Infodemic Covid-19

Oleh : A Adib Hambali (*

MEDIA sosial (medsos) di Bojonegoro, Jawa Timur, sempat ramai akhir pekan ini. Pasalnya, beredar secara berantai foto sejumlah elite pejabat di daerah tersebut berkumpul dalam sebuah pertemuan.

Sayangnya, di medsos yang beredar tidak ada penjelasan tempat, waktu dan untuk apa mereka berkumpul yang melengkapi informasi tersebut.

Tanpa konfirmasi kebenaran foto di medsos, menarik salah satu media untuk mengulas dengan menjustifikasi bahwa pertemuan itu menyalahi aturan.
Dewan Pers mengatur, bisa saja menjadikan medsos sebagai sumber informasi untuk berita, namun tetap perlu konfirmasi, cek ricek dan berimbang.

Namun akhirnya terkonfirmasi oleh media yang beda, sehingga diketahui publik bahwa itu rapat terbatas menghadapi bulan Ramadlan. Tentu menjadi berita akurat.

Diakui, tidak menguntungkan bergulirnya kabar ini di medsos saat menghadapi penyebaran virus Covid-19. Pasalnya, selain tantangan dalam upaya memutus penyebaran virus Covid-19, juga menimbulkan hambatan lain yang juga dihadapi masyarakat. Bisa jadi ini contoh adanya infodemic seputar Covid-19.

Infodemic ini mengarah pada informasi berlebih akan sebuah masalah, sehingga kemunculannya dapat mengganggu usaha pencarian solusi terhadap masalah tersebut.

Pertemuan elite pejabat di tengah perlawanan Covid-19 bisa menimbulkan infodemic karena bisa saja berdampak pada berkurangnya  kepercayaan di saat mereka sendiri dan yang lain mengkampanyekan ke publik agar memutus mata rantai penyebaran Corona dengan menjaga jarak.

Infodemic lainya, bisa saja sebagian masyarakat tidak peduli pada aturan dan seruan memutus pandemik Corona dengan cara menjaga jarak. Itu salah satu contoh.

Cara Cek Hoax

Benar, Pendiri Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Harry Sufehmi menyatakan saat ini istilah infodemic sudah mengglobal karena turut memperburuk situasi dan tidak menolong sama sekali.

Istilah Infodemic itu sudah mengglobal karena turut memperburuk situasi, kita saat ini di situasi pandemik, wabah global, bukan lokal. Infodemic tidak menolong situasi yang parah ini,” jelas Harry,(Detakposcom, Sabtu (18/4/2020).

Selain itu, infodemic juga dapat berakibat fatal hingga menyebabkan korban nyawa. Fenomena itu yang sering muncul di tengah masyarakat, seperti informasi yang tidak benar mengenai salah satu obat penangkal Covid-19 yang membuat masyarakat justru merasa aman dengan adanya obat tersebut sehingga mengabaikan anjuran protokol kesehatan.

Akibat infodemic ini bisa cukup fatal, sampai menyebabkan korban nyawa. Misalnya informasi mengenai obat tapi hoaks. Kalau virus cukup dikasih bawang putih, padahal sebetulnya itu hoaks.

Terus berbagai narasi yang menghasut tapi hoaks sehingga menyebabkan kepanikan di tengah masyarakat yang sudah cukup susah karena wabah ini, jadi kita kasihan sekali.

Para ulama zaman dahulu telah menyusun Ilmu hadist untuk melawan hoaks, tatkala saat itu banyak beredar hadits palsu.

Untuk itu, perlu dipahami bahwa dasar untuk mendeteksi dan menangkal hoaks itu seperti diajarkan oleh ilmu hadits melalui ulama dengan dasar sanad dan matan, yaitu mengetahui asal atau sumber dan bunyi makna dan pemahaman tentang isinya.

Dasarnya simpel untuk membantah atau mendeteksi hoaks, yaitu sanad dan matan. Sanad itu sumber, matan itu konten.

Jadi maksudnya, kita cek kalau kita dapat berita, sanadnya apa, sumbernya darimana. Kalau cuma forward-an Whatsapp yang tidak jelas sumbernya sama sekali, perlu dianggap hoaks saja sampai terbukti sebaliknya, jadi supaya aman.

Kemudian, terkait konten atau isi berita, masyarakat sebaiknya mengecek apakah konten tersebut ada yang aneh atau tidak. Apabila ada isi berita yang ketika dibaca isinya langsung membangkitkan emosi, marah, gusar atau bahkan, ketakutan, serta mungkin berlawanan dengan yang selama ini beredar di media massa, maka harus dicek atau dianggap sebagai berita hoaks sampai terbukti sebaliknya.

Jadi mengetahui ini hoax atau bukan itu simpel karena sudah diajarkan dari zaman dahulu yaitu apakah sanadnya jelas, gimana kontennya. Jadi kalau umat muslim sudah bisa berpegang ke situ, maka sebenarnya kita sudah bisa menghindari hoaks ini.(*).

Penulis : Redaktur senior Detakpos

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *