Hoegeng, Sosok Nyata Yang Langka

Oleh A Adib Hambali *

ALMARHUM Presiden keempat Gus Dur pernah berkelakar, bahwa hanya ada tiga polisi yang tidak bisa disuap, yaitu patung polisi, polisi tidur, dan Hoegeng.

Jok ini disampaikan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) pada acara bedah buku ‘Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan’ secara virtual di Jakarta, (Detakpos.com, Selasa (26/10/2021).

Guyon parikena Gus Dur ini layak diangkat kembali menyusul sejumlah kejadian yang menimpa institusi Polri akhir akhir ini mulai dari kasus Ferdy Sambo, kontroversi konsorsium 303, kegagalan pencegahan potensi kerusahan di Stadion Kanjuruhan, Malang, yang menewaskan 132 jiwa. Terakhir kasus narkoba diduga menjerat petinggi Polri, mantan Kapolda Jatim, Irjen (pol) Teddy Minahasa,

Rangkaian peristiwa ini terus mengusik kepercayaan publik dan semakin melemahkan kinerja Polri. Bukan hanya daya rusak internal yang mengoyak soliditas anggota dan pimpinan Polri tetapi juga daya rusak bagi publik karena keadilan yang terusik.

Presiden Joko Widodo langsung turun tangan dan menyampaikan arahan kepada jajaran Polri), mulai dari para pejabat utama Mabes Polri, kepala kepolisian daerah (kapolda), hingga kepala kepolisian resor (kapolres) seluruh Tanah Air di Istana Negara, Jakarta, pada Jumat, 14 Oktober 2022.

Arahan Jokowi, agar Polri memperbaiki apa yang menjadi keluhan masyarakat kepada institusi Polri. “Jadi keluhan masyarakat terhadap Polri, 29,7 persen itu ini sebuah persepsi karena pungli.”

Sewenang-wenang, “tolong ini juga diredam pada anggota-anggota. Pendekatan-pendekatan yang represif, jauhi. Mencari-cari kesalahan nomor yang ketiga, 19,2 persen. Berikutnya Presiden meminta menjauhi hidup mewah atau hedonis. Demikiab dilansir BPMI Setpres.

Terkait jauhi sikap hedonisme (menumpuk kekayaan berlebihan) ini menjadi pesan penting Presiden Jokowi karena itu awal penyebab seorang berbuat kesalahan seperti pungli, sewenang wenang dan tindakan represif.

Untuk menjauhkan diri sikap hedonis maka sebaiknya kita mengingat dan meneladani sosok mantan Kapolri Jenderal Hoegeng Imam Santoso.

Hoegeng adalah sosok kesahajaan, kesederhanaan, kejujuran, integritas, pengabdian. Keteladanan Hoegeng adalah legasi bersejarah yang bernilai fundamental untuk segenap bangsa Indonesia,.

Hoegeng sebagai pribadi yang jujur, berintegritas, berani, dan dapat dipercaya. Meskipun menyandang jabatan penting, baik sebagai Kapolri maupun menteri, namun Hoegeng tidak pernah bersikap ‘aji mumpung’ memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi.

Sebagai pejabat tinggi, Hoegeng tetap bersahaja dan hidup dalam kesederhanaan, jauh dari gaya hidup hedonisme.

Karakter dan kepribadian tersebut membuat Hoegeng dikenal dekat dengan Presiden Pertama RI Bung Karno. Kedekatan ini tidak dibangun oleh loyalitas yang membabi buta, melainkan hubungan ‘simbiosis mutualisme’ dan profesional.

Di satu sisi, Hoegeng bukanlah tipikal pejabat yang bersikap ‘asal bapak senang’ dan berani mengungkapkan pendapat secara jujur dan lugas. Di sisi lain, Bung Karno adalah sosok demokratis dan tidak suka memaksakan kehendak secara otoriter.

Hoegeng juga dikenal sebagai pribadi yang teguh pendirian, tegak lurus pada aturan, apa pun konsekuensinya. Termasuk jika harus mengorbankan jabatan. Keterbatasan kehidupan ekonomi tidak menjadikan integritasnya mudah terbeli oleh iming-iming gratifikasi yang datang silih berganti.

Bamsoet menceritakan sepenggal kisah menarik di balik sikap Hoegeng yang terkesan kaku, tegak lurus pada aturan, dan anti kompromi. Mungkin tidak banyak orang yang mengetahui bahwa Hoegeng adalah sosok romantis, dalam makna sebenar-benarnya.

“Sebelum berpulang, Hoegeng sempat berwasiat agar jasadnya tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Alasannya satu, kalau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, istrinya nanti tidak bisa dimakamkan di sampingnya. Sederhana, tapi sangat romantis,” urai Bamsoet.

Bagi sebagian kalangan, khususnya generasi milenial, sosok Hoegeng masih dianggap sebagai sebuah legenda, mitos, atau hanya menjadi kisah utopia.

Kondisi tersebut terbentuk oleh realitas sosial yang saat ini dialami dan rasakan, di mana sosok pimpinan yang benar-benar dapat dijadikan teladan, masih menjadi barang langka dan sulit ditemukan.

Hoegeng adalah sosok nyata, bagian dari realitas sejarah yang dapat kita jadikan sebagai rujukan pembelajaran dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan, karena sedemikian kuatnya integritas Hoegeng, (*)

*; Redaktur senior detakpos.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *