Asik Bercengkerama sama Istri, Tiba Tiba Rumah Suparlan Hancur

MakkahDetakpos-Siang itu Suparlan asik mengobrol dengan istri melalui videocall WhatsApp. Matahari masih begitu terik, pukul 14.30 waktu Arab Saudi kala itu.

Suparlan yang sudah tiga minggu berada di Tanah Suci sebagai petugas haji rupanya rindu dengan keluarga di kampung halaman.   

Saat asik bercengkerama dengan keluarga, tiba-tiba sang istri menjerit keras. “Tolong.., ada gempa… Ikhlaskan saya pak, ikhlaskan..maafkan semua kesalahan,” kata Suparlan menirukan suara si istri.

Suparlan panik bukan kepalang ketika itu. Bingung harus melakukan apa, sementara dia sedang sibuk mengurus jamaah haji. Ia pun terus mencoba menghubungi istrinya tapi sudah tidak bisa lagi. Dia hanya mendengar suara teriakan manusia minta tolong, dan bahkan sesekali terdengar suara gemuruh.

Ia tidak ingin langsung mematikan ponselnya, memastikan kondisi di kampungnya aman.

Tapi tidak berselang lama, terputus sambungan teleponnya. Ia betul-betul sudah kehilangan kontak. “Sudah tidak karuan perasaan saya saat itu mas. Panik dan bingung harus berbuat apa. Apalagi posisi saya jauh. Palingan berdoa dan perbanyak istigfar,” ujar Suparlan sambil meneteskan air mata tak kausa menahan sedih.

Selepas itu, ia terus mencari tahu kondisi istri dan ank-anaknya. Sampai dia dapatkan kabar terkini melalui gambar-gambar di Facebook. Ia pun bisa bernapas lega mengetahui keluarganya masih utuh. ’’Alhamdulillah, istri dan anak-anak selamat. Sekarang tinggal di pengungsian,’’ katanya seperti dilansir Okezona.

Dari istrinya pula dia tahu jika rumahnya yang berukuran 9 x 25 meter  sudah rata dengan tanah. ’’Semua rumah di kampung saya sudah hancur,’’ katanya.

Suparlan, pria 46 tahun itu adalah ketua kloter 9 dari Kayangan, Embarkasi Lombok Praya (LOP), Nusa Tenggara Barat (NTB).

Suparlan yang kini berada di Makkah itu baru berhasil menghubungi istrinya Rohaniyati (40), siang tadi selepas zuhur, sekitar pukul 12.000 WAS.

Kepada media, Suparlan bercerita bahwa gempa yang menimpa dia dan keluarnya merupakan kali kedua. Menjelang keberangkatan ke Tanah Suci pada 29 Juli lalu, kampungnya juga diguncang gempa. Bahkan ada barang yang harus dibawa ke Tanah Suci tertinggal ketika itu. Beberapa calon jamaah haji (CJH) di desanya sampai membatalkan keberangkatan karena menjadi korban gempa. ’’Saya tetap berangkat karena mendapat tugas sebagai ketua kloter. Saya berangkat diiringi tangisan istri dan anak,’’ katanya.

Suparlan kini sibuk menenangkan rombongan kloternya yang sama-sama berasal dari Lombok Utara.

Dia juga mengajak rombongannya membaca yasin untuk para korban gempa. ’’Ada 71 orang yang sama-sama menjadi korban gempa,’’ katanya. Dia juga berharap ada aksi solidaritas untuk membantu warga korban gempa.

Senada dialami Afif Avan, petugas haji di sektor 3 Madinah. Pria asal Desa Rempek, Kecamatan Gangga, Lombok Utara itu mengetahui kabar gempa dari siaran televisi. Afif lantas mencoba menghubungi istrinya melalui telepon. Namun, tidak tersambung. Afif panik.

Konstrasinya buyar. Rasa paniknya bertambah saat mendengar kabar tentang kemungkinan terjadinya tsunami. Satu-satunya yang dia pikirkan adalah keluarganya.

Dia terus menghubungi keluarganya di kampung melalui sambungan telepon selularnya ke teman-temanya. Dia pun mendapat kabar kalau rumahnya sudah rata dengan tanah.

’’Ternyata handpne istri saya tertimbun reruntuhan rumah saya yang sudah hancur,’’ katanya sambil terisak.

Dia kembali teringat istrinya yang terluka saat berlari menyelamatkan diri. “Saat ini saya jauh dari mereka, hanya berdoa yang bisa saya lakukan supaya keluarga selamat,’’ tuturnya sambil membasuh air matanya.(dib)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *