Bercermin pada Halimah

Oleh : A Adib Hambali (*

SEJARAWAN moralis Inggris, John Emerich Edward Dalberg Acton atau Lord Acton menyatakan, “Power tend to corrupt, absolute power corrupt absolutely.”(Kekuasaan cenderung korup, kekuasaan mutlak korup mutlak.).

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri mengingatkan tentang akar korupsi yang berawal dari minimnya integritas.

Kalau kita bicara tentang korupsi, orang bisa korupsi karena dia tidak berintegritas. Karena rumus korupsi = kekuasaan + kesempatan – integritas.

Firli mengingatkan mereka agar dapat merenungkan kembali bahwa yang terpenting ialah menguatkan akar integritas di dalam diri tiap-tiap individu.

Integritas adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu, “integer” yang artinya utuh dan lengkap Integritas adalah sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran (Wikipedia).

Sosok berintegritas, kita perlu bercermin pada Halimah (36), seorang pekerja cleaning service Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.

Dia menemukan tas tangan merek Montblanc saat membersihkan ruang tunggu Central Coridor Departure Terminal 2 E Bandara.

Alih-alih menyimpan tas itu dibawa pulang, dia justru menyerahkannya kepada petugas Aviation Security (Avsec).

Halimah tidak silau dengan tas tangan bermerek mahal yang dia pergoki. Baginya, melaporkan serta menyerahkan temuannya kepada petugas adalah langkah yang harus dilakukan.

Kemudian, di hadapan para petugas Avsec, tas itu pun dibuka. Isinya, empat buku tabungan dari bank yang berbeda, paspor, stempel, dan dua lembar cek.

“Satu masih kosong, tapi sudah ditandatangani, satu lagi sudah diisi nominal Rp 35,9 miliar sudah ditandatangani dan distempel,” kata General Manager Wilayah I PT Angkasa Pura Solusi, Toyib Fanani, seperti dilansir moeslimobsession (1/11/2021).

Wow, nominal yang luar biasa! Tapi, lagi-lagi itu tak membikin perempuan kelahiran Desa Bojongrenged, Teluk Naga, Tangerang (tak jauh dari Bandara Soekarno Hatta), ini gelap mata.

Ternyata, penemuan tas itu bukan pertama bagi ibu dua anak yang suaminya seorang satpam ini.

Jauh sebelumnya, Halimah yang sudah 10 tahun bekerja di bandara ini sering menemukan barang-barang berharga milik penumpang yang tertinggal dan lalu dia serahkan ke petugas Avsec.

Jadi Halimah mengaku tidak kaget saat menemukan tas yang ternyata berisi cek bernilai miliaran rupiah itu.

“Saya terharu, bangga juga karena sudah bisa jujur dalam bekerja,” ujarnya kepada media.

Pesan moral dari apa yang dilakukan Halimah, siapa pun bisa berlaku jujur. Seorang petugas kebersihan biasa, bisa menjadi contoh positif dan inspiratif bagi siapa pun.

Bandingkan dengan seorang koruptor yang secara kasat mata tampil penuh kehormatan, dekat dengan kekuasaan tapi tak mampu menahan godaan.

Halimah, bisa saja menyembunyikan barang mahal yang ditemukannya. Tapi dia tahu itu bukan haknya. Sementara para koruptor tahu apa yang dilakukannya itu haram tapi tidak kuasa untuk tidak melakukan.

Karenanya, kita geram ketika melihat para koruptor yang tertangkap masih bisa umbar senyum alias cengengesan saat disorot televisi.

Kita bangga dan bahagia ketika melihat Halimah tersenyum saat perusahaan tempat dia bekerja yakni PT Angkasa Pura Solusi menaikkan jabatannya menjadi supervisi cleaning service lantaran kejujurannya itu.

*):Redaktur  Senior Detakpos.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *