Pemadaman Kebakaran Lahan di Aceh Terus Dilakukan

AcehDetakpos – Pemadaman kebakaran 64 hektare lahan di wilayah Aceh Besar, terus dilakukan dengan cara tradisional, karena mobil pemadam kebakaran terhambat sempitnya akses jalan menuju lokasi kejadian kebakaran,” kata Kepala  Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam release yang diterima detakpos di Bojonegoro, Selasa (25/7/2017).

Ia menyebutkan upaya pemadaman kebakaran 64 hektare lahan melibatkan BPBD Aceh Barat, BPBA, TNI, Polri, Basarnas, RAPI, Damkar, relawan dan masyarakat.

“Mobil pemadam kebakaran, tangki air, mobil “water canon” Polres Aceh Besar, pompa air dikerahkan untuk memadamkan api. BPBD telah membagikan masker dan makanan siap saji kepada masyarakat,” kata dia menjelaskan.

Menurut dia, kendala pemadaman kebakaran adalah tidak adanya akses jalan ke lokasi kebakaran, terbatasnya fasilitas mobil pemadam kebakaran dan mobil tangki air, terbatasnya sumber air dari lokasi kebakaran, dan terbatasnya peralatan.

“Penanganan dilakukan secara manual.” tandasnya.

Sesuai data, kebakaran lahan melanda lima kecamatan di Aceh Besar yaitu di Kecamatan Woyla lahan seluas sekitar 5 Ha terbakar di Desa Darul Huda dan Desa Gle Siblah, di Kecamatan Meureubo seluas sekitar 15 Ha di Desa Peunanga Cut Ujong, Kecamatan Sama Tiga 10 hektar.

Selain itu,  di Desa Cot Simeureng dan Desa Suak Pante Breh, Kecamatan Johan Pahlawan seluas sekitar 19 Ha di Desa Suak Raya, Desa Suak Nie, Desa Leuhan dan Desa Gampa, kemudian di Kecamatan Arongan Lambalek lahan terbakar seluas 15 Ha di Desa Seuneubok Teungoh.

Kebakaran lahan disebabkan masyarakat membersihkan lahan dengan cara membakar, sehingga api menyebar ke lahan lain. Kebakaran terjadi sejak Selasa (18/7/2017) dan sampai saat ini di beberapa titik masih terbakar pada lahan gambut dan lahan mineral.

Pantauan satelit Aqua, Terra, dan SNNP dari LAPAN menunjukkan adanya 170 titik panas (hotpsot) untuk kategori sedang (dengan tingkat kepercayaan 30-79 persen) dan tinggi (tingkat kepercayaan lebih 80 persen) di wilayah Indonesia pada Senin (24/7/2017) malam.

Terdeteksi 35 hotspot di Aceh yang tersebar di Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Tengah, Aceh Jaya, Aceh Besar, dan Gayo Lues.

Sebaran hotspot di daerah lain adalah Sulawesi Selatan 2 hotspot, Kalimantan Selatan 8, Nusa Tenggara Barat 8, Nusa Tenggara Timur 44, Sulawesi Tengah 5, Kalimantan Timur 6, Kalimantan Utara 1, Lampung 2, Sumatera Utara 3, Jawa Timur 9, Sulawesi Barat 1, Kalimantan Tengah 8, Kalimantan Barat 21, Bengkulu 4, Jambi 1, Sumatera Barat 3, Riau 5, dan Sumatera Selatan 1.

Yang jelas, menurut dia, ancaman kebakaran hutan dan lahan akan terus menigkat seiring dengan normalnya musim kemarau.

Puncak musim kemarau diprediksikan pada Agustus dan September sehingga ancaman kebakaran hutan dan lahan, dan kekeringan akan meningkat.

Pemerintah dan pemda terus meningkatkan sosialisasi, patroli dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Pencegahan lebih efektif dibandingkan dengan pemadaman kebakaran hutan dan lahan. (tim detakpos)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *