Pesan Moral Lestarikan Bengawan Solo di “Jazz Bengawan”

Oleh Agus S

BojonegoroDetakpos – Pergelaran “Jazz Bengawan” di Bojonegoro, Jawa Timur, Rabu (13/11), di tahun ketiga baru saja usai. Di acara tahunan itu, menampilkan musisi jazz manca negara asal Brasil yang berkolaborasi dengan musisi jazz Tanah Air.

Penampilan kolaborasi musisi jazz yang hanya drum, bas dan piano, yang menyuguhkan beberapa lagu termasuk Bengawan Solo mampu menampilkan suguhan yang apik.

Di acara itu, sebelumnya juga tampil musik Orkestra yang dipimpin Jagad Pramudjito yang menyuguhkan musik bambu dipadu dengan musik gergaji.

Rangkaian Jazz Bengawan, pada siang harinya juga ditandai dengan penaburan benih ikan ke Bengawan Solo oleh Wakil Bupati Bojonegoro Budi Irawanto.

Dari penampilan musisi jazz asal manca negara juga musisi tradisional lokal ada satu pesan yang masih mengiang yang disampaikan masing-masing musisi dalam panggung itu, kurang lebihnya Jaga Kelestarian Bengawan Solo.

Tidak hanya itu sebagai pratanda pesan moral yang disampaikan para musisi juga melantunkan lagu karya Maestro Gesang yaitu Bengawan Solo, dengan irama jazz atau “ngejazz”.

Dengan label Jazz Bengawan bisa dijadikan jaminan merupakan panggung yang prestesius, selain juga pergelaran serupa yang sudah ada, seperti Jazz Bromo.

Di dua kali Jazz Bengawan yang dipandegani pemuda Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan Kota, antara lain, Khoirij Zaenal Asrori lokasinya di tepian Bengawan Solo di kelurahan setempat. Di acara Jazz Bengawan itu, selain menampilkan musisi jazz manca negara juga musisi jazz nasional Payung Teduh.

Namun dalam acara Jazz Bengawan yang ketiga lokasinya berpindah dari lokasi awal yaitu ditempatkan di bawah jembatan Sosrodilogo, yang menghubungan Kecamatan Kota-Trucuk.

Dengan tata letak panggung berlatar belakang jembatan Sosrodilogo, dipadu suasana purnama, pergelaran Jazz Bengawan semakin megah, dengan penonton yang tertib didukung para penjaja makanan.

Dalam penampilannya para musisi jazz menyelipkan pesan moral dengan narasi bahasa Jawa juga bahasa Indonesia kepada penonton, diantaranya, untuk menjaga lingkungan Bengawan Solo dengan tidak membuang sampah plastik di Bengawan Solo, juga lainnya.

Pesan moral para musisi jazz terkait kelestarian sungai terpanjang di Jawa di daerah setempat, patut mendapatkan apreasiasi, meskipun menjaga kelestarian Bengawan Solo tidak bisa hanya dilaksanakan satu daerah.

Paling tidak adanya gaung pesan moral pergelaran Jazz Bengawan bisa menjadi titik awal menggungah kesadaran masyarakat mengenai kelestarian Bengawan Solo, selain memasyarakatkan musik jazz yang bagi kebanyakan masyarakat masih awam.

Hanya saja permasalahan menjadi kelestarian Bengawan Solo tidaklah sesederhana bahwa menjaga kelestarian Bengawan Solo cukup hanya di Bojonegoro. Akan tetapi harus melibatkan berbagai daerah terutama di hulu, Jawa Tengah, seperti Solo, Sragen juga daerah lainnya.

Ini bisa diketahui bahwa Bengawan Solo yang mata airnya dari Pegunungan Seribu, Jawa Tengah, hingga ke hilir di Sembayat, Gresik, dengan panjang sekitar 600 kilometer melewati beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Dari daerah hulu itulah sumbangan kerusakan lingkungan Bengawan Solo terutama kualitas airnya, memperoleh andil paling besar dari Jawa Tengah, terkait pencemaran berbagai aneka limbah industri, selain limbah pertanian dan limbah domestik.

Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Djati Witjaksono Hadi menyebut kementerian sudah tahu sumber utama pencemaran Sungai Bengawan Solo. Hal ini diketahui setelah “koordinasi dengan pemda dan komunitas serta warga.

“Sumber pencemar utamanya adalah industri tekstil dan usaha skala kecil pembuatan ciu atau alkohol,” kata Djati kepada reporter Tirto, Jumat (8/11/2019). Belum lagi kerusakan lingkungan disebabkan adanya penambangan pasir bermesin, yang kemudian beralih dengan sistem timba setelah ada penertiban.

Menjaga lingkungan Bengawan Solo memang mutlak dilakukan, tidak hanya dari kerusakan lingkungan, tapi juga menjaga potensi airnya yang merupakan air permukaan yang cukup melimpah agar kelak bisa menjadi cadangan anak cucu dalam menghadapi krisis air. (*)

Penulis : Agus S redaksi di detakpos.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *