Ekonomi Jatim Melebihi Pertumbuhan Nasional

BELUM genap satu tahun sejak dilantik Presiden Joko Widodo, Rabu (13/2/2019), menjadi Gubernur Jatim,Khofifah  Indar Parawansa, meraih segudang prestasi dan penghargaan.

Menjelang tutup tahun 2019, Gubernur Khofifah pun menyampaikan berbagai kinerja yang telah dicapai Pemprov Jatim selama tahun 2019. Selain itu, juga dipaparkan target-terget dan program prioritas yang akan dicapai pada tahun 2020, sebelum dia berangkat menjalankan ibadah umroh, Senin kemarin.

Kinerja pertumbuhan ekonomi Jawa Timur hingga triwulan III-2019 (c to c) mencapai 5,52 % masih di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai 5,04 %.

Kekuatan ekonomi Jatim antara lain  ditopang oleh kekuatan UMKM, serta perdagangan antar daerah dan antar provinsi. Karena itu, misi dagang menjadi hal yang penting.

Berdasarkan data BPS Bulan November 2019, untuk PDRB Jatim per triwulan III-2019 mencapai Rp. 1.753,77 triliun dengan kontribusi sektor industri mencapai 30,02%, sektor perdagangan sebanyak 18,57 %, sektor pertanian mencapai 12,19 %. Selanjutnya kontribusi dari 14 sektor lainnya mencapai 39,22 %.

Dari segi PDRB menggembirakan karena kontribusi PDRB Jatim terhadap PDB Nasional 14,92% per triwulan III-2019. PDRB Sektor Pertanian Jatim terhadap PDB Sektor Pertanian Nasional 13,53%, Sektor Industri Pengolahan terhadap PDB Sektor Industri Pengolahan Nasional 22,84%, sedangkan Sektor Perdagangan terhadap PDB Sektor Perdagangan Nasional 21,29%.

Perkembangan inflasi di Jatim year on year (y.o.y) lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Pada November 2019, tingkat inflasi Jatim mencapai 2,20 % lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun 2018 mencapai 2,96 %.

Masih terkait inflasi, , Pemprov Jatim terus berupaya mengendalikan harga agar tidak terjadi pelonjakan inflasi. Berbagai langkah dilakukan untuk mengendalikan harga pada tahun 2020. Di antaranya, melakukan pemantauan secara intensif harga kebutuhan pokok; melakukan tindakan korektif atas indikasi adanya ketidakwajaran kenaikan harga, gangguan distribusi, serta penimbunan; memastikan ketersediaan pasokan bahan kebutuhan pokok dan bahan bakar energi.

Sektor Peternakan dan Pertanian Jatim Berkontribusi pada Swasembada Pangan Nasional. Kedua sektor tersebut mampu berkontribusi untuk swasembada pangan nasional.

Pada sektor peternakan, misalnya, berada pada peringkat pertama nasional selama tahun 2019. Sebagai contoh, 51 % populasi atau 278.930 ekor sapi berasal dari Jatim, produksi daging sapi menyumbangkan kontribusi nasional sebanyak 20 % atau 575.577 ton, ayam berkontribusi nasional sebanyak 28 % atau 50.539.430 ekor, bahkan susu sapi berkontribusi bagi nasional sebanyak 57 % atau 543.549 ton.

Jatim dalam konstalasi nasional produksi sektor pertanian unggulan terdiri dari beras surplus 2,45 juta ton, jagung surplus 6,42 juta ton, bawang merah surplus 0,13 juta ton.

Untuk target tahun 2020 di sektor pertanian antara lain pengembangan padi sebanyak 10.963.922 ton, pengembangan jagung 6.807.711 ton, pengembangan kedelai 254.317 ton, pengembangan bawang merah 324.049 ton.

Selain itu, Pemprov Jatim juga memberikan alat mesin pertanian (pra panen) seperti pompa air sebanyak 40 unit, cultivator sebanyak 10 unit, dan hand tractor sebanyak 12 unit melalui APBD Jatim. Sedangkan untuk tractor R-2 sebanyak 762 unit, tractor R-4 sebanyak 92 unit, pompa air sebanyak 582 unit, rice transplanter 112 unit, dan cultivator sebanyak 212 unit melalui APBN.

Bahkan juga dilakukan asuransi pertanian melalui APBN dengan target 300 ribu Ha, embung pertanian melalui APBN dengan target 27 unit, rehab jaringan irigiasi tersier (RJIT) melalui APBN sebanyak 5 unit dan melalui APBD sebanyak 8.500 unit Ha, irigasi perpompaan melalui APBN 107 unit, serta irigasi perpipaan melalui APBN 11 unit.

Ditargetkan seluruh wilayah Jatim akan teraliri listrik pada tahun 2021. Kondisi Rasio Elektrifikasi Jatim per Agustus 2019 telah mencapai 97,63 %, harapannya tahun 2020 akan naik menjadi 98,5 %.

Antara lain fokus elektrifikasi di 22 pulau lagi yang ada di kepulauan Sumenep. Tertinggi yang belum terlistriki yaitu Sumenep dan Kepulauan, Sampang dan  Bondowoso. Ini PR di tiga daerah ini, masyarakat yang belum terlistriki berbasis rumah tangga ini tiga yang terbesar.

Sumber:humadmsjatim

Editor: A Adib

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *