Peranan Manusia di Bidang Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0

Oleh : Ariel Sharon (*

PERANAN manusia dan struktur konvensional lain dapat tergantikan oleh teknologi mutakhir. Peranan dapat digantikan oleh mesin, robot, sistem aplikasi, maupun kecerdasan buatan yang digunakan mesin maupun teknologi untuk merubah struktur yang ada.

Perspektif khusus pada dunia pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, peranan manusia yang tereduksi sudah muncul pada beberapa gejala-gejala yang muncul di lapangan. .

Mulai dari berkurangnya peminat lembaga belajar non-formal yang beralih ke teknologi. Suatu contoh adalah lembaga kursus musik, sekarang dengan adanya tutorial bermain musik dari level dasar hingga mahir bisa di dapatkan di youtube.

Contoh kedua adalah bagaimana penerapan soal matematika, statistik, fisika, maupun kimia yang sudah banyak sekali konten-konten yang di publish di youtube. Contoh ketiga, bagaimana pengucapan tiap-tiap kata dalam bahasa inggris pun diulas secara gamblang. Hal tersebut adalah merupakan contoh peranan manusia tereduksi oleh teknologi yang menggerus lahan pendidikan non-formal.

Tidak heran jika suatu saat ada kemungkinan lembaga pendidikan non-formal seperti Primagama, Purwacaraka, maupun lembaga pendidikan lainnya bakal gulung tikar.

Aplikasi ruang guru menjadi salah satu contoh perkembangan teknologi yang mengikis peran guru pada era revolusi industri ke 4.

Contoh teknologi lain adanya tutorial youtube yang secara detail dapat menampilkan contoh gerakan ada pelajaran olahraga, dapat menampilkan reaksi senyawa A bertemu dengan senyawa B pada pelajaran kimia, bagaimana cara senam jari untuk pemain gitar pemula, bagaimana cara mengerjakan soal matematika statistik pada bab regresi linear dan berbagai contoh lain yang dapat diputar berulang-ulang hingga para pengguna platform tersebut paham.

Contoh teknologi lain yang juga mereduksi peran sarana dan prasarana adalah aplikasi google classroom yang memberikan fasilitas kelompok kerja yang dapat diisi oleh guru, dan sejumlah murid, di sini dapat mengurangi guna kelas, di mana fungsi kelas adalah media tempat untuk tatap muka.

Sarana prasarana seperti perpustakaan fisik juga dapat tereduksi dengan adanya aplikasi koleksi buku. Contoh adalah E-Resources Perpusnas Republik Indonesia, Wattpad, dan beberapa situs penyedia E-Book gratis. Dan juga barang tentu adalah platform mesin pencari Google yang dapat memberikan seluruh informasi yang dibutuhkan melalui artikel-artikel yang bebas di akses oleh siapa pun yang tidak terbatas oleh tempat maupun waktu.

Semua teknologi tersebut banyak yang dapat diakses secara cum cuma. Di sini dapat disimpulkan peranan sarana dan prasarana sekolah seperti perpustakaan pun dapat terreduksi dengan teknologi-teknologi yang sudah saya sebutkan.

Kembali mengulas pada contoh aplikasi pengganti kelas sebagai media belajar. Salah satu contoh teknologi tersebut antara lain edmodo yang memiliki guna hampir sama dengan google classroom yang memiliki fitur lebih canggih yang membuat proses belajar mengajar lebih efektif, efisien, dan terorganisir, seperti misalnya fitur polling, gradebook, quiz, file and links, library, assignment, award badge, dan parent code.

Edmodo adalah platform pembelajaran berbasis jejaring sosial yang diperuntukan untuk guru, murid sekaligus orang tua murid. Edmodo pertama kali dikembangkan pada akhir tahun 2008 oleh Nic Borg dan Jeff O’hara dan Edmodo sendiri bisa dibilang merupakan program E-Learning yang menerapkan sistem pembelajaran yang mudah, efisien sekaligus lebih menyenangkan.

Saya pernah mengulas E-Learning pada skripsi saya dan menerapkan proses belajar mengajar berbasis E-Learning yang menghasilkan kepuasan peserta didik, walaupun faktor signifikansi terhadap hal tersebut tidak terlalu besar. Dalam kesimpulan pada kali ini menunjukkan bahwa, sarana dan prasarana sekolah pun bisa ter-reduksi oleh teknologi.

Pada era Revolusi Industri keempat ini salah satu dampaknya adalah “banjir informasi’. Istilah tersebut dikemukakan dengan alasan tidak adanya kontrol terhadap setiap informasi yang beredar di masyarakat. Segala informasi yang simpang-siur dan nilai keakuratannya minim sangat banyak beredar luas di masyarakat.

Peranan guru/mentor/tutor yang kemungkinan masih tersisa adalah peranan dalam menangkal arus informasi yang sangat bebas bisa masuk pada peserta didik. Jika perihal tersebut di analogikan pada bidang pendidikan, terutama pada bidang-bidang sosial dan bahkan juga bidang sains, maka dapat dibayangkan jika siswa memiliki persoalan dalam menjawab sebuah pertanyaan, dan peserta didik diminta untuk menjawab sebuah pertanyaan yang dapat mencari rujukan yang bersumber dari manapun, tidak menutup kemungkinan adalah platform mesin pencari Google, dan jawabannya pun beragam, maka disitulah tugas guru untuk meluruskan, manakah informasi yang benar, dan manakah rujukan yang harus dituju, dan mana rujukan yang tidak bisa dijadikan sebagai dasar.

Peranan guru/mentor/tutor yang lain yang kemungkinan kecil tereduksi oleh teknologi adalah peranan guru dalam motivasi. Peran Seorang guru sebagai motivator, sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran, semula dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented), di sini peran guru tidak dapat digantikan oleh mesin/teknologi. Karena guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa.

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif. Tugas manusia sebagai tenaga pendidik tidak dapat digantikan oleh mesin karena kebutuhan-kebutuhan seperti;
memperjelas tujuan yang ingin dicapai.

Membangkitkan minat siswa, menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar. Memberi pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa.
Memberikan penilaian.
Memberikan komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.
Mencipakan iklim persaingan dan kerja sama.
Tidak dapat dilakukan oleh mesin untuk sementara waktu. Dan tidak menutup kemungkinan ada teknologi yang menciptakan kebutuhan-kebutuhan tersebut di masa mendatang dengan kecerdasan buatan.
Dan juga peranan guru/mentor/tutor yang lain yang kemungkinan kecil tergeser oleh teknologi adalah peranan guru sebagai konselor.

Berkenaan peran guru kelas dan guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling, Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat.

Prayitno dkk (2004) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru pada bidang konseling:
Membantu pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa
Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.

Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor
Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan).
Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.

Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan.
Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa.

Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.

Peranan tersebut hanya memiliki kemungkinan kecil untuk digantikan oleh teknologi. Dan tentunya dengan adanya istilah Artificial Intelligence atau yang biasa disebut dengan kecerdasan buatan, tidak menutup kemungkinan beberapa poin peranan tersebut dapat diambil alih oleh teknologi.

*)Penulis: Sekretaris Direktur Alas Institute.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *