Yogyakarta–Detakpos-Sebagai rangkaian kegiatan Hari Santri 2018 yang diadakan oleh Kementerian Agama, Muktamar Pemikiran Santri Nusantara melalui tema “Islam, Kearifan Lokal dan Tantangan Kontemporer” dapat menjadi ajang para pemikir pesantren untuk menuangkan gagasan ilmu dalam beberapa bidang isu.
Muktamar yang pertama ini berlangsung pada 10-12 Oktober 2018 di kompleks Krapyak, Yogyakarta.
Tema tersebut diangkat sebagai wujud tantangan pesantren dalam merespons persoalan kebangsaan dan keagamaan yang dewasa ini sudah sedemikian kompleks. Medan pergulatan wacana sudah semakin meluas seiring dengan menguatnya gerakan radikalisme, ekstremisme hingga ideologi Islam Transnasional yang semakin mendistorsi pemahaman keagamaan Muslim Indonesia yang lekat dengan nilai serta kearifan lokal.
Dalam konteks inilah pengarusutamaan pesantren sebagai subkultur perlu ditingkatkan dengan mendayagunakan kaum santri untuk turut serta mengukuhkan identitasnya sebagai agen perubahan sosial, alih-alih sebagai medium transfer pengetahuan. Berangkat dari tradisi keberagamaan yang moderat sesuai dengan dogma Sunni yang selama ini dianut kalangan pesantren, kaum santri memperkenalkan suatu pemahaman keagamaan yang segar, dinamis, tak terjebak dalam dualisme ifrath dan tafrith, serta mampu mendamaikan kutub tekstualisme di satu sisi dan liberalisme di sisi lain.
Dalam Presentasi Paper Pemikiran Santri Nusantara ini, ada 170 presentator yang terdiri dari perwakilan pengurus pesantren, mahasiswa, akademisi, peneliti, yang dilaksanakan di komplek pesantren Al-Munawwir dan Ali Maksum.
Dua bulan sebelumnya, dalam Call for Paper ada lebih dari 1.000 abstrak paper yang masuk ke meja panitia, namun yang terseleksi hanya sekitar 170 paper saja.
Acara Muktamar ini diawali dengan orasi kebudayaan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin selaku keynote speaker, lalu dilanjutkan tiga panel yang terdiri dari Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Prof Phil Kamaruddin Amin, Duta Besar Inggris Muazzam Malik, Directur Official Leiden University Marrio Ballen, ulama dari Universitas Al Azhar Syekh Bilal Mahmud Ghanim, dan ulama Ma’had Ali Ibrahimy KH Afifuddin Muhadjir.
Malam Kebudayaan Pesantren dan Festival
Sebelum acara inti Muktamar sebagaimana di atas, diawali dengan acara Malam Kebudayaan Pesantren yang digelar pada Rabu (10/10) malam di panggung Krapyak Yogyakarta.
Acara ini menampilkan Orasi kebudayaan Menteri Agama, Pembacaan puisi para budayawan seperti Gus Hilmy, Romahurmuzy, Abidah El Khaliqie, Sosiawan Leak, Helvy Tiana Rosa, Candra Malik, Inayah Wahid, Habiburrahman El-Shirazy.
Penyanyi musik religi Veve Zulfikar, Komika Dzawin, rapper santri Ikhsan & Danang, paduan suara theme song Hari Santri unjuk gigi menampilkan aksinya di acara Malam Kebudayaan Pesantren itu yang diikuti oleh ribuan santri dan masyarakat umum.
Selain itu terselenggara juga Festival Serban & Pegon Kiai di Lapangan Ali Maksum Krapyak. Festival ini hendak menampilkan kepada masyarakat umum tentang beraneka macam benda bersejarah yang biasa dipakai oleh orang-orang pesantren, dan juga memamerkan kitab-kitab karya kiai pesantren yang berbahasa pegon atau lokal.(dib)