Gempa Lombok Utara, Masyarakat Diminta Tenang Tapi Waspada

 

JakartaDetapos– Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pusat menyampaikan belasungkawa kepada para korban gempa Lombok. Ungkapan duka cita tersebut disampaikan oleh Kepala BMKG Pusat, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Senin (6/8).

Hingga kini, jumlah korban meninggal dunia akibat gempa Lombok mencapai 91 orang. Sebanyak 209 orang dilaporkan luka-luka.

Seperti diketahui, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat diguncang Gempa berkekuatan 7 SR, Minggu (5/8) pukul 18.46 WIB. Lokasi gempa berada di titik 8.37 LS dan 116.48 BT pada lereng Utara – Timur Laut G. Rinjani. Gempa terjadi pada kedalaman 15 km dan sempat dinyatakan berpotensi tsunami.

Menurut Dwikorita, kebanyakan korban meninggal akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Oleh karena itu, kata dia, BMKG menghimbau agar masyarakat tetap waspada dan untuk sementara waktu tidak berada dibawah bangunan-bangunan yang rawan runtuh.

Selain itu juga menjauhi daerah lereng atau tebing batuan yang rapuh atau retak-retak karena dikhawatirkan rawan longsor, terutama saat terjadinya gempa susulan meskipun dengan magnitudo yang lebih kecil.

Dwikorita menerangkan berdasarkan pantauan BMKG, hingga pukul 11.00 WIB telah terjadi sebanyak 147 gempa bumi susulan. Namun demikian, kekuatan gempa bumi susulan semakin melemah dibandingkan gempa utamanya yang terjadi kemarin malam. Sehingga masyarakat diharapkan tetap tenang dan tidak terlalu cemas dengan adanya gempa susulan tersebut.

“Magnitudo terbesar pada 5,7 SR dari kejadian gempa bumi tadi malam. Dari 147 gempa bumi susulan, sebanyak 13 gempa yang dirasakan oleh masyarakat,” imbuhnya.

Dwikorita menuturkan, munculnya gempa bumi susulan merupakan mekanisme alam guna menghabiskan energi gempa yang masih tersisa. Dengan demikian setelahnya batuan atau lempeng bumi kembali dalam kondisi stabil.

Lebih lanjut Dwikorita menerangkan, gempabumi yang mengguncang Pulau Lombok, Bali, Sumbawa, dan Jawa Timur Minggu (5/8) merupakan gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust).

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini, dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakkan Patahan Naik (thrust fault).

Lantas mengapa berpotensi tsunami meski letak episenter berada di darat. Dwikorita mengatakan, bahwa sumber gempabumi bukanlah suatu titik tetapi merupakan bidang patahan yang menerus atau melampar memanjang hingga bidang patahan atau robekan batuan tersebut masuk di dasar laut dekat Pantai Lombok di bagian utara. Hal inilah yang akhirnya memicu terjadinya tsunami.

“Sejak peringatan dini waspada tsunami dikeluarkan BMKG, telah terjadi tsunami kecil di empat titik. Masing-masing di Desa Carik setinggi 13,5 cm, Desa Badas 10 cm, dan Desa Lembar 9 cm, dan Benoa (Pukul19.58 WIB) 2 cm, dan kemudian Peringatan Dini tersebut diakhiri pukul 20.25 WIB pada malam yg sama 5 Agustus yang lalu,” paparnya.

“Status ancaman tsunami ini hanya pada level waspada (ketinggian tsunami kurang dari 0,5 meter). Prediksi status ancaman yang dibuat oleh BMKG dipandang cukup akurat karena ketinggian tsunami berdasarkan monitoring tide gauge ternyata memang mencapai kurang dari 0,5 meter,” tambah Dwikorita.

Dwikorita kembali menegaskan bahwa mengingat epicenternya sangat berdekatan dengan gempa bumi yang terjadi pada 29 Juli 2018 lalu, BMKG menyatakan bahwa gempabumi yang terjadi tadi malam merupakan gempabumi utama (main shock) dari rangkaian gempabumi yang terjadi sebelumnya.(dib)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *