Nasi “Buwohan” Makanan Rakyat Bojonegoro Yang Merakyat

BojonegoroDetakpos – Bagi warga Bojonegoro, Jawa Timur, menu makanan nasi buwohan sudah tidak asing lagi. Bahkan, menu masakan nasi buwohan itu, meroket menjadi menu keseharian karena banyak pedagang yang menjajakan di tepi jalan, juga di rumah-rumah.

Tidak hanya itu, dalam festival Jazz Bengawan, juga digelar nasi buwohan untuk meramaikan kegiatan musik yang digelar Pemuda Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan Kota, yang kedua kalinya.

“Bagi saya membuat menu nasi buwohan tidak sulit, ya saya sekarang ikut nimbrung berjualan nasi buwohan,” kata seorang peagang makanan di Kelurahan Ledok Kulon, Bojonegoro Siti Aminah, dalam perbicangan dengan detakpos di Bojonegoro.

Nasi buwohan sebenarnya sudah tidak asing bagi warga Bojonegoro, yang menunya yaitu, momok tempe, mie, sayur tewel bisa sayur blonceng, juga satai daging sapi atau telur dilengkapi rempeyek teri atau kacang.

“Umumnya di nasi buwohan memanfaatkan rempeyek teri,” ucap seorang warga di Bojonegoro Nurhidayati.

“Kalau di desa tidak pakai tewel, tapi untuk sayur memanfaatkan sayur blonceng,” tambah seorang warga Desa Ngraseh, Kecamatan Dander, Bojonegoro Mugito.

Yang jelas harga nasi buwohan sangat terjangkau masyarakat lapisan bawah, seperti yang dipatok Siti Aminah untuk nasi buwohan berkisar Rp5.000-Rp7.000/bungkus/porsi dengan tempat daun jati.

“Tapi kalau memanfaatkan menu satai daging sapi atau telur ya harganya lebih tinggi sedikit,” ucap seorang warga Djoko pengemar nasi buwohan menjelaskan.

Seorang warga di Bojonegoro Abdul Manan, menjelaskan nasi buwohan bisa mengena di hati warga daerahnya, baik yang masih menetap di Bojonegoro maupun yang ada di luar kota, karena nasi buwohan sudah ada sejak zaman dulu.

Hampir semua warga yang sekarang berusia berkisar 60-80 tahun, menurut dia, akan senang makan nasi buwohan, sebab menu itu merupakan menu keseharian semasa yang bersangkutan masih kecil.

“Kegembiraan seseorang yang diperoleh di masa kecil ingin diulang kembali di masa tuanya, sehingga nasi buwohan bisa menjadi favorit terutama bagi kalangan masyarakat di Bojonegoro,” ucapnya menegaskan.

Hal senada dibenarkan seorang warga Bojonegoro yang menetap di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Susi, Hendri dan Yoyok.

“Setiap saya pulang selalu mengajak teman-teman seangkatan di Bojonegoro semasa sekolah di SMPN 1 Bojonegoro untuk makan nasi buwohan di depan Kantor Bappeda,” kata dia menjelaskan.

Menu nasi buwohan semakin meroket, karena sekarang ini di sejumlah pedagang beras juga beredar beras buwohan sebagai pengganti beras bulog dengan harga yang sekarang berlaku Rp8.800/kilogram.

Para pedagang bisa menjual beras buwohan, sebagai pengganti beras bulog, karena sekarang warga miskin tidak lagi membeli beras bulog, tapi bisa membeli beras di warung elektronik.

Sedangkan untuk beras buwohan banyak dijual pedagang, karena masyarakat yang baru memiliki hajat biasanya memiliki beras yang berlebih yang kemudian dijual kepada pedagang untuk dijual kembali ke konsumen.

“Sekarang beras buwohan kualitas jauh lebih bagus dibandingkan dengan beras bulog,” ucap seorang pedagang beras di Bojonegoro menjelaskan.

Dikutip dari bojonegorogokab.go. id, bahwa Bojonegoro yang mengangkat menu nasi buwohan mampu meraih juara I dalam festival makanan khas daerah tingkat Bakorwil Bojonegoro, di Lamongan.

Pada kesempatan itu, Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Jatim, Ny. Gardjati Heru Tjahjono, menjelaskan saat ini banyak makanan yang kurang berimbang sehingga saat mengkonsumsi banyak penyakit yang ditimbulkan oleh makanan.

Bahkan, saat ini masyarakat lebih memilih makanan cepat saji atau instan. Padahal dalam makanan tersebut banyak penyakit yang timbul terlebih lagi penyakit seperti diabetes, hipertensi, jantung, stroke dan penyakit lainnya.

“Banyak makanan sekarang yang berpotensi menimbulkan berbagai macam penyakit,” ujarnya. (*/adv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *