Hariyani, Tiga Hari Setelah Gempa Baru Ketemu Anak Bungsunya

 

MakassarDetakpos– Tangis Hariyani (35) tak terbendung saat tim Kementerian Sosial RI menghampiri dan menyapanya di teras Asraa Haji Sudiang, Makassar, Rabu (10/10).

“Pak, bantu saya ya pak. Saya sudah yatim piatu. Saya tidak punya apa-apa lagi. Anak saya meninggal, menantu saya belum ditemukan sampai sekarang,” tutur Hariyani berurai air mata kepada

Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial RI Harry Hikmat yang memimpin Tim Kemensos.

“Ibu sabar ya. Kita doakan yang terbaik untuk anak-anak ibu. Sekarang tenangkan diri dulu di sini,” tutur Dirjen.

Hariyani adalah satu dari ratusan pengungsi korban gempa Sulteng yang tinggal di Asrama Haji Sudiang yang dikoordinasikan okeh Dinas Sosial Sulawesi Selatan.

Ibu dua anak ini datang bersama suami dan anak bungsunya Hanif (8). Anak pertamanya yang sedang hamil meninggal saat gempa terjadi. Hariyani tak sempat melihat jenazah putrinya yang menurut kabar salah satu saudara, putrinya telah dikuburkan secara massal bersama korban-korban gempa lainnya.

“Anak saya yang kecil selamat karena saat gempa dia lari ke luar asrama. Dia bersembunyi di bawah mobil. Asramanya hancur. Saya pikir dia tertimbun. Pikiran kalut rasanya. Tiga hari setelah gempa barulah saya menemukan Hanif,” katanya.

Hariyani sehari-hari bekerja sebagai buruh. Karena kondisi ekonomi yang sulit, ia menitipkan Hanif di panti asuhan di Palu dengan harapan ia mendapat pendidikan dan budi pekerti di sekolah. Saat gempa terjadi ia berada di rumah dan bersama suaminya berhasil menyelamatkan diri. Mereka kemudian mencari kedua anaknya dan seorang menantu.

“Saya temukan Hanif di dekat asramanya yang sudah roboh. Dia ketakutan dan berhari-hari tidak makan. Bajunya sudah robek-robek,” katanya.

Solidaritas

Dirjen mengatakan Hariyani dan seluruh pengungsi yang ada di Asrama Haji Sudiang telah ditangani oleh Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan.

“Kedatangan kami untuk memastikan para pengungsi mendapat layanan sosial yang optimal. Jangan sampai ada ketakutan dan kekhawatiran mereka tidak tertangani. Bahkan alhamdulillah layanan kebutuhan dasar mereka terpenuhi dengan baik,” tutur Dirjen.

Berdasarkan pantauan di Asrama Haji Sudian, setiap pengungsi yang datang diminta untuk masuk ke ruang aula. Di sana ada tim yang menyiapkan makanan dan minuman. Setelah itu diantarkan ke kamar asrama untuk beristirahat, kemudian didata dan dilakukan asesmen oleh tim.

Sebanyak 650 relawan dari berbagai unsur bergabung dan bahu-membahu membantu pengungsi di Asrama Haji Sudiang. Termasuk Tagana, Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos), mahasiswa berbagai perguruan tinggi, dll.

“Mereka berbagi tugas. Ada yang di logistik, pendataan, Layanan Dukungan Psikososial (LDP), dapur umum, hingga bagian kebersihan yang bekerja bergantian sesuai jadual piket,” kata Harry.

Daftar nama setiap pengungsi, lanjutnya, dipampang di depan pintu asrama. Ada pula informasi orang hilang atau terpisah dari kekuarganya. Setiap pintu asrama dijaga seorang Polwan. Pengungsi juga mendapat bantuan makanan, perlengkapan mandi, dan pakaian yang layak. Barang kebutuhan dasar tersebut merupakan sumbangan dari warga Makassar dan sekitarnya.

“Dari TNI Angkatan Laut dan TNI Angkatan Udara juga turut membantu utamanya mengangkut logistik dari Makassar ke Palu dan sekitarnya. Lalu dari Palu mengangkut pengungsi ke Makassar. Alhamdulillah kerja sama ini terjalin sangat baik. Semua pihak gerak cepat dan sistematis,” tutur Dirjen.

Dirjen menambahkan sehari setelah gempa, ia melayangkan surat edaran ke seluruh kepala dinas provinsi untuk menurunkan personel TAGANA, membawa Dapur Umum Lapangan, mendorong logistik dari gudang dinsos provinsi/kabupaten/kota ke Palu, Donggala dan Sigi. Pada hari kedua setelah bencana, telah ditetapkan Posko Induk Bantuan Sosial Provinsi Sulteng di jalan M. Yamin, Kota Palu. Ini merupakan titik pusat pengendalian dan operasi penyaluran bantuan sosial.

Kepala Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan Ilham A Gazaling yang turut mendampingi Dirjen mengatakan solidaritas warga Sulteng sejak hari pertama gempa terus mengalir. Baik makanan, pakaian, dan relawan terus berdatangan. Kebutuhan makanan dan minuman juga telah tercukupi dari Dapur Umum Lapangan yang dikelola Tagana Sulsel.

“Begitu banyak bantuan yang datang sehingga rencananya dalam waktu dekat akan didistribusikan ke Palu, Donggala dan Sigi,” katanya.

Sementara itu berdasarkan data Posko Pengungsi Korban Bencana Gempa asal Sulteng sejak hari pertama posko dibuka pada 29 September hingga 10 Oktober telah kedatangan 2.944 pengungsi. Sebanyak 2.394 telah dijemput keluarganya, ada pula yang berpindah ke kota dan kabupaten lain yang merupakan daerah asal mereka.

“Sisanya 550 orang masih bertahan di asrama haji dan akan kami fasilitasi ke tempat tujuan yang mereka inginkan,” kata Ilham.

Sebanyak 550 orang tersebut sudah didata dan akan diberangkatkan ke berbagai tujuan. Dari jumlah tersebut sebanyak 487 orang menginginkan kembali ke Palu, 1 orang ke Medan, 6 orang ke Surabaya, 5 orang ke Jakarta, 5 orang ke Tarakan, 3 orang ke Ambon, 6 ke Balikpapan, 6 ke Semarang, 21 orang ke Makassar, 1 orang ke Gowa dan 9 orang ke Wajo.

“Kita bantu fasilitasi kepulangan bekerja sama dengan TNI AU, TNI AL dan Pelni,” katanya.

Ia juga telah berkoordinasi dengan dengan dinas sosial provinsi yang menjadi titik kedatangan pengungsi agar masing-masing dinas sosial membantu transportasi mereka hingga sampai ke tempat tujuan.

Sementara terkait 487 orang di posko Asrama Haji Sudiang yang ingin pulang ke Palu, Harry mengatakan mereka memiliki harapan besar kelak dapat kembali ke kampung halaman. Namun demikian karena kondisi rumah mereka rusak berat dan tidak mungkin ditinggali dalam waktu dekat, maka untuk sementara mereka akan tinggal di posko.

“Mudah-mudahan dengan gotong royong dan solidaritas semua pihak, proses penanganan korban bencana gempa dan tsunami Sulteng semakin cepat dan kondisi mereka semakin pulih sehingga ada semangat untuk memulai kembali kehidupan setelah terguncang bencana,” harap Harry. (dib)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *