Mensos : Keluarga Miskin Makin Familiar Dengan ATM

KebumenDetakpos – Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan saat ini masyarakat kurang mampu semakin familiar terhadap transaksi non tunai.

Fakta ini membuktikan peralihan skema bantuan sosial dari tunai menjadi non tunai turut mendorong perwujudan cashless soicety.

“Mereka (Keluarga Penerima Manfaat-red) sudah tidak canggung lagi dengan ATM, semakin terbiasa menggunakan mesin tersebut,” ungkap Khofifah disela-sela penyerahan bansos Program Keluarga Harapan (PKH) di Gedung Juang, Kabupaten Kebumen, kemarin.

Menurut Khofifah, dua program bantuan sosial yakni PKH dan Bantuan Pangan Non Tunai akan menjadi katrol utama percepatan literasi industri perbankan.

Khususnya kepada masyarakat miskin Indonesia penerima bantuan sosial.

“Semua sudah on the track. Saya optimistis target inklusi keuangan sebesar 75% pada tahun 2019 akan tercapai,” tuturnya.

Khofifah menerangkan, tahun 2018 mendatang baik PKH maupun BPNT akan menyasar sebanyak 10 juta keluarga penerima manfaat. Seluruh bansos akan disalurkan melalui kartu keluarga sejahtera (KKS) yang memiliki fitur saving account dan e wallet.

Fitur E-Wallet yang dibenamkan dalam KKS, lanjut Khofifah memungkinkan pemerintah kabupaten/kota turut memanfaatkannya untuk menyalurkan bantuan sosial yang sifatnya lokal.

“Jadi tidak perlu lagi repot-repot membuat sistem baru.

KKS lebih efektif dan efisien karena semua bansos bisa dalam satu kartu,” imbuhnya.

Adapun bantuan sosial PKH yang disalurkan untuk Kota Salatiga mencapai Rp4,7miliar dengan jumlah total penerima manfaat PKH sebanyak 2.512 KPM.

Salah satu KPM, Suparsih (45) Warga Desa Butuh,Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga mengatakan bahwa dirinya tidak mengalami kesulitan untuk mengambil dana PKH. Sudah tiga kali dana PKH diambil. Besar dana tiap pengambilan tiga bulan sekali paling banyak Rp500.000.

Baginya dan keluarga, dana PKH tersebut sangat bermanfaat. Apalagi suaminya, Sulipin (65) hanya bekerja sebagai buruh bangunan dengan penghasilan tidak menentu.

“Awalnya memang bingung, tapi lama kelamaan terbiasa. Tidak harus mengantre juga kaya dulu,” imbuhnya.

Ibu tiga anak ini mengatakan, terhubungnya Ia dengan perbankan lewat KKS sangat memudahkan semua bentuk transaksi keuangan. Ia pun mulai belajar untuk menabung di bank.

“Kebetulan anak saya terkena meningitis. Sebelumnya kalau ada keluarga dari Klaten dan Semarang yang mau membantu transfer uang saya bingung lewat mana. Nah sekarang bisa lewat bank dan ambilnya juga mudah,” terangnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *