Parpol “Vs” Kekuatan Rakyat di Piikada Jember

Oleh : A Adib Hambali (*

PILKADA serentak akan digelar pada 9 Desember 2020. Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati  Jember, Jawa Timur, menjadi perhatian , dan layak dicermati karena memiliki keistimewaan.

Kalangan pengamat dan pemerhati politik pun menilai Piilkada tahun ini di Jember berbeda dari kebanyakan daerah lain karena memang  beda.

Yang perlu disimak, pertama calon petahana tidak didukung partai yang sama pada periode sebelumnya.

Biasanya, calon petahana yang didukung oleh partai, maka pada periode kedua pencalonannya mestinya berangkat dengan partai yang sama untuk melanjutkan kesinambungan program. Namun tidak di Jember.

Kemudian, Pilkada Jember kali ini justru partai pendukung sebelumnya dan hampir semua partai tidak mau memberikan rekomendasi kepada petahana.

Komposisi dukungan partai pada dua pasangan calon dan satu calon perseorangan (petahana) menjadikan persepsi bahwa Pilkada Jember adalah kekuatan parpol vis a vis kekuatan rakyat pada petahana.

Bahkan, hitungan hitungan politik di Pilkada Jember pun berbeda. Kalau kebanyakan daerah biasanya petahana maju kembali pasti diperhitungkan sebagai calon kuat, termasuk di Jember kecuali kalau figur petahana bermasalah.

Keunikan berikutnya, pilkada itu dimulai dengan konflik berkepanjangan, hubungan tidak harmonis antara eksekutif dan legislatif, sehingga muncul putusan mufakat secara politik melalui hak menyatakan pendapat yang mengarah pada pelengseran petahana.

Jika dari keunikan yang dilakukan hitungan matematis, maka semestinya nilai dukungan calon parpol akan lebih kuat daripada calon perseorangan melihat angka di Jember.

Dengan catatan mesin partai solid dalam menggerakkan konstituen (hasil pemilu legislatif) yang terepresentasikan dari kursi di DPRD Jember,.

Sedangkan dalam pilkada adalah politik figur, sehingga calon perseorangan yang muncul adalah petahana yang masih berkuasa dalam pemerintahan, maka hitungan matematis itu hasilnya bisa berbeda.

Apalagi kalau kemudian diimbangi dengan strategi politik jitu maka hitungan matematis yang kecil dan lemah bisa berbalik menjadi besar dan pemenang.

Sebagai informasi, sebanyak tiga pasangan bakal calon bupati dan wakil bupati Jember sebagai peserta pilkada, yaitu dua pasangan calon menggunakan kendaraan parpol, dan satu pasangan calon melalui jalur perseorangan.

Pasangan Hendy Siswanto – Muhammad Balya Firjaun Barlaman diusung oleh Partai NasDem, Gerindra, Demokrat, PPP, dan PKS dengan jumlah 28 kursi DPRD.

Kemudian diikuti pasangan kedua adalah pasangan Abdus Salam – Ifan Ariadna Wijaya yang diusung PKB, PDI-P, Golkar, Perindo, PAN, dan Berkarya (22 kursi DPRD).
Pasangan calon petahana Faida yang menggandeng Dwi Arya Nugraha Oktavianto memilih jalur perseorangan dengan 146.687 surat dukungan yang terverifikasi untuk mendaftar.

Persaingan Ketat

Kontestasi Pilkada Kabupaten Jember 2020 akan berlangsung ketat. Faida-Vian Ungguli Hendy-Gus Firjaun.

Hal itu didasarkan hasil survei Politika Reseach & Consulting (PRC), yang menjaring aspirasi publik menjelang Pilbup Kabupaten Jember melalui survei, yang dilaksanakan pada 26 November 2020 hingga 2 Desember 2020 dengan rentang Margin of Error(MoE) 4,5 persen.

Survei menggunakan sampel 500 responden tersebar secara proporsional di 31 kecamatan dan 50 desa yang terpilih secara acak sebagai basis survei. Metode survei yang digunakan adalah multi-stage random sampling dengan ConfidenceLevelsebesar 95 persen.

Guna memastikan kualitas survei, dilakukan supervisi berlapis melalui Koordinator Lapangan (Korlap) dan Supervisor, serta Respondents Checksebesar 20 persen dari total responden,” kata Manager Program PRC Arif Prio Wicaksono, dalam konferensi pers, dilansir Gempur.com, (Sabtu, 5/12/2020).

Direktur Riset PRC, Miftahul Munir menuturkan, pihaknya melakukan uji elektabilitas dengan mengajukan 2 pertanyaan kunci.“Pertama top of minddan kedua closedoption.Hasilnya Pilbup Jember akan berlangsung ketat,” katanya.

Pada uji pertanyaan terbuka elektabilitas (top of mind) petahana dr. Faida-Dwi Arya Nugraha Oktavianto (Faida –Vian) memperoleh 31,8 persen dan pasangan Hendy Siswanto –KH. M. Balya Firjaun Barlaman (Hendy –Gus Firjaun) mendapatkan 30,4 persen.

Kandidat nomor urut 3, Abdussalam –Ifan Ariadna Wijaya (Salam –Ifan) hanya memperoleh 11,4 persen. Sisanya (26,4persen) responden masih belum atau tidak menentukan pilihan. Responden yang menyatakan Tidak Tahu atau Tidak Menjawab(TT/TM) terbagi 2 kategori besar.

Pertama adalah mereka yang dominan menjawab rahasia, utamanya dari kalangan responden berlatar belakang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kedua, yaitu mereka yang memang merupakan undicided votersitu sendiri.

Elektabilitas Paslon dengan pertanyaan tertutup (closed option) juga ketat. Pasangan Faida –Vian mendapatkan 35,6 persen, diikuti Hendy –Gus Firjaun dengan 35,2 persen dan pasangan Salam –Ifan dengan 12,6 persen. Ada16,6 persen responden yang masih belum atau tidak menentukan pilihan.

Pada pertanyaan lanjutan, terkait dengan kemantapan pilihan terhadap pasangan calon, data menunjukkan masih besar kemungkinan responden merubah pilihannya. Ada 34,6 persen responden yang menyatakan masih mungkin berubah pilihannya.

Namun juga terdapat 55,2 persen yang menyatakan pilihannya sudah mantap. “Hasil survei dengan selisih hanya 0,6 persen sampai dengan 1,4 persen, baik inkumben (Faida –Vian) maupun penantang (Hendy –Gus Firjaun) sama-sama memiliki peluang yang besar,” jelasnya.

Kunci kemenangan terletak pada kemampuan masing-masing pasangan calon untuk memobilisasi pemilih ke Tempat Pemungutan Suara (TPS), dan kemampuan untuk meyakinkan swing voters dan undecided votersuntuk memilih.

Pertarungan ketat, juga tersaji berdasarkan hasil uji cross-tabulation(elektabilitas dengan Daerah Pemilihan / Dapil). Terjadi pertarungan ketat pada basis pemilihan berdasarakan Dapil, pertarungan memperebutkan basis pemilihdi Dapil akan memiliki peran penting.

Petahana unggul di 3 Dapil, yaitu 2, 5, dan 6. Hendy –Gus Firjaun di Dapil 1, 3, dan 4. Selayaknya pesta rakyat, Pilbup Jember 2020 diharapkan mampu menarik partisipasi masyarakat. Namun tetap dalam koridor protokol kesehatan, karena pandemi Covid-19 masih menjadi ancaman serius.

Kita bisa menyaksikan bagaimana kekuatan parpol menghadapi kekuatan rakyat yang mendukung petahana. Mampukah kekuatan rakyat menumbangkan oligarki parpol? Kita tunggu hasil coblosan.

*) Redaktur Senior Detakpos.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *