Rokok Harus Mahal dan Tidak Dijual Batangan

Banda Aceh,Detakpos-Prihatin dengan tingginya prevalensi perokok anak di Aceh, komunitas anak muda merespon aktif dengan mensosialisasikan bahaya merokok kepada pelajar dan mahasiswa di Banda Aceh. Sosialisasi ini dimulai sejak Sabtu, 17/3 dan akan terus berlanjut hingga pertengahan April mendatang.

Raudhatul Jannah, warrior FCTC kota Banda Aceh, menjadi penggerak sosialisasi ini. Ia berkolaborasi dengan komunitasYouth Generation of Tobacco Control (YGTC), serta relawan dari Duta Peduli Rimba Aceh  mengedukasi bahaya merokok kepada pelajar Sekolah Dasar.“Kami fokus mengedukasi adik-adik di Sekolah Dasar karena jumlah pelajar SD yang merokok terus meningkat,” kata Raudha, panggilan akrabnya.

Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala ini mengutip data Riset Kesehatan Dasar Kemenkes RI 2010, perokok aktif di Provinsi Aceh mencapai 37,1 persen, berada di atas rata-rata nasional yang hanya 34,7 persen.

Rata-rata mereka mengisap 10 hingga 30 batang rokok per hari.“Tapi yang memprihatinkan, usia mulai merokok di Aceh semakin muda. Anak-anak usia 10-14 tahun sudah mencapai 10%. Sangat menyedihkan karena mereka masih pelajar SD,” ujarnya.

Itu sebabnya Raudha dan komunitas YGTC aktif mengampanyekan bahaya merokok kepada pelajar Sekolah Dasar. Edukasi pertama dilakukan di lapangan sekolah SDN 12 dengan peserta pelajar kelas 5 dan 6.

“Sangat sedih karena dalam edukasi tersebut kami mendengar sendiri sebagian mereka sudah merokok. Awalnya mereka bilang karena ingin coba-coba. Ini didorong faktor mudahnya mereka membeli rokok karena harga rokok perbatang sangat murah dan banyak dijual di warung dekat sekolah,” papar Raudha.

Raudha yang bergiat di organisasi Duta Peduli Rimba Aceh ini mengakui harga rokok perbatang sangat murah, bahkan lebih murah dari harga permen, minuman kemasan, atau jajanan anak lainnya.

“Ada rokok yang dijual Rp 1.000 perbatang, sedangkan harga snack atau minuman dingin di warung dekat sekolah Rp 3.000 hingga Rp 5.000. Ini yang membuat anak-anak tergiur untuk mencoba merokok dan akhirnya membeli rokok. Apalagi mereka mengakui pemilik warung tidak menolak menjual rokok kepada anak,” ujar pemenang putri Duta Rimba 2015 ini.

Kondisi inilah yang mendorong Raudha bersama komunitas anak muda Aceh akan terus mengadakan roadshow edukasi bahaya merokok kepada pelajar hingga April mendatang. Selain itu, mereka juga merencanakan di pertengahan April akan beraudiensi dengan pemangku kebijakan kota Banda Aceh, yakni Walikota, Dinas Kesehatan, Kepala BNN, dan Dinas Pendidikan.

“Kami ingin menyampaikan kegelisahan sebagai anak muda Aceh terhadap kondisi adik-adik kami pelajar SD yang sudah merokok. Kami sangat khawatir kondisi ini menjadikan mereka kecanduan karena sifat rokok yang adiktif, dan berdampak pada timbulnya penyakit di saat usia produktif mereka nanti. Karena ini kami akan menyuarakan pesan supaya harga rokok dinaikkan setinggi-tingginya dan dilarag dijual batangan supaya tidak terjangkau anak,” tegas pegiat Asian Law Student Association (ALSA) ini.(d2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *