Melenceng, Perlu Ubah Haluan Ekonomi dan Pendidikan

JakartaDetakpos-Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi menilai kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini telah melenceng dari cita-cita kemerdekaan.

Melencengnya cita-cita kemerdekaan ini ditunjukkan dengan haluan ekonomi Indonesia yang liberal dan kapitalistik, serta paradigma pendidikan nasional yang mengikuti haluan ekonomi tersebut.
Ketua Umum
Euksekutif Nasional LMND
Indrayani Abd. Razak, mencatata pendidikan Indonesia telah berada di bawah dikte pasar.

Dikatakan, perjanjian multilateral di antara negara-negara anggota World Trade Organization (WTO) telah menetapkan pendidikan sebagai salah satu sektor industi tersier. Produknya berupa jasa pendidikan yang diperjualbelikan,”kata Indrayani Abd. Razak di Jakarta, kemarin.

Pendidikan dengan demikian telah resmi menjadi komoditi ekonomi dan ditempatkan di bawah rezim pasar bebas.

Menurut Indrayani, pendidikan menjadi salah satu di antara sekian sektor yang mungkin untuk ditanami modal swasta. Konsekuensinya adalah semakin besar penetrasi modal internasional ke dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai dari pendidikan dasar, menengah, dan tinggi, dan non formal.

Tentu karena tujuan investasi modal tersebut adalah untuk mendapatkan laba, maka institusi pendidikan akan berubah menjadi institusi bisnis, yang proses pengolaannya berorientasi pada laba.

“Sebagai industri yang spesifik, pendidikan tidak hanya menghasilkan output berupa produk jasa (komoditi), namun juga lulusan yang diolah dalam proses kependidikan untuk masuk ke pasar tenaga kerja,”tutur Indrayani.

Di dalam praktik pendidikan Indonesia, tidak hanya aktivitas pendidikan yang diubah menjadi komoditi, peserta didik pun sebagian dari dirinya (tenaga kerja) dikondisikan menjadi komoditi.

Dampak dari ketertundukan pendidikan di bawah pasar bebas, pertama, disorientasi kesadaran peserta didik. Kedua, praktik pendidikan semakin pragmatis.

”Aktivitas pendidikan berfokus pada pelatihan keterampilan tertentu yang tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan pasar,’tambah dia.

“Pendidikan mengalami kesulitan dalam mengambil peran sebagai sarana produksi pengetahuan. Indonesia masih berada di peringkat 85 dalam Indeks Inovasi Dunia. ”

Perekonomian Indonesia masih terbelakang dengan indikasi ketergantungan pada sektor ekstraktif dan bahan mentah agrikultur. Belum ada inovasi serius untuk mendorong hilirisasi industri yang dapat meningkatkan produktivitas ekonomi Indonesia.

”Ketergantungan ekonomi Indonesia pada sektor ekstraktif punya korelasi dengan pengabaian terhadap peningkatan sumber daya manusia dan riset teknologi,”tambahnya.

Keterbelakangan ekonomi Indonesia merupakan dampak liberalisme ekonomi. Selain itu, penerapan ekonomi berhaluan liberal juga berdampak pada kesenjangan sosial, dan ketimpangan kepemilikan lahan.

Ketahanan pangan dan energi yang masih rentan akibat ketergantungan impor, sekalipun Indonesia mempunyai potensi besar untuk swasembada.

  • “Kerentanan ini pun sangat berhubungan dengan perjanjian-perjanjian multilateral (dengan keterlibatan WTO dan IMF) yang membebaskan impor pangan dan mengabaikan inovasi untuk ekonomi nasional yang mandiri,”tutur dia. (dib)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *