Bandar Lampung –Detakpos– BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Lampung, kemarin, menggelar kegiatan Dialog Pelibatan Civitas Academica dalam Pencegahan Terorisme di kampus Universitas Lampung.
Tips agar mahasiswa baru tidak terpapar paham radikal terorisme disampaikan.
“Pertama kuncinya ada di dosen pada saat pengenalan, terutama dosen pendamping. Dosen pendamping harus peka dan bisa memetakan ini siapa dan bagaimana karakternya,” kata Hamli.
Tips kedua, lanjut Hamli, adalah perlunya pengawasan dari pemangku kepentingan di perguruan tinggi terhadap mahasiswa di lingkungan tempat tinggalnya.
“Tempat tinggal bisa di asrama atau di kos-kosan, jika mahasiswa ada di luar kampus. Bagaimana pergaulannya perlu dilakukan pengawasan,” tambahnya.
Selanjutnya yang juga harus diawali dari mahasiswa baru adalah aktivitas keagamaan yang diikutinya, terutama forum-forum pengajian.
Hamli menegaskan tidak menyalahkan pengajiannya, melainkan mengungkap fakta adanya kelompok tertentu yang menyalahgunakan aktivitas itu untuk penyebarluasan paham radikal terorisme.
“Ini hasil pemantauan. Faktanya memang ada kelompok tertentu yang menyalahgunakan pengajian untuk menyebar paham radikal terorisme. Bukan pengajiannya yang salah, tapi oknum yang memanfaatkannya untuk tujuan jahat,” tandas Hamli.
Pengajar Sekolah Kajian Global Strategic (SKSG) Universitas Indonesia, Muhammad Syauqillah, membenarkan fakta yang diungkapkan oleh Brigadir Jenderal (Pol) Hamli. Khusus untuk penyebarluasan paham radikal terorisme, hal itu biasa terjadi di awal penerimaan mahasiswa.
“Mungkin di sini pernah ada yang mengalami. Nanti kalau masuk ke kampus A, B, dan C hubungi di A, B, dan C. Sudah diarahkan sejak dari masuk. Jaringan mereka memang sangat kuat dari dalam dan luar kampus,” ungkap Syauqillah.
Merespon hal tersebut Syauqillah menekankan pentingnya penanaman pemahaman keagamaan dan kebangsaan bagi generasi muda. “Seluruh kalangan di lingkungan kampus juga harus bahu-membahu melindungi mahasiswa baru dari pengaruh paham radikal terorisme,” katanya. (d/2).
Editor: AAdib