Perkembangan Situasi dan Penanganan Bencana Tanggal 27 Maret 2025

JAKARTA – Detakpos.com – Menjelang puncak arus mudik Idul Fitri, sejumlah daerah di Indonesia masih menghadapi bencana alam yang berdampak pada kehidupan masyarakat. Banjir dan tanah longsor yang terjadi di berbagai wilayah tidak hanya menghambat aktivitas sehari-hari, tetapi juga menyebabkan kerusakan infrastruktur serta memaksa sebagian warga mengungsi. Berdasarkan laporan terbaru dari BNPB, Kamis (27/3), beberapa daerah masih berada dalam kondisi siaga, dengan upaya penanganan dan distribusi bantuan yang terus dilakukan. Berikut adalah perkembangan terkini di sejumlah wilayah terdampak.

Salah satu wilayah yang masih menghadapi dampak banjir adalah Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah. Hujan deras sejak Senin (24/3) menyebabkan debit Sungai Laa meluap, menggenangi permukiman warga di dua kecamatan, yaitu Petasia Barat dan Petasia Timur.

Akibat bencana ini, sebanyak 1.408 KK atau 4.732 jiwa terdampak, dengan 22 KK (69 jiwa) terpaksa mengungsi ke Balai Desa Bunta. Selain pemukiman warga, infrastruktur publik juga mengalami kerusakan, termasuk 186 unit rumah, 11 fasilitas pendidikan, tujuh tempat ibadah, dua fasilitas kesehatan, dan tiga pasar.

Hingga Rabu, (26/3), hujan telah reda, namun ketinggian air terus meningkat dan masih dalam pemantauan. Banjir belum menunjukkan tanda-tanda surut, dengan tinggi muka air (TMA) mengalami kenaikan 15-130 cm. Para pengungsi masih bertahan di Balai Desa Bunta, yang dijadikan sebagai titik kumpul sementara bagi warga terdampak.

Selain Morowali Utara, Kota Padangsidimpuan di Provinsi Sumatera Utara juga mengalami dampak bencana yang cukup besar. Banjir dan tanah longsor yang terjadi sejak Kamis (13/3) telah menelan korban jiwa, dengan dua orang meninggal dunia, satu orang hilang, dan satu lainnya mengalami luka berat. Tidak hanya itu, sebanyak 5.337 jiwa terdampak, sementara ratusan rumah serta fasilitas umum mengalami kerusakan akibat terjangan banjir dan longsor.

Kondisi di beberapa wilayah terdampak kini menunjukkan perkembangan yang bervariasi. Seiring berjalannya waktu, kondisi di enam kecamatan terdampak mulai membaik. Pada Rabu (26/3), ketinggian air menunjukkan tanda-tanda surut. Namun, posko pengungsian dan dapur umum masih tetap beroperasi guna memenuhi kebutuhan warga. Bantuan seperti makanan, pakaian, obat-obatan, dan alat kebersihan terus didistribusikan. Selain itu, koordinasi lintas sektor terus dilakukan untuk mempercepat proses pemulihan bagi masyarakat yang terdampak.

Sementara di Provinsi Kalimantan Selatan, Kabupaten Banjar masih menghadapi dampak banjir yang cukup luas. Bencana yang melanda sejak Jumat (17/1) ini masih berdampak di 11 kecamatan dan 118 desa. Hingga saat ini, tercatat 1.461 KK atau 4.445 jiwa terdampak, dengan 14 KK (35 jiwa) masih mengungsi. Kerusakan akibat genangan air juga cukup signifikan, dengan 1.167 unit rumah terdampak.

Hingga Rabu, (26/3) pukul 16.00 WITA, debit air mengalami penurunan di sebagian lokasi terdampak, dan beberapa wilayah sudah surut. Kondisi cuaca cerah, sehingga aktivitas masyarakat kembali normal. Namun, di beberapa desa di Kecamatan Martapura Timur, genangan air masih bertahan dengan ketinggian yang mengalami sedikit kenaikan. Pengukuran terbaru menunjukkan bahwa di Desa Pekauman, tinggi muka air (TMA) mencapai 20 cm dengan kenaikan 3 cm, di Desa Melayu Ilir tercatat 16 cm dengan kenaikan yang sama, sedangkan di Desa Dalam Pagar mencapai 16 cm dengan kenaikan 2 cm.

Pantauan ketinggian air sungai melalui sensor Early Warning System (EWS) menunjukkan kondisi normal. Di Desa Rantau Nangka, Kecamatan Sungai Pinang, ketinggian air pada sore hari berada di angka 177,07 cm, lebih rendah dibandingkan pagi hari yang tercatat 230,19 cm. Kondisi serupa terjadi di Desa Sungai Arfat, Kecamatan Karang Intan, di mana ketinggian air sore hari mencapai 308,92 cm, naik dari pagi hari yang tercatat 303,59 cm.

Sementara itu, pemantauan ketinggian air sungai melalui BWS III KALSEL juga menunjukkan kondisi normal. Sungai Martapura di Kabupaten Banjar tercatat memiliki tinggi air 10,42 m dengan jagaan 0,58 m, Sungai Riam Kiwa 7,9 m dengan jagaan 0,7 m, Sungai Riam Kanan 6,7 m dengan jagaan 0,8 m, serta Bendungan Riam Kanan berada di elevasi 58,49 m. Semua pengukuran dilakukan pada pukul 09.00 WITA dengan kondisi cuaca cerah. Secara keseluruhan, situasi banjir di wilayah terdampak mulai membaik, meskipun masih ada peningkatan genangan di beberapa titik yang tetap dalam pemantauan.

Tak hanya di Kalimantan Selatan, banjir juga masih berdampak luas di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Hingga saat ini, sebanyak 3.336 kepala keluarga (KK) atau 11.800 jiwa terdampak akibat bencana yang terjadi sejak Jumat (7/3). Dampak dari banjir ini meliputi pemukiman warga, fasilitas pendidikan, serta jalan-jalan utama di daerah terdampak.

Pada Rabu, (26/3) pukul 18.00 WIB, kondisi banjir di beberapa wilayah masih belum surut dengan debit air yang stabil. Di Kecamatan Pangkalan Kerinci, banjir masih menggenangi Desa Kuala Terusan, Desa Rantau Baru, Desa Pangkalan Kerinci Timur, Desa Pangkalan Kerinci Barat, dan Desa Pangkalan Kerinci Kota dengan tinggi muka air (TMA) berkisar antara 50-100 cm.

Sementara itu, di Kecamatan Langgam, Desa Langgam mengalami banjir dengan TMA 30-60 cm, sedangkan Desa Tambak dan Desa Gondai masing-masing tergenang dengan TMA 40-70 cm dan 20-70 cm. Di Kecamatan Pelalawan, banjir juga masih melanda Desa Sering (TMA 30-70 cm), Kelurahan Pelawan (TMA 40-70 cm), Desa Kuala Tolam (TMA 50-100 cm), Desa Sungai Ara (TMA 30-70 cm), serta Desa Rangsang (TMA 50-100 cm). Wilayah lainnya, di Kecamatan Pangkalan Kuras, banjir masih bertahan di Desa Kemang dengan TMA 30-70 cm. Kondisi ini menunjukkan bahwa wilayah terdampak banjir masih dalam keadaan siaga dengan ketinggian air yang belum mengalami penurunan signifikan.

Situasi yang hampir serupa juga terjadi di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Banjir yang melanda sejak Jumat, (14/3) dipicu intensitas hujan tinggi yang menyebabkan pasang air laut yang mengakibatkan sebanyak 5.148 kepala keluarga (KK) atau 18.619 jiwa terdampak banjir, dengan 105 KK (335 jiwa) terpaksa mengungsi. Selain permukiman warga, banjir juga merendam fasilitas pendidikan, rumah ibadah, lahan perkebunan, serta jalan utama yang menghubungkan beberapa wilayah

Kondisi Rabu, (26/3) pukul 18.00 WIB, banjir di beberapa kecamatan masih beragam, dengan beberapa wilayah mulai surut, sementara lainnya tetap stabil atau mengalami kenaikan. Di Kecamatan Tempuling, banjir masih menggenangi Desa Karya Tunas dan Desa Mumpa dengan tinggi muka air (TMA) stabil di kisaran 30-40 cm. Di Kecamatan Batang Tuaku, banjir di Desa Kuala Sebatu berangsur surut dengan TMA 25-30 cm, sedangkan di Desa Pasir Emas debit air tetap bertahan di kisaran 20-45 cm.

Di Kecamatan Kempas, genangan air di Desa Pekan Tua mulai berkurang dengan TMA 25 cm. Debit air di Desa Rumbai Jaya, Desa Kulim Jaya, dan Desa Karya Tani juga menunjukkan tren penurunan dengan TMA masing-masing 35-50 cm, 15 cm, dan 25-35 cm. Sementara itu, di Kecamatan Enok, banjir masih merendam Desa Bagan Jaya dan Desa Suhada dengan TMA berkisar antara 30-40 cm dan 35-65 cm.

Di Kecamatan Gaung, ketinggian air di Desa Lahang Hulu justru mengalami peningkatan dengan TMA 30-60 cm. Sedangkan di Kecamatan Keritang, banjir di Desa Nusantara Jaya mulai surut dengan TMA 20 cm, dan di Desa Lintas Utara debit air tetap berada di kisaran 25-30 cm. Adapun di Kecamatan Tembilahan Hulu, Desa Pulau Palas dan Desa Sialang Panjang masih digenangi air dengan TMA berkisar 30-65 cm dan 50 cm. Secara keseluruhan, sebagian daerah terdampak menunjukkan penurunan debit air, sedangkan yang lain masih dalam kondisi siaga akibat banjir yang belum surut.

Sebagai langkah pencegahan, BNPB mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dalam menghadapi potensi bencana susulan. Warga diharapkan untuk mewaspadai potensi hujan lebat yang dapat meningkatkan risiko banjir dan longsor. Selain itu, masyarakat diminta untuk tidak mengabaikan peringatan dini dari pihak berwenang, menghindari aktivitas di sekitar daerah rawan bencana, serta segera melaporkan kondisi darurat kepada aparat setempat. BNPB juga mendorong pemerintah daerah untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan dan memperkuat sistem mitigasi bencana guna mengurangi dampak yang lebih besar di masa mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *