Diperlukan Pendidikan Berefek Positif Pembentuk Kepribadian

JakartaDetakpos-Dewan Pengurus Nasional Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia (ISRI) belum lama ini mengadakan Diskusi Tematik V dengan Tema “ Pendidikan Yang Mencerdaskan Bangsa”.

Sebelum kegiatan, para pembicara dan peserta menikmati pemeriksaan dan konsultasi kesehatan gratis yang di fasilitasi Armando, Penasehat DPC ISRI Kota Bekasi.

Dalam Diskusi yang di pandu oleh Dr Tarto Sentono, ST., M.Pd, Wakil Ketua Umum ISRI yang juga mantan Panitera Taman Siswa Yogyakarta ini dalam paparan awal mengatakan, pendidikan nasional masih jauh dari Pancasila.

Pendidikan harus mampu membangun komitmen kebangsaan, setia kepada bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan nasional harus juga dapat mencerdaskan bangsa dan menjadikan masyarakat Indonesia merdeka, mandiri, jujur, berbudi pekerti luhur, tanpa dendam, dan toleran, mempunyai komitmen pribadi dan kebangsaan.

Oleh karena itu pentingnya pendidikan karakter, pendidikan yang memiliki efek positif sebagai dasar pembentukan kepribadian, pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa,
membentuk peradaban.

Fenomena saat ini sangat jauh dari hal tersebut. Misal koruptor tertangkap KPK masih bisa senyum – senyum, sekolah negeri memisahkan ruang parkir antara laki-laki dan perempuan.

Kurikulum yang berubah ubah, banyaknya juara di lingkup dunia namun belum ada produksi nasional untuk kehidupan masyarakat sehari-hari terkait teknologi, serta sekolah seharusnya tidak berbayar karena merupakan layanan publik negara.

Ir. Rudianto Handako, IPM., Direktur Eksekutif Persatuan Insinyur Indonesia menyampaikan, bangsa yang cerdas yang kuat tehnologinya seperti Korea, China India, Jepang, Jerman, USA.

Misal China, di tingkat sekolah dasar hanya diberikan mata pelajaran Bahasa China, Bahasa Inggris dan Matematika. USA, di tingkat sekolah dasar, dikembangkan kerja sama, bukan suasana kompetisi untuk peningkatan. Jepang, di tingkat sekolah dasar, selain kerja sama juga belajar menghargai yang kalah.

HM Bambang Sulistomo, S.IP., M.Si., Ketua Yayasan Universitas 17 Agustus Jakarta dalam paparannya mengatakan, kuantitas dan kualitas adalah masalah klasik dalam dunia pendidikan nasional.

Putra Pahlawan Nasional Bung Tono ini juga mengatakan bahwa kita sekarang sedang mengalami krisis moral etika, krisis hukum sehingga diperlukan pendidikan nasional yang menyangkut integritas manusia.

Soenarto Sardhidatmodjo. MBA. MM., Rektor Universitas Bung Karno mengatakan, pendidikan nasional belum mampu membangun Ke-Indonesiaan-an, artinya pendidikan nasional masih jauh dari ajaran-ajaran Bung Karno yang mana Soebandrio pernah mengatakan Sukarno adalah Indonesia, Indonesia adalah Sukarno.

Ketua Umum Persatuan Alumni Gerakan Siswa Nasional Indonesia ini mengatakan bahwa ada 3 penyakit yang sedang diderita bangsa ini yaitu pertama; korupsi, kedua; menurunnya keyakinan kepada Pancasila, ketiga narkoba. (d/5)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *