Tyasno: Politisi Diskusi Hilir, Hulunya Sudah Rusak

 

Jakarta-Detakpos-Jenderal (Purn) TNI Tyasno Sudarto, mengatakan, saat ini politisi banyak berdiskusi persoalan di hilir saja, padahal yang sudah rusak di hulu.

Selain pemimpin yang baik, bangsa ini harus memiliki sistem yang baik pula, caranya kembali ke UUD 1945 dan perubahan dilakukan secara addendum.

Hal itu disampaikan pada peringatan Hari Ulang Tahun ke 60 Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI) dan Syukuran Hari Ke 1 Persatuan Alumni Gerakan Siswa Nasional Indonesia (PA GSNI), baru baru ini.

Tyasno juga mengajak seluruh komponen GSNI dan Marhaenis senantiasa mengawal Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

Dia pun mengingatkan pada seluruh pejabat publik dan penyelenggara negara bahwa dalam sumpah jabatan ada klausul setia kepada Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sekjen Pemuda Demokrat Indonesia, Ir. Iwan Hendrawan mengangkat isu terkait TAP MPR No. VII/2001 tentang Visi Misi Indonesia Masa Depan, di mana saat ini pejabat publik mempunyai kewajiban membuat dan menyampaikan visi dan misi, sebenarnya hal itu tidak perlu dilakukan karena seluruh penyelenggara negara wajib menjalankan perintah UUD 1945, visi misi bangsa Indonesia telah termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.

Iwan menegaskan, visi misi Bangsa tidak bisa dibuat oleh orang perorang tapi merupakan kerja kolektif dan memiliki legitimasi dari rakyat dalam perwujudan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Dr. Soenarto, ketua Umum PA GSNI menegaskan Persatuan Alumni GSNI bersifat Independen, tidak berafiliasi partai apa pun. Tantangan ke depan bangsa mempersiapkan kader-kader untuk mengawal Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

Tantangan besar bangsa saat ini adalah Narkoba, Terorisme dan Keyakinan akan Pancasila menurun.

Suprapti, Ketua Umum Perwanas menyatakan terus bekerja ikut mencerdaskan kehidupan bangsa lewat PAUD dan TK 17 Agustus dan Siwi Peni walau dalam sebatas kemampuan dan kesederhanaan dengan perhatian minim.

Pemerintah, walau Ia melihat gejala yang mana banyak sekali pendidikan usia dini dan anak saat ini jauh dari pembentukan karakter kebangsaan (nasionalisme).

Selain itu dalam sambung rasa Dr. Moh. M.C. Soenhadji yang juga pada era Bung Karno dikirim ke luar negeri pada saat masih kuliah di ITB yang mana saat itu mahasiswa – mahasiswa yang dikuliahkan ke luar negeri dengan sebutan Mahasiswa Ikatan Dinas (Mahid) yang rata-rata untuk belajar tehnologi dan ekonomi, mengingatkan pada peserta yang hadir bahwa yang kita perlu persiapan saat ini adalah Sumber Daya Manusia untuk menyongsong tahun 2045 yang mana Indonesia akan menjadi negara 6 besar dunia dengan tingkat GDP yang besar dan itulah tugas besar GSNI dan PA GSNI ujar Ketua Umum Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia (ISRI).(d/5)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *