“Angin Surga” dari Biden-Harris

Oleh: A Adib Hambali, (*

BARANGSIAPA di antara kamu yang melihat kemunkaran maka ubahlah dengan tanganmu. Jika tidak sanggup lakukan dengan lisanmu. Jika masih tidak sanggup ubahlah dengan hatimu.”

Inilah hadits Nabi Muhammad SAW yang disampaikan calon presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dalam kampanye untuk merebut hati pemilih Muslim di Amerika.

Dalam kesempatan kampanye lain di tempat terpisah,  Biden pun pernah berucap “Insya Allah” dan berjanji pada umat Islam.

Ketika melakoni debat kandidat, Biden juga melontarkan frase “Insya Allah” saat menyinggung laporan pajak tahunan Donald Trump yang dianggap tak pernah transparan.

Sejumlah langkah Biden ini dilakukan untuk meyakinkan dan menunjukkan ia bersungguh sungguh merangkul Muslim Amerika Serikat. Lagi keseriusan ini diwujudkan dengan akan ditandatangani undang-undang kejahatan rasial serta mengangkat staf Muslim dalam pemerintahan Biden.

Biden pun berhasil meyakinkan. Jajak Pendapat Pilpres 2020 yang dirilis oleh Council on American-Islamic Relations (CAIR), organisasi hak sipil dan advokasi Muslim terbesar di Negeri Paman Sam, hampir 69 persen pemilih Muslim memberikan suara mereka untuk calon Presiden dari Partai Demokrat, duet  Joe Biden-Kamala Harris. Hanya 17 persen yang mendukung petahana Donald Trump.

Masih dari rilis dari CAIR, Pilpres 2020 di AS pun mencatatkan rekor jumlah pemilih Muslim tertinggi dengan 84 persen dari keseluruhan muslim yang memiliki suara.

Direktur Eksekutif Nasional CAIR Nihad Awad mengatakan, kemampuan signifikan komunitas Muslim yang mencapai 3,45 juta orang untuk mempengaruhi hasil berbagai pemilihan, termasuk pemilihan presiden, telah diakui secara nasional.

“Sekarang, waktunya untuk meminta pertanggungjawaban politisi yang kami pilih untuk memastikan bahwa hak sipil dan agama semua orang Amerika ditegakkan dan dilindungi,” kata Direktur CAIR Urusan Pemerintah Robert S McCaw dilansir The Economic Time, (nu online, Ahad (8/11/2020).

Terpilih, Muslim Amerika menunggu janji Biden-Harris yang dalam kampanye akan bekerja dalam kemitraan dan memastikan suara umat Islam termasuk dalam proses pengambilan keputusan untuk membangun Amerika.

Janji lain yang pernah dinyatakan Joe Biden di antaranya mengakhiri larangan terhadap pelancong dari negara-negara mayoritas Muslim berkunjung ke Amerika Serikat yang ditetapkan oleh Donald Trump.

“Jika jadi Presiden, saya akan mengakhiri larangan ini pada hari pertama. Hari pertama,” tegas Biden.

Peraturan pelarangan pelancong dari tujuh negara Islam ini dilakukan Trump sejak 2017. Berbagai pihak berusaha merevisi peraturan ini namun Pengadilan Mahkamah Amerika Serikat malah menguatkannya pada Juni 2018.

“Saya berharap kita diajari lebih banyak di sekolah-sekolah kita tentang iman Islam. Saya harap kita bisa berbicara mengenai semua agama, agama dengan pengakuan yang besar,” kata pria 77 tahun ini saat acara virtual yang diselenggarakan komunitas muslim (Political Action Committee/PAC).

Joe Biden berhasil memenangkan pemilu di Amerika Serikat (AS) usai memperoleh suara sebanyak 290 suara elektoral (electoral votes) atau 50,6% dibanding lawannya Donald Trump yang memperoleh suara sebanyak 214 atau 47,7%. Ia menjadi menjadi Presiden Amerika Serikat ke-46 bersama wakilnya, Kamala Harris, dan akan dilantik pada 20 Januari 202.

Apa pengaruh dan janji terpilihnya Joe Biden bagi Muslim Amerika dan umat Islam sedunia. Hal ini memang menjadi pertanyaan banyak umat Islam saat ini, apakah hanya “angin surga” yang dijanjikan.

Pertanyaan tersebut muncul setelah melihat dan mendengar pidato Joe Biden –termasuk Kamala Haris yang akan jadi wakilnya — beberapa jam lalu pada Ahad waktu setempat (8/10). Dalam siaran di saluran TV CNN itu terlihat Biden dan Haris berpidato di sela sela pesta  kemenangan bersama pendukungnya.  Suasana riuh rendah. Anggota keluarga Biden dan Haris pun terlihat di panggung.

Namun, ketika berpidato keduanya tampak hanya mengatakan bahwa Amerika untuk bangsa Amerika. Dan Haris yang juga putra pasangan Imigran India dan Jamaika juga tak menyebut soal umat Islam secara ekplisit. Dia hanya sekilas menyatakan peduli pada imigran Asia dan imigran lainnya.

Adalah Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Abdul Mu’ti, yang realistis menanggapi terpilihnya Biden . Dia hanya berharap akan lebih akomodatif terhadap multikulturalisme dan umat Islam.
Kalau mencermati program-programnya Biden akan lebih akomodatif terhadap multikulturalisme dan umat Islam. Dia sempat berjanji akan mengangkat minimal seorang muslim dalam jajaran pemerintahannya,” ujar Prof Mu’ti, dilansir ihram.or.id, Ahad (8/11/2020)

Namun, secara global kebijakan Presiden Joe Biden akan relatif sama dengan pendahulunya, Donald Trump.  Perbedaannya mungkin hanya pada prioritas program, bukan pada substansi.

Mungkin ada sedikit perbedaan pendekatan sebagaimana karakter para politisi dan ideologi Partai Demokrat, misalnya pada masalah HAM, lingkungan hidup, dan sebagainya.

Prof Mu’ti berharap terpilihnya Biden sebagai presiden Amerika akan bisa menciptakan perdamaian dunia. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia dan negara-negara Islam lainnya bisa bekerja sama untuk menciptakan tatanan dunia yang lebih aman.(*).

*Redaktur Senior Detakpos.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *