Ketika Dua Jenderal Ketemu Jelang Tahun Politik 2019

Oleh A Adib Hambali

MENJELANG tutup tahun 2018, calon presiden Prabowo Subianto bertemu dengan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Pertemuan selama dua jam Prabowo-SBY tersebut menjadi momentum penting menyambut tahun politik 2019.

Pertemuan pun menghasilkan komitmen untuk memenangkan Prabowo-Sandiaga Uno ini diprediksi memberi dampak serius pada calon nomor urut 02 ini ketimbang hingar bingar Reuni 212 yang berkutat saling mengklaim jumlah massa.

Terbukti survei Desember 2019, LSI Denny JA menyimpulkan Reumi 212 tak mempunyai efek elektoral terhadap Jokowi vs Prabowo

Setelah Reuni 212, Jokowi tetap unggul di atas 20 persen. Masih di angka 54 persen vs 30 persen Prabowo-Sandi.(Detakpos,19/12).

Penilaian atas kinerja Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden pun tidak banyak berubah sebelum
dan sesudah Reuni 212 dan masih tetap di angka yang cukup tinggi (72,1%).

Mayoritas 65,8% pemilih setuju bahwa simbol Islam tidak bisa digunakan untuk menggerus
dukungan Islam ke Jokowi karena Calon Wakil Presiden Jokowi adalah pimpinan ulama.

Komitmen SBY

Tiga bulan sejak kampanye dimulai muncul spekulasi di publik soal komitmen setengah hati SBY mendukung pasangan Prabowo-Sandi, dan muncul tudingan Demokrat “berkaki dua.”

Dalam tiga bulan pertama masa kampanye ini, SBY dan Agus Harimurti (AHY), sebagai ikon Partai Demokrat nyaris tidak pernah muncul dalam forum bersama partai koalisi termasuk dengan kandidat capres Prabowo Subianto termasuk dengan cawapres Sandiaga Uno.

Spekulasi itu terjawab oleh pertemuan antara SBY dan Prabowo yang digelar di kediaman SBY, Jumat (Detakpos, 21/12/2018).

Pertemuan hampir dua jam itu mencapai sejumlah pengukuhan komitmen.

SBY menyampaikan komitmen Partai Demokrat untuk memenangkan Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019. Selain itu menyebutkan pihaknya juga menginginkan Partai Demokrat sukses dalam Pileg.

SBY menyebut terdapat dua tujuan utama dalam Pemilu 2019. Pileg agar suara lebih tinggi dari Pileg 2014 dan ingin Prabowo jadi presiden 5 tahun ke depan. Itu tanggung jawabnya secara moral dan politik.

Prabowo juga mengklarifikasi soal spekulasi komitmen Partai Demokrat dan SBY dalam pemenangan Pemilu 2019. Faktor teknis karena kesibukan masing-masing pihak menjadi pemicu

Prabowo pun memastikan dirinya tidak pernah ragu dengan komitmen Pak SBY, beliau soerang pemimpin negarawan, mantan jenderal, tentara mempunyai perhitungan.

Prabowo meyakini sinergitas akan semakin terbentuk pada saatnya tiba.

Saat ini partai koalisi dalam tahap membangun kembali mesin partai yang dimulai dari bawah. Pada saatnya sinegi ini akan semakin kuat dan terasa.

Konsolidasi dua jenderal menghadapi Pemilu 2019, tentu memberi efek tidak kecil bagi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi dalam menyongsong Pemilu 2019 mendatang.

Selain itu, reputasi SBY dalam mengatur strategi politik telah teruji dalam Pemilu 2004 dan Pemilu 2009 yang terbukti memenangkan SBY dalam pemilihan langsung.

Bersatunya dua jenderal perang dan ahli strategi ini jelas diperhitungkan rivalnya, karena pemilihnya riil, seberapa pun besarnya dibandingkan dukungan aksi massa yang masih dipertanyakan, bahkan menurut menurut LSI Denny JA tidak ngefek.(*)

Penulis Redaktur senior Detakpos.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *