Kompolnas Sesalkan Insiden Tewasnya Taruna Akpol

SemarangDetakpos-Komisioner Kompolnas Pongky Indarti menyesalkan insiden tewasnya  Muhammad Adam (19), taruna Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang, diduga dianiaya sejumlah senior.

Warga Jalan Penghulu Gang Murtado RT 10 RW1 Kebayoran Lama, Jakarta itu meninggal saat mendapat perawatan di Rumah Sakit Akpol, Kamis (18/5), sekitar pukul 02.45.

Di tubuh taruna tingkat II berpangkat brigadir dua taruna (brigdatar) itu ditemukan luka lebam di dada.

Menurut informasi, sebelum tewas, Adam mengikuti kegiatan malam di barak yang ditempati taruna tingkat I, II, dan III, sekitar pukul 22.00. Adam bersama sejumlah rekan satu angkatan melaporkan sebuah kesalahan yang dilakukan taruna tingkat I. Kesalahan ini berujung pada sanksi yang diberikan senior tingkat III kepada tingkat II yang berjumlah 22 orang.

Mereka diminta melakukan posisi mersing, yakni badan terbalik dengan kepala di bawah dan kaki di atas. Dalam posisi itu, korban ditarik seniornya, kemudian dipukuli beberapa kali di ulu hati. Tak berselang lama, korban kejang dan tak sadarkan diri. Peristiwa ini akhirnya sampai ke telinga staf pengajar dan pengampu yang kemudian membawa korban ke RS Akpol. Namun, nyawa korban tak tertolong. Jenazah kemudian diautopsi di RS Bhayangkara. ”Dugaan sementara, tewas akibat dikeroyok seniornya. Ini dilihat dari luka lebam di bagian dada, diduga akibat pukulan berkali-kali,” ungkap Kapolda Irjen Condro Kirono.

Hingga semalam penyidik Polda tengah memintai keterangan 21 saksi yang terdiri atas taruna tingkat I, II, dan III. Kabid Humas Polda Jateng Kombes Djarod Padakova menambahkan, dari hasil autopsi juga ditemukan luka di paru-paru korban.

Kejadian tersebut, lanjut Poengky, sangat memalukan dan tidak semestinya terjadi di tempat pendidikan, apalagi di Akademi Kepolisian, tempat di mana para taruna Akpol belajar untuk menjadi polisi yang baik, siap melayani, mengayomi, melindungi masyarakat dan menegakkan hukum.

Praktik kekerasan tersebut, menurut Poengky, menunjukkan masih adanya praktik budaya militeristik di Kepolisian. ” Padahal seharusnya pascadipisahkan Polri dan TNI (sebelumnya tergabung dalam ABRI), pendidikan di Akpol harus menghapus praktik militeristik tersebut,” tegas dia.

 Oleh karena itu,  lanjut dia, harus ada hukuman yang tegas, tidak hanya kepada para pelakunya, melainkan juga pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap keamanan, pendidikan dan pengawasan taruna Akpol. ” Kapolri sudah menyatakan akan menindak tegas, baik proses internal maupun proses pidana terhadap para pelaku,” tambah Poengky dihubungi Jumat (19/5).d2/detakpos).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *