Peranan Manusia di Era Revolusi Industri 4.0

Oleh :Ariel Sharon

PERANAN manusia akan banyak tergantikan oleh mesin, robot, sistem aplikasi, maupun kecerdasan buatan berupa mesin yang meniru algoritma menyerupai “suggest” di dalam diri manusia.

Revolusi industri pertama dimulai pada abad ke 18 ditandai penemuan mesin uap untuk peningkatan produktivitas industri.

Di Inggris, saat itu, perusahaan tenun menggunakan mesin uap untuk menghasilkan produk tekstil. Mesin uap dianggap lebih efisien dibanding menggunakan manusia sebagai pekerja mencetak barang-barang industri.

Sebelum mesin uap ditemukan, keberadaan manusia pun juga banyak tergantikan oleh hewan. Misalkan, pada suatu tuas yang besar dibutuhkan 20 orang untuk mendorongnya berputar searah jarum jam, sebelum ditemukannya mesin uap, industri memakai tenaga kuda untuk menarik memutari tuas tersebut.

Dianggap lebih efektif dan efisien, maka kuda waktu itu telah menggantikan kinerja manusia dalam memutarkan tuas tersebut. Dan kemudian hari, setelah ditemukan mesin uap, mesin dianggap lebih efektif dan efisien daripada manusia maupun hewan dari sisi maintenance.

Mesin uap hanya membutuhkan pemeliharaan, sehingga lebih efisien dibanding manusia dan hewan pada saat itu. Industri beralih ke mesin uap.

Pada revolusi industri kedua, ditemuan mesin tenaga listrik pada era 1900-an. Mesin tenaga listrik mendorong produksi massal yang cepat, jauh lebih cepat dibandingkan manusia. Mesin tersebut mampu mencetak kain yang panjang dan lebar melebihi kemampuan manusia.

Pada contoh lain, untuk membuat mobil, mesin mampu memproduksi ban dengan jumlah yang banyak, lebih cepat, mesin mampu mencetak pintu mobil, kaca mobil, mesin mobil, dan seluruh bagian mobil yang kemudian di rangkai oleh manusia.

Pada fenomena kali ini, manusia hanya dibutuhkan pada tahap merangkai dan tahapan-tahapan selanjutnya saja. Sedangkan tahapan sebelumnya sudah diselesaikan oleh mesin tenaga listrik.

Revolusi industri ketiga, seberapa banyak peranan manusia digantikan. Pada tahun 1970-an pabrik hanya perlu memasukkan bahan mentah, dan kemudian mesin memproses menjadi sebuah barang jadi. Misalnya, manusia hanya bertugas untuk memasukkan kapas, lilin, dan pewarna untuk membuat baju. Kapas menjadi benang, benang menjadi kain, lilin menjadi kancing, kain-benang-kancing-pewarna diolah oleh mesin dan menjadi sebuah pakaian jadi.

Revolusi industri ke empat terjadi di atas tahun 2011 memberikan dampak yang besar pada tatanan sosial dan ekonomi masyarakat. Bukan hanya pada tahapan produksi saja yang digantikan oleh mesin, tahapan yang lebih rumit yang seharusnya hanya dapat dikerjakan oleh manusia juga dapat digantikan oleh mesin.

Misalnya, suatu industri membutuhkan analis sales manajemen, berapa produk yang perlu di produksi pada tahun depan, jika penjualan produk tahun ini sejumlah sekian. Tapi kini pekerjaan itu bisa hilang, dan dapat digantikan oleh mesin, yaitu dengan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Mesin bisa menghitung algoritma seluruh kebutuhan tersebut di era ini.

Klaus Schwab memberikan pemaparan, dampak revolusi industri keempat akan menyentuh banyak sektor. Pada salah satu sektor adalah sektor ekonomi yang akan mempengaruhi pertumbuhan, pekerjaan, dan sifat kerja.

Pertumbuhan ekonomi bisa memiliki dinamika tinggi, pada satu saat pertumbuhan bisa cepat, dan pada satu saat pertumbuhan melambat dengan perubahan yang ekstrem. Pada sektor tersebut dipengaruhi oleh teknologi.

Pekerjaan, pada revolusi industri sebelumnya sudah dapat dibayangkan bagaimana pekerjaan manusia ter-reduksi secara masif oleh mesin. Pada masa ini pekerjaan seperti guru-pun tidak menutup kemungkinan untuk ter-reduksi oleh teknologi.

Menilik dari banyaknya tutorial pembelajaran di dalam aplikasi populer yang dapat dianggap sebagai ancaman oleh lembaga belajar di luar sekolah untuk saat ini.

Dari beberapa paragraf di atas sudah ada beberapa contoh pekerjaan yang tidak menutup kemungkinan segera digantikan oleh teknologi di era revolusi industri 4.0.

Bisnis pun dapat tergantikan oleh teknologi. Bisnis yang menghasilkan lapangan pekerjaan yang tidak sedikit, contoh gerai pakaian, juga teancam teknologi. Terbukti pada pertengahan 2017 beberapa gerai pakaian ternama menutup gerainya di Jakarta karena sepi pengunjung, salah satu faktor adalah pembeli lebih memilih membeli lewat online atas dasar efektivitas dan efisiensi.

Fenomena tersebut menghilangkan pekerjaan pada bisnis tersebut, seperti penjaga toko, kasir, pegawai gudang, dan lain sebagainya untuk kebutuhan gerai tersebut. Gerai tersebut kalah dalam persaiangan bisnis toko online yang diisi oleh individu-individu yang memanfaatkan teknologi.

Bidang lain yang sudah berdiri lama seperti contoh perusahaan transportasi taksi di Jakarta yang mengalami penurunan omset karena ada suatu pembaharuan teknologi. Pembaharuan teknologi yang memberikan fasilitas untuk pengemudi biasa dapat menjadi penyedia jasa transportasi antar jemput.

Robot dengan kecerdasan buatan menjadi penerima tamu hotel menggantikan manusia. Robot tersebut mampu mendeteksi kebutuhan manusia secara cepat hanya dengan mendengarkan suara yang keluar dari pengunjung hotel. Secara total menggantikan peran manusia di bidang pelayanan hotel tersebut (receptionist).

Satu contoh terakhir, di antara banyak contoh yang bisa dikembangkan berdasarkan realitas sosial pada hari ini. Pekerjaan sales yang menawarkan jasa kredit dapat tereduksi juga. Teknologi peer to peer lending tidak menutup kemungkinan menggerus jasa sales bidang kredit usaha. Atau deskripsi pekerjaan sales bidang kredit usaha yang mempromosikan dan menawarkan pada nasabah dapat tergantikan oleh teknologi multi level short message services (biasa dikenal dengan sebutan sms berantai/bom sms).

Perubahan teknologi yang semakin canggih tidak dapat kita negasikan dalam kehidupan bermasyarakat, terlebih pada dunia usaha.

Pada dunia usaha perubahan ini perlu disikapi dengan cepat dan persiapan yang matang, mantap, dan berkualitas. Langkah antisipatif menjadi keharusan untuk segera dilakukan agar perubahan mengikuti zaman ini terus terjaga.

Meskipun demikian, kita dapat memandang perubahan tersebut dengan positif, meskipun banyak pekerjaan yang tergeser oleh teknologi, banyak juga pekerjaan baru yang tumbuh. Perubahan yang disebabkan oleh teknologi tidak dapat dicegah, perubahan tersebut bisa dikejar dengan cara mengembangkan keahlian dan mampu beradaptasi serta dapat membaca situasi sosial terkini sehingga manusia mampu mengimbangi perkembangan dan percepatan zaman.

Manusia harus dapat merevitalisasi dirinya untuk mengejar ketertinggalan. Manusia harus adaptif terhadap perubahan-perubahan.

Manusia siap tertinggal oleh zaman dan teknologi jika kemampuan adaptifnya kurang, terlebih pada zaman yang serba cepat pada kali ini.

Penulis: Sekretaris Direktur Alas Institute

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *