Suporter Persibo Ajak “Melawan Lupa”

Oleh : A Adib Hambali

TIDAK ada kawan dan lawan abadi dalam politik. Yang kekal hanya kepentingan.”

Kalimat itu sering diucapkan oleh pengamat politik, juga para politisi untuk menggambarkan kerapnya tidak sejalan antara ucapan dan tindakan di panggung politik. Inkonsistensi dalam dunia politik praktis mendapatkan pembenaran melalui kalimat ‘magis’ itu.

Suporter Persibo Bojonegoro, mungkin asing dengan pameo itu, sehingga saat Pilkada lalu masuk dalam ranah politik praktis dalam barisan memenangkan Anna Mu’awanan dalam kontestasi pemilihan bupati, setelah dijanjikan akan memajukan Persibo.

Pasalnya, tim kebanggaan “Wong Jonegoro” ini nyaris tidak terdengar suaranya, setelah gagal lolos di penyisihan grup Jatim kompetisi Liga 3.

Di Piala Indoesia Persibo kalah di babak awal bertemu Madura United di stadion Letjen H Sudirman pada laga pembukaan.

Setelah itu tidak terdengar kabar Persibo di kompetisi, turnamen atau persahabatan antar klub di Bojonegoro, sehingga kesan bahwa tim ini sedang vakum pun tidak bisa ditepis.

Bahkan mess Persibo di Jln Untung Suropati tampak tertutup, tidak ada aktivitas pemain di situ. Pelatih Jordi Kartiko pun tidak dikontrak lagi.

Sementara persiapan tim ini perlu serius dan butuh waktu untuk membentuk skuad Persibo yang solid menghadapi putaran Liga 3.

Sebetulnya, dibandingkan dengan sepakbola di kota tetangga seperti Tuban , Lamongan dan lain lain, Bojonegoro sudah memiliki sejarah pernah mewakili di AFC Cup.

Suporter melihat kevakuman Persibo ini maka berinisiatif melakukan hearing dengan Bupati Anna Mu’awanah.

Tujuan suporter ingin mengajak “melawan lupa” atau mengingatkan janji kampanye untuk memajukan sepakbola di bumi Angling Darma kembali.

Dalam beberapa periode ini tidak ada sama sekali support dari Pemerintah Kabupaten, sehingga menyebabkan persepakbolaan Bojonegoro terpuruk, setelah ada aturan tidak bisa menggunakan bantuan dana dari APBD.

Suporter hanya ingin bertemu Bupati, menyampailan harapan untuk Persibo. Mereka ingin tim ini mendapat perhatian dari pemerintah kabupaten.

Yang mereka ketahui Bupati itu mempunyai kewenangan memimpin daerah yang mempunyai ABPD sebesar Rp 4,6 triliun pada 2019 ini.

Kondisi obyektif Persibo terungkap dari penjelasan Sekrearis Persibo, Sally Atyasasmi, saat menerima suporter yang menggelar aksi demo.

“Kita dari managemen sangat minim anggaran untuk kompetisi mendatang,” ujarnya Sally , Kamis (28/2).

Persibo sekarang tidak bisa seperti dulu. Klub profesional ini hanya mengandalkan dana sendiri, sedangkan sebelumnya didanai oleh Askab dan perusahaan.

Sally mengaku telah medatangi 20 perusahaan di Bojonegoro untuk teken kontrak iklan dengan Persibo, tetapi tidak ada yang bersedia.

Pihaknya tahun ini pun tidak akan menjanjikan Persibo bisa lolos ke Liga 2. Untuk naik tahta sebagai harga mati, menurut Sally hanya jargon.

Ketua Umum Persibo Abdulloh Umar lebih memberi harapan. Dia menyatakan sudah membuat rancangan kerja menghadapi kompetisi mendatang dengan target meninggalkan Liga 3.

Soal pendanaan disebut Umar telah klier karena ada kesanggupan Pemda untuk mengusahakan dan mencarikan sponsor, dengan tekad bisa lolos ke Liga 2. Hanya masalah ini belum saatnya diekspose dengan alasan belum ada regulasi tehnis setelah Kongres Asprov PSSI Jatim.
Mudah mudahan ini bukan sekadar “angin surga” yang dihembuskan menjelang Pemilu serentak 17 April 2019.

*Penulis: Pimred Detakpos.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *