Jakarta–Detakpos.com – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mendukung penuh usulan agar mantan Kapolri Jenderal Hoegeng Imam Santoso diangkat sebagai pahlawan nasional. Usulan pengangkatan Hoegeng sebagai pahlawan nasional telah diajukan secara resmi oleh Gubernur Jawa Tengah kepada pemerintah.
“Usulan tersebut patut kita perjuangkan bersama. Karena Hoegeng bukan semata-mata milik Jawa Tengah, dan bukan hanya milik Polri. Kesahajaan, kesederhanaan, kejujuran, integritas, pengabdian, dan keteladanan Hoegeng adalah legasi bersejarah yang bernilai fundamental untuk segenap bangsa Indonesia,” ujar Bamsoet dalam acara bedah buku ‘Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan’ secara virtual di Jakarta, Selasa (26/10/21).
Turut hadir sebagai pembicara Irwasum Polri Komjen Pol. Agung Budi Maryoto mewakili Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Wibowo, putra sulung Presiden pertama RI Guntur Soekarnoputra, Anggota Kompolnas Poengky Indarti dan politikus Panda Nababan.
Ketua DPR RI ke-20 dan Mantan Ketua Komisi III Bidang Hukum & Keamanan DPR RI ini menilai sosok Hoegeng sebagai pribadi yang jujur, berintegritas, berani, dan dapat dipercaya. Meskipun menyandang jabatan penting, baik sebagai Kapolri maupun menteri, namun Hoegeng tidak pernah bersikap ‘aji mumpung’ memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi. Sebagai pejabat tinggi, Hoegeng tetap bersahaja dan hidup dalam kesederhanaan, jauh dari gaya hidup hedonisme.
“Karakter dan kepribadian tersebut membuat Hoegeng dikenal dekat dengan Presiden Pertama RI Bung Karno. Kedekatan ini tidak dibangun oleh loyalitas yang membabi buta, melainkan hubungan ‘simbiosis mutualisme’ dan profesional. Di satu sisi, Hoegeng bukanlah tipikal pejabat yang bersikap ‘asal bapak senang’ dan berani mengungkapkan pendapat secara jujur dan lugas. Di sisi lain, Bung Karno adalah sosok demokratis dan tidak suka memaksakan kehendak secara otoriter,” jelas Bamsoet.
Mantan Ketua Komisi III DPR RI yang membidangi Hukum, HAM dan Keamanan ini menuturkan Hoegeng juga dikenal sebagai pribadi yang teguh pendirian, tegak lurus pada aturan, apa pun konsekuensinya. Termasuk jika harus mengorbankan jabatan. Keterbatasan kehidupan ekonomi tidak menjadikan integritas Hoegeng mudah terbeli oleh iming-iming gratifikasi yang datang silih berganti.
“Ada sepenggal kisah menarik di balik sikap Hoegeng yang terkesan kaku, tegak lurus pada aturan, dan anti kompromi. Mungkin tidak banyak orang yang mengetahui bahwa Hoegeng adalah sosok romantis, dalam makna sebenar-benarnya. Sebelum berpulang, Hoegeng sempat berwasiat agar jasadnya tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Alasannya satu, kalau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, istrinya nanti tidak bisa dimakamkan di sampingnya. Sederhana, tapi sangat romantis,” urai Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menambahkan, bagi sebagian kalangan, khususnya generasi milenial, sosok Hoegeng masih dianggap sebagai sebuah legenda, mitos, atau hanya menjadi kisah utopia. Kondisi tersebut terbentuk oleh realitas sosial yang saat ini dialami dan rasakan, di mana sosok pimpinan yang benar-benar dapat dijadikan teladan, masih menjadi barang langka dan sulit ditemukan.
“Hoegeng adalah sosok nyata, bagian dari realitas sejarah yang dapat kita jadikan sebagai rujukan pembelajaran dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan, karena sedemikian kuatnya integritas Hoegeng, almarhum Presiden keempat Gus Dur pernah berkelakar, bahwa hanya ada tiga polisi yang tidak bisa disuap, yaitu patung polisi, polisi tidur, dan Hoegeng,” pungkas Bamsoet. (*)