PT Pertamina EP, Berkarya Bagi Negeri, Selaras dengan Alam, Harmoni Bersama Masyarakat

TarakanDetakpos – Beroperasi di utara Indonesia, Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field (Tarakan Field) berusaha memberikan yang terbaik bagi negeri. Jauh dari keramaian ibukota tidak lantas membuat Tarakan Field enggan untuk terus berkarya. Pencapaian target produksi untuk kemaslahatan bangsa menjadi salah satu tugas utama perusahaan, selain mengukir karya dan prestasi dalam rupa lain.

Berkarya bagi negeri dalam bentuk pemberdayaan masyarakat di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) menjadi perhatian perusahaan. Salah satunya di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Sebuah pulau kecil di ujung utara dengan ragam keunikan, dan juga ironi. Unik, Sebatik adalah pulau dengan dua pemerintahan dari negara berbeda, Indonesia dan Malaysia. Ironi, ketimpangan sosial justru terjadi di pulau kecil ini.

Adalah Sekolah Tapal Batas, lembaga pendidikan berbentuk madrasah di bawah Yayasan Ar-Rashid yang mendedikasikan diri untuk meningkatkan kualitas SDM warga Sebatik, terutama mereka yang tergolong kelompok marjinal. Sudah menjadi rahasia umum apabila banyak penduduk Pulau Sebatik yang berprofesi sebagai TKI di perkebunan sawit milik Malaysia. Entah resmi maupun tidak, profesi TKI menjadi harapan mereka untuk mampu mencukupi kebutuhan hidup.

Namun harapan tinggal harapan. Nyatanya, mereka bahkan tidak mampu dan kesulitan untuk memberikan pendidikan layak bagi anak-anak. Beruntung, Sekolah Tapal Batas menyediakan pendidikan gratis bagi mereka yang memiliki kemauan bersekolah di level sekolah dasar. Terlebih lagi Tarakan Field hadir untuk mendukung Sekolah Tapal Batas memberikan layanan pendidikan yang terbaik bagi generasi muda bangsa.

Tarakan Field membina Sekolah Tapal Batas sejak tahun 2015, saat kegiatan belajar mengajar masih dilakukan di kolong rumah warga. Kontribusi perusahaan antara lain bantuan perlengkapan sekolah, buku bacaan, serta fasilitas belajar mengajar. Beruntung, tahun 2017 Sekolah Tapal Batas menempati lokasi yang baru, tidak lagi menggunakan kolong rumah warga sebagai ruang kelas.

Di lokasi yang baru di tengah perkebunan sawit, Sekolah Tapal Batas dilengkapi dengan asrama putra dan putri bantuan Tarakan Field. Sebelumnya, banyak dari murid-murid yang harus berjalan kaki hingga 4 Km hanya untuk mencapai sekolah. Keberadaan asrama tentu saja meringankan langkah mereka untuk menimba ilmu. Kompleks sekolah semakin lengkap dengan adanya kawasan pertanian terpadu. Kawasan tersebut memiliki ragam fungsi, antara lain sebagai sarana belajar mengajar kurikulum berbasis lingkungan serta memenuhi kebutuhan sayur-mayur murid-murid.

“Bantuan Pertamina (Tarakan Field) sangat berarti. Kami diberi bantuan asrama, seragam sekolah, hingga air bersih”, ujar Suraidah, sosok yang berjasa menjadi pendiri sekaligus Kepala Sekolah Tapal Batas. “Bantuan seragam, alat tulis, dan buku bacaan semakin mendorong semangat anak-anak untuk bersekolah”, tambahnya saat dikunjungi. Anak-anak yang tadinya hanya memiliki mimpi sebagai combat (tentara Malaysia), kini mereka berani bermimpi lebih luas.

“Sekolah Tapal Batas adalah bentuk kepedulian kami akan masa depan generasi muda di Pulau Sebatik. Sebatik adalah teras Indonesia, perbatasan dengan Malaysia. Jangan sampai kita kalah dengan negeri tetangga”, papar Enriko R.E Hutasoit, Tarakan Field Legal & Relation Assistant Manager.

“Kami berusaha berkarya bagi negeri, berkarya bagi mereka di ujung negeri yang sering terlupakan”, ungkapnya.

Program pendidikan mungkin sudah banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan lain. Namun apa yang dilakukan oleh Tarakan Field di Sekolah Tapal Batas jelas berbeda. Sebatik termasuk sebagai wilayah 3T di Indonesia. Selain itu, isu nasional menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan program.

“Awal kami hadir, murid-murid bahkan tidak mengerti mengenai sejarah Indonesia, mereka justru lebih hafal lagu nasional Malaysia. Padahal, mereka berasal dari keluarga yang memegang kewarganegaraan Indonesia”, jelas Enriko.

“Kami terus menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air kepada mereka. Setiap tahunnya, kami juga rutin melaksanakan upacara Kemerdekaan di Sekolah Tapal Batas. Momen yang membanggakan dapat menyaksikan murid-murid Sekolah Tapal Batas bertugas saat upacara dan menyanyikan lagu Indonesia Raya”, imbuhnya.

Untuk mendukung kemajuan sekolah, Tarakan Field juga membangun rumah burung walet. Walaupun pulau kecil dan sebagian wilayahnya dimanfaatkan sebagai perkebunan sawit, Sebatik menyimpan potensi burung walet. Harga sarangnya yang cukup mahal di pasaran diharapkan dapat memenuhi kebutuhan operasional sekolah.

Berkarya bagi negeri, namun juga selaras dengan alam menjadi ciri dari implementasi program CSR Tarakan Field. Selain di Sebatik, program lainnya adalah Bank Sampah Induk di Pulau Nunukan. Ditunjukkan oleh namanya, program ini tentu saja selaras dengan alam.

Bank Sampah Induk Nunukan pada dasarnya sama dengan bank sampah pada umumnya. Namun, tentu saja ada hal yang membedakannya, yakni fokus Bank Sampah Induk Nunukan pada pengolahan limbah botol plastik.

“Nunukan adalah pulau kecil, namun limbah botol plastiknya sungguh luar biasa. Bisa mencapai puluhan hingga ratusan ton dalam setahun”, terang Enriko. “Kebanyakan sampah tersebut merupakan kiriman dari daerah lain”, tambahnya.

Botol plastik biasanya dimanfaatkan nelayan setempat sebagai pelampung budidaya rumput laut. Pulau Nunukan menjadi produsen rumput laut terbesar di Kalimantan Utara. Namun, karena paparan air laut, pelampung botol tersebut mudah rusak.

“Oleh nelayan setempat, botol plastik seringkali dibakar. Padahal, limbah botol plastik menyimpang potensi ekonomi,” ujar Bambang, Ketua Bank Sampah Induk. “Asap dari hasil membakar botol bila dihirup sangat berbahaya bagi kesehatan. Namun bila dibuang pun lingkungan dan ekosistem terganggu”, jelasnya lagi.

Bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Nunukan, Tarakan Field membina Bank Sampah Induk Nunukan. Langkah awal yang diambil adalah dengan memfasilitasi benchmark dengan Kota Tarakan, tepatnya dengan KSM Ramah Lingkungan di Kelurahan Kampung Enam. KSM Ramah Lingkungan adalah mitra binaan Tarakan Field yang sudah mandiri dari program pengelolaan sampah. Tidak hanya benchmark, Bank Sampah Induk Nunukan juga diberi pelatihan bagaimana mengelola manajemen bank sampah serta bantuan mesin press. Bank Sampah Induk Nunukan dirancang untuk menjadi ujung tombak pengelolaan sampah di wilayah Pulau Nunukan.

2019 hanyalah tahun bagi Tarakan Field untuk terjun lebih dalam pada pemberdayaan masyarakat di bidang lingkungan yang berkelanjutan. Apa yang dilakukan oleh perusahaan tersebut hanyalah langkah kecil dari program jangka panjang yang telah disusun. Namun, perusahaan berkomitmen untuk kembali mengulang keberhasilan seperti yang dicapai di tahun 2017 melalui KSM Ramah Lingkungan. Kerjasama dengan berbagai pihak menjadi kunci keberhasilan. Pelibatan masyarakat dan stakeholder sangat penting mengingat sampah merupakan persoalan bersama.

Hingga November 2019, Tarakan Field mampu menghasilkan produksi minyak bumi sebesar 2.370 BOPD. Selain itu Tarakan Field juga memproduksikan gas bumi sebesar 2,56 MMSCFD.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *