Jakarta–Detakpos-Bencana longsor terus terjadi memasuki musim penghujan periode ini. Frekuensi longsor terus meningkat seiring dengan meningkatnya curah hujan.
Jutaan masyarakat terpapar dari ancaman longsor dengan kemampuan mitigasi bencana yang masih minus. Akibatnya longsor sering menelan korban jiwa.
Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengatakan, Tim SAR gabungan berhasil menemukan delapan orang jenasah tertimbun longsor di Desa Halado Kecamatan Pintu Pohan Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara pada Kamis dini hari (13/12/2018) sekitar pukul 02.00 WIB.
Longsor menimbun empat rumah dengan 12 orang warga di dalam rumah saat masih tidur.
Dua orang masih dalam pencarian dan dua orang selamat dalam kondisi luka-luka. Korban dibawa ke rumah sakit terdekat.
Hujan terus menerus yang berlangsung sejak Minggu hingga Kamis menyebabkan longsor di beberapa tempat. Posisi rumah berada di bawah lereng perbukitan. Material longsor di perbukitan langsung meluncur dan menimbun empat rumah di bawahnya.
Tim SAR gabungan dari BPBD Toba Samosir bersama dengan TNI, Polri, Basarnas, SKPD, relawan dari PT Inalum, PT Jasa Tirta, PT Badjra Daya, PT TPL, relawan lain dan masyarakat terus melakukan pencarian dan evakuasi korban.
Bupati dan Wakil Bupati Tobasa telah meninjau ke lokasi bencana. Lima unit alat berat dikerahkan untuk membantu proses pencarian dan evakuasi korban longsor.
Longsor terus terjadi cukup merata di beberapa wilayah di Indonesia. Tercatat sudah terjadi 430 kejadian bencana longsor di Indonesia sejak 1/1/2018 hingga 13/12/2018. Dampak yang ditimbulkan 129 orang meninggal dan hilang, 115 orang luka-luka, 37.933 orang mengungsi dan terdampak, dan 1.948 rumah rusak.
Diperkirakan bencana longsor akan terus meningkat seiring meningkatkan curah hujan. Puncak hujan periode ini sebagian besar wilayah Indonesia terjadi pada Januari-Februari 2019 mendatang.
Masyarakat dihimbau untuk selalu waspada. Prediksi daerah rawan longsor bulanan di seluruh Indonesia dapat dilihat pada website PVMBG, bahkan hingga tingkat kecamatan dengan tingkat bahayanya dari rendah, sedang dan tinggi. BPBD, aparat lain dan masyarakat dapat menggunakan peta tersebut sebagai rujukan untuk meningkatkan sosialisasi dan kewaspadaannya.
Mitigasi bencana longsor, baik struktural dan non struktural masih perlu ditingkatkan. Sistem peringatan dini longsor masih sangat terbatas jumlahnya. Hanya sekitar 300-400 unit yang ada di daerah rawan longsor, sementara kebutuhannya lebih dari ratusan ribu unit. Terbatasnya anggaran baik APBN dan APBD menyebabkan belum semua daerah rawan longsor memiliki peringatan dini longsor. Peran dunia usaha dan BUMN/BUMD juga masih sangat minim membantu pengadaaan alat ini di daerah operasinya. Begitu juga sosialisasi masyarakat mengenai antisipasi longsor juga masih perlu terus ditingkatkan.
(d/5)