Pentahelix sebagai Langkah Optimal Pencegahan Karhutla

JakartaDetakpos – Peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang menimbulkan kabut asap di Indonesia menjadi perhatian serius yang membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat agar penanganan karhutla dapat dilakukan dengan optimal.

“Seperti arahan Presiden Jokowi dalam menanggapi bencana karhutla bahwa pencegahan menjadi prioritas utama. Melalui metode pentahelix, kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi dan media dapat meningkatkan langkah pencegahan sehingga karhutla yang selalu terjadi setiap tahun tidak menimbulkan dampak yang semakin merugikan,” ujar Deputi Sistem dan Strategi BNPB Wisnu dalam sambutannya pada kegiatan Lokakarya Optimalisasi Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan serta Kabut Asap di Ruang Serbaguna Dr. Sutopo Purwo Nugroho, Graha BNPB, Selasa (8/10).

Kegiatan Lokakarya ini turut mengundang perwakilan lintas lembaga, antara lain Dr. Indra Gustari dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), Li Chen Wei dari Kemenko Bidang Perekonomian, Sutedjo Halim dari PT. Triputra Group, Hartono dari Badan Restorasi Gambut (BRG), Budi Triadi dari Litbang SDA PUPR, Jasmin Ragil Utomo dari Ditjen Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan Peter F. Gontha Staf Ahli Kemenlu RI yang memaparkan peran dan permasalahan yang dihadapi dalam mengatasi bencana karhutla.

Kolaborasi lintas lembaga menjadi solusi efektif dalam penanganan bencana karhutla. Proses yang dimulai dari langkah pencegahan dan antisipasi dengan data yang diperoleh dari BMKG, pengelolaan gambut yang diawasi oleh BRG, pengelolaan lahan yang dikawal oleh pemerintah daerah bersama masyarakat setempat, partisipasi aktif sektor swasta serta sanksi administratif maupun penegakan hukum secara perdata maupun pidana mampu meminimalisir terjadinya bencana karhutla yang selalu terjadi setiap tahun.

Tidak hanya di Indonesia, namun bencana karhutla juga terjadi di beberapa negara di dunia. Tetapi Indonesia memiliki kesulitan tersendiri karena lahan yang terbakar adalah lahan gambut. “Jika Indonesia mampu mengelola lahan gambut dan melakukan pemanfaatan lingkungan hidup dengan baik, Indonesia mampu menjadi “world superpower”, mengingat Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya,” ujar Peter F Gontha, Staf Ahli Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia.

Kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi antar lembaga dan tokoh masyarakat, mulai dari aparat keamanan dan pemerintah daerah yang mengutarakan pendapat dan masukan untuk penanganan karhutla.

“Karhutla selalu terjadi setiap tahun, cuaca kemarau dan kekeringan juga dapat kita perkirakan. Yang membuat selama ini kita belum dapat mengantisipasi karhutla adalah kita hanya bekerja, namun belum bekerja sama. Untuk itu, melalui konsep Pentahelix, mari kita bersama-sama bekerja keras untuk mengantisipasi bencana karhutla dan menjaga lahan gambut sesuai kodratnya yaitu berawa, berair dan basah. Satu hal yang paling penting, seperti arahan Presiden RI, selalu utamakan pencegahan daripada penanggulangan,” kata Kepala BNPB Doni Monardo saat menutup kegiatan Lokakarya. (*)

Sumber: BNPB
Editor: Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *