/9).

”Pesertanya
selalu memiliki jaringan komunitas yang luas, dengan latarbelakang yang beragam dan menarik.”

Hingga tahun 2018, tercatat 73 alumni program yang berasal dari Australia dan 174 dari Indonesia. Mereka adalah tokoh dengan latarbelakang berbeda, seperti akademisi, pemimpin
organisasi Islam dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), guru pesantren, seniman, penulis dan
yang lain.
Peminat program diundang mendaftarkan diri melalui formulir yang terdapat di situs web Paramadina (bit.ly/aimep2019) sebelum tanggal 15 Oktober 2018.

Program ini meliputi kegiatan kunjungan selama dua minggu ke Australia oleh tokoh muda
Muslim dari Indonesia dan kunjungan dua minggu ke Indonesia oleh mitra mereka dari Australia.

Interaksi dan dialog langsung peserta dengan komunitas Muslim dan agama lain di kedua negara
diharapkan dapat memberikan informasi dan pemahaman yang mendalam mengenai masyarakat
di kedua negara.
Peserta dari Indonesia akan berkunjung ke Melbourne, Sydney dan Canberra untuk bertemu
dengan para pemimpin agama dan masyarakat serta memperoleh pengalaman kehidupan multi
budaya.

Oki Setiana Dewi, Peserta AIMEP 2017 yang pernah membintangi film ”Ketika Cinta Bertasbih”
menceritakan pengalamannya selama mengikuti program ini: “Indonesia-Australia bertetangga,
tapi saya merasa begitu ‘jauh’ dengan Australia. ”

Saya belajar banyak tentang ‘celebrating
diversity’ dari berbagai dialog yang dilakukan selama di Australia. Kunjungan saya membuka
mata saya melihat betapa luasnya dunia.

”Semua orang bebas menjelaskan keyakinannya masing masing di ruang publik. Bersemangat untuk saling mengenal, saling terbuka, saling menghormati.
[Australia] benar-benar masyarakat multi-budaya.”

Peserta AIMEP 2017, Prosmala Hadisaputra, kepala program Diniyah di Pondok
Pesantren Selaparang, Lombok Barat, mengatakan bahwa melalui program ini, peserta dapat
belajar untuk menghormati keberagaman, termasuk bagaimana masyarakat di Australia
menghargai Islam sebagai salah satu agama yang dipraktikkan dengan bebas di sana.
Kesan menarik lainnya disampaikan oleh Abdurrohim, alumni AIMEP 2018 sekaligus Kepala
Sekolah Tinggi Syari’ah Hidayatullah, Balikpapan. Dia mengatakan: “Dalam asumsi awal, saya
mengira bahwa Muslim Australia tidak mampu berkompetisi dengan yang lain. Tapi ternyata
‘keberislaman’ telah menjadi spirit tersendiri untuk membangun kehidupan yang sukses, serta
menjadi ‘role model’ karakteristik ‘akhlaq karimah’ bagi yang lain.”

Melalui program AIMEP,
Abdurrohim mengaku mendapatkan “keluasan wawasan mengenai situasi sosiokultural
masyarakat Muslim di Australia, dan banyak menemukan sosok inspiratif.”

Setelah menyelesaikan program ini, para peserta membawa pengalaman mereka ke dalam
konteks masyarakat mereka masing-masing.

Di sinilah pengalaman peserta memberikan
kontribusi bagi masyarakat luas. Sebagaimana yang disampaikan peserta AIMEP 2017 yang juga
manager di program Dompet Dhuafa, Sekolah Guru Indonesia, Cicih Kurniasih, “AIMEP
dampaknya luar biasa sekali. Walau setiap batch 5 orang, namun di belakang 5 orang itu ada
ratusan bahkan ribuan orang yang akan mendapatkan manfaatnya.

”Misalnya, Oki Setiana Dewimengaku akan berbagi pengalamannya melihat kehidupan Islam di Australia dengan setidaknya
30 juta pemirsa program Islam Itu Indah yang dibawakannya.
Berbeda dari Oki, alumni AIMEP 2017 Umar Werfete menerjemahkan pengalamannya di
Australia dengan menggelar kegiatan dialog lintas agama di kalangan anak-anak muda.

“Dalam pertemuan ini saya undang mahasiswa dan anak-anak muda yang berbeda iman dan keyakinan
untuk bicara-bicara santai. Tujuannya agar mereka bisa saling mengenal dan berbicara satu sama
lain. Ini langkah penting yang menurut saya perlu dilakukan agar mereka menjadi terbiasa, akrab
dan terbuka satu sama lain,” ujar tokoh muda asal Papua ini.
Para peserta sepakat bahwa AIMEP memiliki arti penting bagi peningkatan hubungan dan ke￾saling-pahaman antara masyarakat kedua negara. Bagi Fahmi Syahirul Alim, peserta AIMEP
2017 dan Program Manager di lembaga swadaya Masyarakat International Centre for Islam and
Pluralism (ICIP) Jakarta,

AIMEP memiliki arti penting untuk “memperkuat hubungan people-to￾people antara Indonesia-Australia. [AIMEP] semakin memperkuat pemahaman Islam antara dua
negara.”(dib).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *