Siswa Pukul Guru Hingga Tewas, Ini Catatan Kelabu Dunia Pendidikan

SurabayaDetakpos-Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa menyayangkan tragedi meninggalnya seorang guru SMA Negeri 1 Torjun, Sampang, Madura, Jawa Timur, yang diduga akibat dianiaya oleh siswanya sendiri.

Kasus ini berawal pada saat proses belajar mengajar Seni Rupa berlangsung di Kelas XI SMA Negeri 1 Torjun. Guru bernama Ahmad Budi Cahyono menegur muridnya berinisial MH. Namun sang murid tak terima dan keduanya terlibat cek-cok. Saat keributan itu, MH disebut memukul dan mencekik leher Ahmad.

Hasil diagnosa dokter di RS dr Soetomo menyebutkan yang bersangkutan mengalami mati batang otak dan semua organ dalam sudah tidak berfungsi. “Ini jadi catatan kelabu wajah pendidikan di Indonesia. Seharusnya hal seperti ini tidak perlu terjadi jika antara guru dan murid paham tatakrama  yang harus dijaga,” ungkap Khofifah di Surabaya, kemarin.

Menurut Khofifah, apa yang terjadi di Sampang tersebut itu di luar batas kewajaran. Terlebih hingga menyebabkan guru tersebut meninggal dunia. Peristiwa ini, kata Khofifah, seakan menjadi bukti bahwa sekolah sebagai institusi pendidikan lebih banyak  menjalankan fungsi “transfer of knowledge” semata. Sedangkan, “transfer of attitude” belum menjadi prioritas.

“Banyak orang tua menganggap jika anak sudah sekolah maka pendidikan menjadi tanggung jawab sekolah. Padahal dalam hal pendidikan karakter itu menjadi tanggung jawab bersama sekolah, orangtua, dan masyarakat/lingkungan,” imbuhnya.

“Secara pribadi saya sangat prihatin dan ikut berbelasungkawa. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kelapangan dalam menerima cobaan ini,” tambah dia.

Terkait pelaku MH, Khofifah mengatakan karena yang bersangkutan masih berkategori anak maka  sesuai Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) maka pelaku harus mendapatkan proses psikososial theraphy. Dalam kesempatan tersebut, Khofifah juga mengkritisi munculnya permainan bernama “Pukul Guru Anda”. Game yang masuk ke dalam kategori flash ini bisa diakses dengan mudah, baik dari peramban di perangkat laptop maupun perangkat smartphone (desktop mode). Game ini menampilkan latar ruang kelas beserta seorang siswa yang sedang menemui gurunya. “Game tersebut sangat tidak bermanfaat dan merusak proses pendidikan  lantaran mengajarkan kekerasan terhadap guru,” imbuhnya.

Oleh karena itu, lanjut Khofifah, Ia berharap Kementerian Komunikasi dan Informatika segera mengambil langkah tegas dengan memblokir situs penyedia game tersebut. (d2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *