57% Siswa Usul Pelajaran Sulit Perlu Diajarkan Tatap Muka

JakartaDetakpos.com- KPAI dan FSGI melakukan survey singkat terhadap siswa dan guru tentang Persepsi Kebijakan Buka Sekolah Tahun 2021. Survei singkat ini menggunakan aplikasi google form.

Penyebarangan kuisioner survey dilakukan melalui aplikasi WhatsApp. 78,17% siswa yang setuju buka sekolah tatap muka, 10% menolak dan 11,83% ragu-ragu. Survei meliputi 34 provinsi di Indonesia.

Selain itu, KPAI dan FSGI mengapresiasi kepala-kepala Daerah yang memutuskan untuk menunda buka sekolah pada Januari 2021 karena khawatir sekolah berpotensi menjadi cluster baru mengingat kasus covid di sejulah daerah masih tinggi, pandemic belum bisa di kendalikan.

Sejumlah daerah yang tidak akan membuka sekolah tatap muka pada Januari 2021 di antaranya adalah Pemprov DKI Jakarta, Sumatera Utara, Bengkulu, Pemkot Tangerang, Pemkab Bogor, Pemkot Depok, dan lain-lain.

Sedangkan pemerintah daerah yang memutuskan buka sekolah tatap muka pada Januari 2021 di antaranya Pemkot Samarinda, Pemkab Gunung Kidul, Pemkot Solok, Pemkab Padang lawas Utara (Paluta), Pemkot Bandung, dan provinsi Jawa Barat.

“Banyaknya daerah yang memutuskan tidak membuka sekolah tatap muka pada Januari 2021 berbading lurus dengan hasil pemantauan jaringan guru-guru FSGI dari sejumlah daerah terkait minimnya kesiapan sekolah tatap muka dan hasil ujicoba buka sekolah menunjukan bahwa warga sekolah masih sangat sulit menerapkan 3 M,”ujar Heru Purnomo, Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI).

Survei dilaksanakan selama satu minggu, yaitu pada 11-18 Desember 2020 dengan jumlah reponden atau partisipan peserta didik mencapai 62.448 siswa. Responden anak laki-laki mencapai 55% dan responden anak perempuan hanya 45%. Adapun jenjang pendidikan yang berpartisipasi, yang terbesar adalah pendidikan dasar, yaitu siswa SD mencapai 25.476 anak (40,18%) dan siswa SMP sejumlah 28.132 anak (46%). Siswa SMA yang berpartisipasi hanya 3.707 orang (5,6%), siswa SMK lebih banyak, yaitu 4.184 orang (6,7%), Sedangkan siswa SLB yang mengikuti survey sebanyak 49 anak (0,08%). Sisanya 900 anak berasal dari Madrasah (1,44%).

Responden berasal dari 34 provinsi yang didominasi responden berasal dari pula Jawa, dengan rincian: Provinsi DKI Jakarta sebanyak 28.020 siswa (44,86%); Jawa Tengah sebanyak 11.557 siswa (18,5%); Jawa Barat sebanyak 11.086 siswa (17,75%); Bali sebanyak 6.191 siswa (9,91%), Jawa Timur sebanyak 1887 siswa (3,02%); dan D.I Yogjakarta sebanyak 1278 siswa (2,04%). Sedangkan 3,92% berasal dari Kalimatan Tengah dengan responden mencapai 568 siswa; Sumatera Barat mencapai 480 siswa, Jambi sebanyak 409 siswa, NTB mencapai 249 siswa, Banten mencapai 234 siswa, Bengkulu mencapai 229 siswa, dan sisanya provinsi lainnya.

“Hasil survey menunjukan bahwa siswa dan guru sama-sama jenuh PJJ, kalau siswa yang jenuh mencapai 25%, maka guru yang jenuh PJJ lebih banyak lagi, yaitu 35% dari sampel. Namun, siswa dan guru sama-sama sepakat bahwa Pembelajaran tatap muka (PTM) diperlukan untuk membahas materi-meteri pelajaran yang sangat sulit, yang tidak bisa diberikan secara daring”, kata Retno Listyarti, Komisioner KPAI yang juga Dewan Pakar FSGI, Minggu (3/12/2021).

Dari 62.448 responden siswa mayoritas setuju sekolah tatap muka dibuka pada Januari 2021 yaitu sebanyak 48.817 siswa atau 78.17% dari total responden. Sedangkan yang tidak setuju hanya 6.241 siswa atau sekitar 10% dari total responden. Adapun yang menjawab ragu-ragu mencapai 10.078 siswa atau sekitar 11,83% dari total responden.

Alasan yang dikemukakan responden yang menyatakan setuju, yaitu : Sebanyak 57% responden menyatakan alasan bahwa Banyak materi pelajaran yang sulit diajarkan secara daring atau PJJ; Sebanyak 25%responden menyatakan sudah jenuh dengan PJJ; Sebesar 7% Rindu dengan teman-teman sekolah; hanya 3% menyatakan Ingin konsultasi dengan guru bimbingan konseling, sedangkan 8% responden menjawab lain-lain. Salah satu jawaban lain-lain adalah kerap mendapatkan kekerasan di rumah yakni sebanyak 135 orang responden siswa.

“Dalam survey para siswa yang ingin pembelajaran tatap muka (PTM) mengungkapkan keinginannya untuk PTM hanya satu hari saja selama seminggu, 4 (empat) harinya tetaplah Pembelajaran Jarak jauh (PJJ) dan dimulai dari kelas yang tertinggi di setiap jenjang”, urai Retno.

Retno menambahkan,”Para siswa juga setuju agar PTM hanya khusus membahas materi pelajaran yang harus praktik dan materi yang sangat sulit yang hanya bisa diberikan secara tatap muka atau interaksi langsung dengan gurunya, sehingga terjadi interaksi dan Tanya jawab yang lancar”.

Sedangkan alasan responden yang menyatakan tidak setuju, yaitu : sebanyak 40% responden mengaku khawatir tertular covid 19; sebesar 34% responden menilai angka kasus covid masih tinggi; hanya 3% responden menyatakan bahwa Sekolah belum memiliki infrastruktur adaptasi kebiasaan baru yang memadai untuk mencegah sekolah menjadi cluster baru; sebanyak 2% responen mengakui bahwa Sekolahnya belum sama sekali mensosialisasi protokol kesehatan/SOP AKB; sekitar 1% responden mengakui bahwa sanitasi kebersihan sekolah masih buruk, air yang mengalir kerap sulit didapat; adapun yang memilih jawaban lainnya cukup besar yaitu sebanyak 20%. Jawaban lainnya ini diantaranya adalah 698 rsponden mengaku tidak memiliki kendaraan pribadi, sehingga kalau ke sekolah harus naik kendaraan umum, padahal di kendaraan umum potensi tertular covid cukup tinggi. (d/2).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *