BPBD Pangandaran Perkenalkan Jargon 20 – 20 – 20 Antisipasi Tsunami

PangandaranDetakpos – BPBD Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, memperkenalkan jargon 20 – 20 – 20 kepada 207 anak-anak tingkat sekolah dasar pada Sabtu (28/7) di Desa Purbahayu, Pangandaran. Jargon ini untuk mengingatkan anak-anak dalam mengantisipasi ancaman bahaya tsunami.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, dalam release yang diterima detakpos di Bojonegoro, menjelaskan bahwa jargon 20 – 20 – 20 bermakna apabila terjadi gempa yang berlangsung selama 20 detik, akan memicu tsunami.

“Untuk mengatasi terjangan tsunami, masyarakat memiliki waktu 20 menit untuk melakukan evakuasi pada ketinggian 20 meter,” tuturnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan angka tersebut berdasarkan kalkukasi saintifik yang memperhitungkan durasi gempa yang terjadi, kecepatan tsunami dan wilayah evakuasi aman.

Jargon ini digagas oleh Profesor Ron Harris saat melakukan kajian paleotsunami di Pangandaran tahun 2016 lalu. Ron Harris merupakan seorang ahli geologi dari Brigham Young University, Amerika Serikat yang melakukan kajian bersama peneliti dari UPN Veteran dan Universitas Utah Valley.

Untuk mengenalkan jargon tadi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pangandaran mengajak anak-anak untuk menyanyikan lagu sekaligus memperagakan gerakan.

“Apabila ada gempa, lindungi kepala…” demikian potongan lagu sambil anak-anak menirukan tim sosialisasi BPBD. Anak-anak mengikuti dengan semangat setiap lagu dan gerakan untuk bekal siaga menghadapi ancaman bencana,” jelasnya.

Tim Humas BNPB mengenalkan rambu kebencanaan sebelum sesi pemutaran film mengenai tsunami. Rambu yang diperkenalkan terkait dengan potensi yang ada di wilayah Pangandaran, seperti longsor, banjir, gempa dan tsunami.

“Anak-anak luar biasa, mereka ternyata sangat menyadari rambu yang ada di sekitar mereka. Ketika dimunculkan foto rambu evakuasi, titik kumpul dan rambu ancaman tsunami, mereka tahu betul bahwa foto-foto itu diambil di wilayahnya,” ujar Yanuarto, Pranata Humas BNPB pada Sabtu (28/7) di SD Negeri Purbahayu 1, Pangandaran. 

Sebelum mengakhiri kegiatan dengan simulasi gempa dan evakuasi saat terjadi kebakaran, anak-anak dari SD Negeri 1, 2, 3 Purbahayu dan SDN Pager Gunung menyimak dongeng bertema bencana gempa bumi dari pendongeng Kak Ojan.

Melalui dongeng, Kak Ojan tidak hanya mengajak anak-anak berinteraksi tetapi juga menyampaikan pesan-pesan kebencanaan, khususnya dalam konteks bencana gempa bumi.

Rangkaian kegiatan tersebut merupakan bagian dari program BNPB Mengajar yang bertujuan untuk membangun budaya sadar bencana dan tagline #siapuntukselamat.

Pinggiran pantai di wilayah Pangandaran terhantam tsunami pada 17 Juli 2006 lalu setelah gempa bumi bermagnitudo 7,7 terjadi di lepas pantai Pangandaran.

Sekitar 668 jiwa tewas dan ribuan mengalami luka-luka akibat tsunami waktu itu. Di sisi lain, Pangandaran merupakan salah satu kabupaten dari 136 kabupaten/kota dengan pertumbuhan ekonomi signifikan sekaligus wilayah yang memiliki indeks risiko bencana berkategori sedang hingga tinggi.

Sejumlah kabupaten/kota tersebut menjadi target penurunan indeks risiko bencana dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019. (*/d1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *