KIE Harus Dipilih Memutus Rantai Kekerasan

LamonganDetakpos – Dari  “Women and Youth Development Institute of Indonesia Erma Susanti mengatakan Advokasi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) harus dipilih sebagai jalan untuk memutus rantai kekerasan terhadap perempuan dan anak.

“Kekerasan itu dapat diwariskan dari satu generasi kegenerasi selanjutnya,” kata dia di Lamongan, Kamis (26/7).

Berbicara dalam kegiatan KIE dan Pameran Hasil Karya Perempuan, ia menjelaskan  korban atau  atau keluarga dekat korban yang mengalami atau melihat kekerasan akan mengadopsi kekerasan.

“Terlebih kasus kekerasan pada perempuan dan anak ini seperti fenomena gunung es. dimana kasus yang muncul adalah 1/10 dari fakta yang sebenarnya,” ujarnya.

Berdasar catatan tahunan (Catahu) Komnas Perempauan, kasus kekerasan di Jawa Timur mencapai 1.536, sedangkan merujuk Dinas Sosial terjadi 1.346 kasus.

Oleh karena itu, lanjut dia, dibutuhkan peran penting keluarga dan tokoh masyarakat dalam perlindungan anak dan perempuan. Mereka dapat berperan dalam pencegahan melalui advokasi dan KIE.

Bupati Lamongan Fadeli mengatakan pada 2017 terdapat 50 kasus kekerasan terhadap anak di daerahnya. Untuk Semester I 2018 tercatat 26 kasus.

“Saya sangat prihatin dengan hal tersebut,” ujarnya

Ia yang baru saja menerima Penghargaan Kabupaten Layak Anak (KLA) ini berharap penanganan kekerasan ini kedepannya harus lebih baik lagi.

“Merujuk seperti yang disampaikan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak, belum ada kota dan kabupaten di Indonesia ini yang benar-benar layak anak,” katanya menambahkan.

Ia meminta perangkat daerah (PD) di Lamongan tidak berpuas diri dengan diterimanya penghargaan KLA. Meski ada peningkatan dari tingkat pratama pada 2017 menjadi tingkat madya pada 2018.

Ia juga menginstrusikan kepada PD terkait untuk memenuhi fasilitas sesuai standar kelayakan anak, membentuk Perda yang mendukung hal tersebut serta mengakhiri kontrak iklan rokok pada reklame di 2018.

“Saya masih belum puas dengan pendidikan karakter yang ada di Lamongan ini. Harus digalakkan lagi program 1821, pembentukan Desaku pintar, Lamongan Membaca dan Lamongan Menghafal,” ucapnya. (*/d1)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *