Jangan Lupa Bahagia

Oleh : A Adib Hambali (*

/Jangan lupa bahagia
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa bahagia sama akyu
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa bahagia
Jangan lupa bahagia sama akyu

/Kesel boleh marah boleh
Manyun boleh cemberut juga boleh.

ITULAH sepenggal syair lagu yang ngetrend lewat TikTok akhir akhir ini. Setidaknya mengingatkan kita untuk tetap bisa bahagia di tengah pandemi Covid-19.

Adalah peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengungkap betapa perlunya hidup bahagia. Suasana batin ini diperlukan menyusul semakin menurunnya perasaan bahagia akibat ancaman dan dampak terpapar virus Corona alias Covid-19.

Terbukti, sebuah kelas online tiba tiba menjadi perhatian luas. Dr Lauri Santos membuka kelas online di Yale University. Itu kelas psikologi yang sudah diperkaya oleh neuroscience. Nama kelasnya: the Science of Wellbeing. Bagaimana tetap berbahagia di era virus corona.

Sebanyak dua juta siswa mendaftar di kelas itu. Sebanyak 40 juta siswa lain membaca materi kelas itu.

Apa yang terjadi dan mengapa tips bahagia di era pandemik corona begitu populer.
Jawabnya : karena ada yang turun dan ada yang naik. Yang turun adalah penghasilan ekonomi, banyak orang miskin baru. Semakin ramai orang susah baru.

Yang naik adalah level stress, kegelisahan, kecemasan, kekhawatiran.

Gallup Poll merekam suasana batin orang Amerika Serikat era pandemik. Sekitar 60 persen warga Amerika Serikat merasa khawatir. Ini angka kecemasan yang sangat tinggi.

Yang dibutuhkan tidak hanya terapi fisik seperti cuci tangan agar bersih dari virus corona. Dibutuhkan juga cuci pikiran agar bersih dari virus kegelisahan.

Denny mengharapkan tidak hanya solusi fisik seperti masker melindungi raga dari masuknya virus corona. Diharapkan juga masker untuk melindungi emosi kita dari masuknya virus kecemasan.

Yang diperlukan tidak hanya tips fisik seperti social distancing agar ada jarak untuk tak tertular virus corona. Diperlukan juga psycilogical distancing agar ada jarak dari histeria dan aura negatif era pandemik.

Tak heran kelas online yang mempopulerkan science of happiness menjadi trendy.

Lain di Amerika Serikat lain di Indonesia. Di Amerika Serikat ada Dr Lauri Santos. Di Indonesia, catat Denny, ada sepasang suami istri: JoJo Rahardjo dan Desny Zacharias Rahardjo menulis buku dengan nada sama: Resilience, Membangun Positivity: Tetap Tangguh di Masa Sulit.

Buku singkat ini juga memberikan tips bersandar riset cara tangguh menghadapi era virus corona. Berdasarkan riset, betapa sikap hidup positif, meditasi, bersyukur, menolong orang lain, olah raga, hubungan sosial yang akrab itu dapat menambah kekebalan tubuh.

Jojo dan Desny merumuskan kata yang berbeda untuk formula yang umumnya sama. Riset soal happiness sudah sampai pada kematangan itu. Aneka varibel penyebab kebahagiaan sudah diuji coba.

“Saya sendiri sudah pula mempublikasikan buku “Bahagia itu Mudah dan Ilmiah,” di tahun 2016,” ungkap Denny JA.

Platform bahagia itu dirumuskan menjadi 3 P + 2 S. 3 P itu adalah Personal Relationship, Positivity, Passion. Sedangkan 2 S itu adalah Small Winning dan Spirituality.

Buku Jojo dan Desny ini terbit tepat waktu. Kini sudah terlalu sering mendengar cara hidup di era “New Normal” ketika vaksin belum ditemukan.

Umumnya tips yang diberikan sangatlah fisik belaka: membersihkan ruangan dengan disinfectan, ukur suhu sebelum masuk ruangan, jarak jangan kurang satu meter dari orang lain.

Padahal di era pandemik, virus kecemasan dan kekhawatiran tidak kalah bahaya.*)

Redaktur Senior Detakpos

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *