“Kambing Hitam”

Oleh : AAdib Hambali

KAMBING Hitam. Artinya
seekor kambing yang bulunya berwarna hitam Namun sering dijadikan kiasan, yaitu orang yang dalam suatu peristiwa sebenarnya tidak bersalah, tetapi dipersalahkan atau dijadikan tumpuan kesalahan. (victionary).

Misalnya pernyataan satire Presiden Joko Widodo (Jokowi) menanggapi rumitnya koalisi dalam menentukan pasangan capres dan cawapres meski Pilres 2024 kurang dari 14 bulan lagi.

Ini pun mengundang kekhawatiran Presiden. Ujung ujungnya nanti pihaknya menjadi “kambing hitamn” “Yang saya takutkan nanti kalau ada yang gagal koalisi, yang dituduh Istana lagi. Ini Istana ini, ini Istana ini,” kata Jokowi dalam HUT Partai Hanura di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (Detik.com,21/12/2022).

Presiden mengaku tidak tahu menahu urusan koalisi antarpartai. Jokowi lantas melontarkan satire soal Istana yang selalu disalahkan
“Padahal kita itu kan nggak ngerti koalisi antarpartai, antar ketua partai yang ketemu. Tapi yang paling enak memang mengkambinghitamkan menuduh Presiden, Istana, Jokowi, paling enak itu. Paling mudah dan paling enak,” ujar Jokowi.

Selain itu, Jokowi juga khawatir jika ada pihak yang nanti tak mendapatkan tiket untuk maju Pilpres, dirinya juga disalahkan. Jokowi heran mengapa dirinya selalu disalahkan.

Kekhawatiran Presiden Jokowi cukup beralasan menghadapi situasi politik akhir akhir ini. Dilematis.Itulah istilah yang pas untuk menggambarkan situasi politik di akhir 2022, memasuki tahun politil 2023, menuju Pilpres 2024. Para elite yang disebut king maker ini sedang galau untuk mengambil sikap. Menjadi penerus legacy Jokowi atau justru membawa spirit perubahan dan antitesa terhadap Jokowi?

Di penghujung tahun, bulan Desember 2022, LSI Denny JA dalam survei mencatat akan ada empat king maker yang menentukan maksimal tiga pasang capres yaitu Megawati Soekarnoputri, Airlangga Hartarto, Prabowo Subianto dan Surya Paloh.
Megawati, Airlangga, dan Prabowo membawa spirit meneruskan Jokowi, Surya Paloh potensial menjadi antitesa Jokowi.

Namun empat king maker ini memiliki permasalahan sendiri. Surya Paloh, Nasdem tetap di pemerintahan atau keluar agar tegas bahwa Anies Baswedan yang diusung membawa isu perubahan.

Megawati pun galau mengangkat kader PDIP menjadi cawapres Prabowo (bagi Puan atau Ganjar) atau meninggalkan Prabowo dan kader PDIP maju sebagai capres.

Airlangga Hartarto, maju sebagai capres, tapi elektabilitas belum tinggi, atau fokus menjadi cawapres untuk capres yang potensial menang.

Prabowo kesulitan mencari cawapres di luar PKB. Sementara PKB bersikukuh harus Cak Imin Cawapresnya. Demikianlah beberapa temuan penting dari survei nasional terbaru LSI Denny JA yang dirilis di Jakarta, Selasa (detakposcom, 20/12/2022).

PDI Perjuangan mengantongi tiket penuh bisa mencalonkan pasangan presiden di Pilpres 2024. Jumlah kursinya di DPR RI mencapai 128 kursi ( 22,26%) melebihi syarat minimal 20%.

Kemudian Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, bersama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) terdiri Partai Golkar jumlah kursi 85 (14,78%), PAN 44 kursi (7,65%), dan PPP 19 kursi (3,3%). KIB sudah mengantongi tiket. Jumlah 148 kursi (25,73%).

King maker ketiga adalah Prabowo Subianto, satu dari tiga capres elektabilitas tertinggi dan mengendalikan Gerindra sebagai partai terbesar ketiga. Elektabilitas Prabowo saat ini mencapai 23,9%, di urutan kedua, selisih 1,9% dengan Ganjar Pranowo 25,8%. dan Di urutan ketiga Anies Baswedan 17,8%. Jumlah kursi Partai Gerindra di DPR RI 78 kursi (13,57%) kurang 37 kursi (6,43%) untuk bisa mendapat tiket pencapresan di 2024.

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mengendalikan Anies Baswedan, dan bisa menghidupkan kartu dua partai yang beroposisi, Partai Demokrat 54 kursi (9,39%) dan PKS 50 kursi (8,70%). Jika terjadi koalisi jumlah kursi dua partai ini adalah 104 kursi (18,09%).

Jika partai Demokrat dan PKS di tambah partai Nasdem yang mempunyai 59 kursi, maka jumlah kursi mencapai 163 kursi (28,35%).

Empat tokoh ini disebut king maker karena lima capres tertinggi adalah pria (king). LSI Denny mencatat tidak ada perempuan (queen).

Dengan komposisi ini, paling banyak hanya mungkin tiga pasangan capres karena PDIP sepertinya mustahil tidak berkoalisi dengan partai lain. Komposisi ini tidak cukup untuk empat atau lebih pasangan capres.

Lima capres elektabilitas tertinggi adalah  pertama, Ganjar Pranowo 25,8%. Kedua, Prabowo Subianto 23,9%. Ketiga, Anies Baswedan 17,8%. Keempat, Ridwan Kamil 9,4%. Kelima Airlangga Hartarto 5,0%).

Data survei LSI Denny JA menunjukan pemilih yang puas  terhadap kinerja presiden Jokowi memilih Ganjar sebanyak 32%. Prabowo 23,1%, Anies 12,3%. Di pemilih yang puas terhadap kinerja presiden Jokowi, Ganjar yang menang.

Sementara itu, di segmen pemilih yang tidak puas dengan kinerja presiden Jokowi, Anies menang. Pemilih yang tidak puas terhadap kinerja Presiden Jokowi yang memilih Anies 35,6%, Prabowo 27%, Ganjar 8,5%.

Surya Paloh kuat di suara yang beroposisi dengan Jokowi, tapi ia masih menjadi bagian dari pemerintahan Jokowi. Saat ini ada tiga kader partai Nasdem menjadi menteri dalam pemerintahan Jokowi, yaitu Syahrul Yasin Limpo (Menteri Pertanian), Johnny G Plate (Menteri Komunikasi dan Informasi), serta Siti Nurbaya (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan).

Surya Paloh, Nasdem mesti keluar dari pemerintahan agar tegas bahwa Anies Baswedan yang diusung membawa isu perubahan.

Dilema ketiga Surya Paloh, dalam mengusung Anies Baswedan akan membawa slogan penerus Jokowi atau antitesa Jokowi. Dilema Keempat Surya Paloh, menampung partai oposisi PKS atau Demokrat (dengan AHY sebagai Cawapres Anies), atau memoderatkan diri bergabung dengan KIB dengan Airlangga sebagai Cawapres.

Elektabilitas dua kader PDIP dan Prabowo jika diurut sebagai berikut. Peringkat pertama ada Ganjar dengan elektabilitas 25,8%. Ia di atas peringkat Prabowo dengan 23,9%. Dan Peringkat kedua Puan Maharani sebesar 2,9%, jauh di bawah elektabilitas Prabowo.

Jika menyerahkan Puan sebagai cawapres Prabowo, Ganjar akan dipinang partai lain sebagai capres. Sulit bagi Ganjar menolak pinangan capres partai lain jika partainya sendiri, PDIP tidak mencalonkannya.

Begitu juga jika menyerahkan Ganjar menjadi cawapres Prabowo, elektabilitas Ganjar lebih tinggi dan PDIP partai lebih besar dibandingkan Gerindra. Mustahil juga jika cawapres Ganjar adalah Prabowo karena Prabowo ingin tetap menjadi capres (ini berarti tidak berkoalisi dengan Gerindra).

Kemungkinan kecil juga cawapres Ganjar dari PKS, Demokrat dan Nasdem karena memilih mengusung Anies Baswedan sebagai capres. Pilihan tersisa bagi PDIP adalah cawapres dari KIB (Airlanga Hartarto), atau dari kalangan NU)

Sementara Airlangga maju sebagai capres dengan tapi elektabilitas belum tinggi, atau fokus menjadi cawapres bagi capres yang paling potensial menang. Jika dilihat dari data survei Denny JA, Ganjar-Airlangga merupakan pasangan dengan elektabilitas tertinggi, 28,7% dibandingkan dengan pasangan Anies-AHY dan Prabowo-Muhaimin dengan persentase masing-masing 22,4% dan 21,6%.

Namun jika Airlangga memilih cawapres dari Ganjar, bagaimana jika Ganjar dijodohkan dengan cawapres lain? Airlangga harus hidupkan kartu alternatif.
Data menunjukan jika tidak dengan Ganjar, berpasangan dengan Anies menjadi pilihan Airlangga Hartarto.
Pasangan Ganjar-Airlangga memang lebih unggul sebesar 28,7% dibandingkan dengan pasangan Anies-Airlangga sebesar 21,4%. LSI Denny JS mencatat selisih itu masih satu digit dan bisa dikejar untuk jangka waktu Pilpres yang masih panjang.

Jika Anies berpasangan dengan Airlangga, pasangan ini saling melengkapi. Anies adalah kekuatan segmen Islam, sedangkan AH segmen nasionalis. Anies Solidarity Maker, AH teknoratis.

Tapi Airlangga harus keluar dari gerbong Jokowi, karena Anies lebih membawa suara perubahan. Apalagi dalam Munas Golkar memberi mandat Airlangga sebagai capres.

Pendaftaran capres di bulan September 2023. Masih ada waktu menaikan elektabilitas Airlangga sebagai capres. Namun jangan lupa, telat bergerak akan membuat Ganjar atau Anies keburu memiliki cawapres yang lain.

Tingkat pengenalan Prabowo sudah maksimal mencapai angka 96%.  Tapi elektabilitas Prabowo jauh menurun dibanding Pilpres 2019. Pada saat itu, elektabilitas Prabowo – Sandi mencapai 44,5%. Saat ini elektabilitas Prabowo berada di angka 23,9%.

Hampir mustahil Prabowo maju sebagai cawapres atau tidak maju capres. Menjadi capres 2024 adalah kesempatan terakhir.
Prabowo, sudah sulit menang Pilpres 2024 karena elektabilitasnya sudah melampaui puncak, dan ia sudah dilewati oleh Ganjar Pranowo.

Tetapi Prabowo harus tetap maju untuk mendongkrak dukungan terhadap Partai Gerindra.
Dilema kedua Prabowo, pilihan pertama Prabowo mendapat cawapres dari PDIP (Ganjar atau Puan). Tapi pasangan dari PDIP semakin sulit didapat karena sebagai partai terbesar jika memungkinkan tetap akan memilih capres dari partainya sendiri.

Dilema ketiga Prabowo kesulitan mencari cawapres selain PKB. Sementara PKB bersikukuh harus Cak Imin cawapresnya. (*)

* Redaktur senior detakpos.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *