Dari Pesisir Bali, Mereka Kritisi IMF-Bank Dunia

Oleh A Adib Hambali (*)

BERSAMAAN gelaran pertemuan tahunan IMF-Word Bank di Bali, sejak 10 Oktober 2018 di pesisir selatan pulau Bali tengah berlangsung forum “Dunia Warga Yang Melampaui Kuasa Bank”.

Musyawarah mempertukarkan pengalaman rakyat sehari-hari di belasan negara termasuk Indonesia, India, Korea, Khmer, Filipina dan Thailand, dalam melawan pemaksaan, kekerasan untuk melindungi proyek-proyek investasi yang menyengsarakan warga.

DPP kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) merilis, hampir 400-an peserta musyawarah merupakan bagian dari jejaring persahabatan dan kerja sama yang terus membesar sejak musyawarah pertama pada 2005, termasuk kesimpulan sikap hasil perhelatan tersebut.

Pertemuan Bank Dunia dan IMF disoroti untuk mengorganisir pimpinan negara-negara anggota, antara lain untuk memetakan seberapa besar utang baru bisa ditandatangani oleh masing-masing negara anggota termasuk Indonesia, sebagai tuan rumah rapat tahunan kali ini.

Kongsi-bisnis Bank Dunia dan IMF yang beroperasi di negara-negara anggota PBB itu masih gigih hendak mempertahankan wibawa ekonomi terhadap negara-negara koloni.

Peran keduanya dalam investasi strategis terutama di negara-negara obyek telah banyak digantikan oleh jejaring kongsi-kongsi ekstraktor-energi, bahan dan uang yang beroperasi lintas negara.

Komposisi pelaku ekstraksi dan akumulasi uangnya juga telah berubah mencolok dibandingkan, misalnya, pada awal 1970an—ketika Bank Dunia ikut merancang Rencana Induk Investasi/ekstraksi uang dari Pulau Bali. Meskipun begitu, peran kunci birokrasi-negara pada investasi tidak susut sedikit pun.

Hal ini tidak jauh berbeda dengan peran awak pengurus negara Hindia-Belanda dalam pembesaran infrastruktur ekstraksi hasil-bumi termasuk jalan raya Daendels dan pembangunan pelabuhan dan pergudangan di kota-kota logistik-ekstraksi seperti Batavia, Surabaya, Medan, atau Makassar.

Jangan juga dilupakan peran vital dari para politik lokal merangkap pelaku bisnis-besar, dan partai politik yang hidup dari sokongan industri ekstraktif

Di hadapan mesin-mesin birokrasi Bank Dunia dan IMF, di arena politik itu di manakah posisi kita manusia warga-Bumi?

Pertama, secara politik, pelaku musyawarah ini bukan warga koloni bank atau dana in dan itu . Mereka yang saling terhubung lewat kesamaan pengalaman hidup dalam persahabatan anti penjajahan/ perbudakan sekarang musti lebih kokoh belajar dan bekerja bersama untuk mempraktikkan sikap politik ini dalam kerja sehari-hari.

Jalan pikirannya sangat sederhana. Ketika terjadi akumulasi kekayaan naik pesat, warga Bumi sebagai bagian dari sistem-sistem kehidupan seBumi harus menemukan cara sendiri untuk mengunci dan mengerem perusakan, satu demi satu di ruang hidup kita masing-masing, bersama-sama.

Mereka pun bersepakat untuk bergerak dengan sebuah panduan tentang kesetia-kawanan, penolakan terhadap pengkhianatan terbuka maupun gelap-gelapan, dan pemihakan tanpa kompromi pada kepentingan politik jangka panjang rakyat warga Bumi.

Kedua, dari proses pertukaran catatan pengalaman, mereka memperoleh pelajaran berharga, bagaimana bisa bergerak bersama-sama dalam sebuah ikatan kesepakatan solidaritas dengan sesama untuk membela keutuhan kehidupan.

Ungkapan sederhana ini mereka anggap vital untuk menarik kontras, bukan saja di antara musyawarah. “DuniaWarga Yang Melampaui Kuasa Bank” dengan rapat rutin tahunan IMF -Word Bank

Bagaimana mungkin, organisasi-organisasi tersebut percaya bahwa soal perubahan iklim, ekstraksi bahan mentah industrial, penguatan warga desa, pembaruan “sektor keuangan” yang bisa hidup selamanya, perbaikan pelayanan publik, pembongkaran korupsi, investasi infrastruktu bisa dilakukan dengan duduk berunding satu meja dengan para pimpinan Bank dan IMF?

Musyawarah mereka juga memberikan konfirmasi bahwa proses politik pemilihan presiden dan anggota parlemen di Indonesia tahun depan harus dibaca di hadapan sejarah panjang ekstraktivisme di wilayah kedaulatan Republik.

Para peserta musyawarah yang telah mengambil risiko tidak datang untuk sebuah lomba deklamasi untuk menemukan kata-kata yang paling gagah dibaca atau yang paling merangsang bulu kuduk.

Tugasnya sekarang sebagai warga kehidupan adalah bekerja keras bersama untuk menggeser arah perubahan, yang menaruh hormat setinggi-tingginya pada keselamatan Bumi dan keselamatan warganya.(*)

*Redaktur senior Detakpos.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *