Siti Nurbaya: Prinsip Sensitif pada Persoalan Rakyat

BogorDetakpos-Perjalanan kepemimpinan Presiden Jokowi apabila dikaitkan dengan intelektual dan keilmua, mempertegas bahwa pemimpin tidak bisa asal-asalan, harus cermat dan memiliki landasan-landasan. Pancasila dan UUD 1945 (ideologis dan konstitusi), serta landasan operasional dan tentu berbagai atribut lain yang dibutuhkan seperti sensitifitas terhadap persoalan rakyat.

“Dalam buku “Jokowi Perjalanan Karya bagi Bangsa Menuju Cahaya” ini pandangan sangat prinsip dari Bapak Jokowi, bahwa keadilan itu sensitif terhadap persoalan rakyat.  Dan itu sangat tepat dan relevan dengan prinsip-prinsip apa gunanya pemerintah untuk rakyat,” papar Siti Nurbaya Bakar yang hadir sebagai Keluarga Alumi Institut Pertanian Bogor (IPB) saat menjadi pembicara kunci bedah buku Jokowi di Puri Begawan, Bogor, Minggu (3/2).

Siti mengungkapkan, sebagai anggota Kabinet Presiden Jokowi, dirinya menangkap cara kerja sehari-hari, juga hal-hal yang menjadi pemikiran Presiden termasuk kerja keseharian dalam berinteraksi dengan berbagai elemen bangsa.

“Saya bisa melihat dan merasakan  relevansi antara hal-hal yang tertulis dalam buku ini dengan kepemimpinan  nasional puncak sebagai Presiden RI dengan segala dinamika yang ada, mewarisi berbagai persoalan dan situasi yang harus terus dirajutkan secara tanggung renteng sebagai penaggung jawab pemerintahan RI,” ujarnya.

Dijelaskan, secara teori,  demokrasi membangun saluran untuk besuara serta menghasilkan pilihan yang baik supaya adil untuk rakyat. Itulah yang dibangun dan dikerjakan oleh Presiden Jokowi. Memberi ruang untuk bersuara, bertatap muka, mendengarkan hadir di tengah rakyat, memimpin di tengah rakyat, merasakan kesulitan rakyat. That is the Voice Concept.

“Tidak hanya berhenti di situ,  setiba di kantor,  di meja kerja bersama, dalam  Sidang Kabinet Paripurna atau Rapat Terbatas Kabinet, dibahas secara mendetil dengan situasi lapangan yang ada, maka pilihan-pilihan apa yag bisa diberikan dan harus diselesaikan untuk menjawab permasalahan rakyat yang dijumpai. Dan adalah tugas jajaran eksekutif untuk membangun artikulasi kepentingan tersebut dan menyiapkan pilihan-pilihan kebijakan untuk dipisahkan,” kata Siti Nurbaya.

Dalam diskusi bedah buku Jokowi yang dipandu mantan Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Cyrillus I Kerong tersebut berjalan cukup menarik karena mengupas sosok Jokowi dan mendalami kinerja yang selama ini sudah dilakukan Presiden.

Dengan semakin paham, maka para pendukung Jokowi bisa menularkan kebaikan Jokowi kepada masyarakat secara obyektif
Lebih seribu peserta yang tergabung dalam Keluarga Alumni IPB (Kam IPB) dan kampus-kampus se-Bogor Raya hadir mendengarkan paparan dari penulis buku Jokowi, Alberthiene Endah, juga pembahas dari IPB Imam Sugema, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bogor KH Mustofa Abdullah Bin Nuh, dan anggota DPR Budiman Sudjatmiko.

Siti Nurbaya  yang lulus dari Kampus IPB  S-1  (1979) dan S-3 (1998) menjelaskan style sosok kepemimpinan Jokowoi dari sisi teori politik pemerintahan (Politics, Andrew heywood 1962/2000 dan Keyconcepts in Politics, 2000) serta teori legitimasi (dalam Buku The right to rule; how states lose and win legitimacy) oleh Bruce Gilley (2009), bahwa pemerintah atau government adalah Operator Penyelenggaraan  Negara, untuk:

1)  Stability And Order; 2) Provide Material  Welfare; dan  3) Citizenship; serta  4) Promote Democracy.

Bila diurai lebih rinci maka  dapat  dilihat ciri-ciri masing-masing fungsi pemerintah tersebut.

Pertama, fungsi stability and order, dengan ciri: menjaga stabilitas dan keteraturan, menjaga keberlangsungan eksistensi negara dan menjamin survival Negara, mengatasi konflik, nendorong rekonsiliasi, pengembangan kebijakan, konsekwensi dan konsensus,  keseimbangan antara respon dan efektifitasnya.

Jadi,  ada kemampuan menyerap dan mengakomodasikan harapan rakyat dalam formulasi yang tetap menjaga efektifitas pemerintahan,  Peka terhadap faktor dan tekanan dari luar,  mampu mendorong kohesi sosial dan budaya serta penghormatan kepada kekuasaan negara  serta mendorong keadilan dalam arti sosial dan penegakan hak azasi manusia,” kata Siti Nurbaya.

Lalu fungsi kedua,  providing material welfare, dengan ciri : pertumbuhan, ekonomi, penanganan kemiskinan, distribusi barang kebutuhan, upaya mengangkat kesejahteraan, menjaga kepentingan sosial,  menjamin akses kebutuhan hidup dan menjamin peluang produktif.

“Sedangkan fungsi ketiga,  Citizenship, dengan ciri : kerkaitan dengan hak-hak sipil, hak politik dan hak sosial rakyat, berkaitan dengan kebebasan, kepemilikan dan kehormatan diri,  hak memilih dan dipilih dan ikut dalam kegiatan publik, hak sosial, jaminan untuk memperoleh status sosial pada standard yang paling minim sekalipun,: papar Siti Nurbaya.

Sebagai bagian akhir dalam kaitan tugas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), maka sesungguhnya gaya kepemimpinan Presiden Jokowi saat ini sangat relevan dalam mencapai tujuan pembangunan LHK. Karena yang dijaga oleh KLHK ialah berkiatan dengan hal-hal kedaulatan Negara dan produktivitas bangsa, kebijakan alokasi/distribusi, Perizinan;  Supervisi dan Pembinaan (stewardship), pengawasan, dan  penegakan Hukum.
“Hal ini berkaitan dengan posisi bahwa :  Hutan merupakan sumber plasma nutfah yang kaya keanekaragaman hayati. Lalu,  hutan merupakan sistem penyangga kehidupan dengan fungsi ekologi, ekonomi dan sosial. Kemudian, hutan merupakan komponen penting dalam perubahan iklim dan hutan merupakan pendukung pembangunan penyedia ruang/lahan,” ujar Siti Nurbaya.
Pewarta/Editor A Adib

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *