Sudigdo Adi: KBM Ormas Kaum Nasionalis Marhaenis-Soekarnois

Jakarta –  Detakpos – Ketua Umum Keluarga Besar Marhaenis Prof. Sudigdo Adi mengatakan KBM merupakan ormasnya kaum Nasionalis-Marhaenis-Soekarnois yang tidak berafiliasi pada satu partai, tetapi kadernya ada di semua partai, juga dari berbagai kalangan lainnya.

“Saatnya para nasionalis marhaenis utk bersatu memperjuangkan hak-hak rakyat dan mngaktualisasikan ajaran Bung Karno terutama kepada generasi muda,” kata dia dalam acara syukuran dalam peresmian Sekretariat dan Refleksi Akhir Tahun 2017 di Jakarta, Sabtu (16/12).

Dalam diskusi juga hadir nara sumber Wakil Ketua Umum Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia (ISRI) Prof. Hariyono, Sekretaris Dewan Ideologi Keluarga Besar Marhaenis (KBM) Eros Djarot dan Ketua Bidang Ekonomi Kerakyatan KBM DR. Revrisond Bawsir.

Waketum ISRI Prof. Hariyono menyampaikan bahwa memori kolektif kebangsaan, persatuan, rela berkorban harus digaungkan kembali, bila tidak fundamentalisme agama dan pasar akan mengisi ruang publik.

Tantangannya sarjana Indonesia tidak hanya mengedepankan teori-teori yang ada, ilmu positivistik masih mendominasi dalam pembacaan di bangku-bangku sekolah.

“Sarjana Indonesia harus sadar bahwa sebuah teori/ilmu lahir dalam realitas. Kita harus berani menggali teori-teori yang berbasis realitas masyarakat dan bangsa kita,” ucapnya.

DR. Revrisond Bawsir menyampaikan bahwa Negara ini didirikan oleh pemuda-pemudi yang berperspektif sosialis yang pangkalnya ada 3 (tiga) yaitu Muhammad, Marx, dan Marhaen. Keistimewaan Sukarno adalah memudahkan rakyat mencerna pada ajaran Marhaenisme.

“Efek dari perang dingin misalnya teori pertumbuhan ekonomi yang dibangun Rostow awal tahun 1960an dan buku tersebut diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pada tahun 1965,” katanya.

Ia menyebutkan judul asli buku Rostow adalah THE STAGES OF ECONOMIC GROWTH A Non – Communist Manifesto Indonesia terjemahannya dihilangkan sebagian.

Sedangkan piramida kekayaan keuangan dalam paparan DR. Revrisond antara lain :
– 0,7 persen penduduk dunia menguasai 45,9 persen kekayaan dunia dengan nilai rata-rata perorang berjumlah kurang dari US$ 1juta (Rp.13,5 miliar)- 7,9 persen penduduk dunia menguasai 39,7 persen.Kekayaan dunia dengan nilai rata – rata per orang berkisar antara US$100 ribu hingga US$1 juta (1,35 miliar – 13,5 miliar )

– 21,3 persen penduduk dunia menguasai 11,6 persen kekayaan dunia dengan nilai rata -rata per orang berkisar antara US $10ribu hingga US$100ribu (135juta-1,35 miliar) – 70,1 persen penduduk dunia hanya menguasai 2,7 persen kekayaan dunia dengan nilai rata – rata per orang berjumlah kurang dari US$10ribu (Rp 135 juta).

Pada kesempatan itu Eros Djarot yang juga Budayawan itu lebih mengupas persoalan kebangsaan dari perpektif budaya mengatakan bahwa yang kita hadapi adalah realita hari ini yang mana suara kapitalisme lebih kuat dari pada suara nasionalis yang masih sayup-sayup.

“Marhaenisme adalah teori perjuangan yang perlu dirawat dan disuarakan,” ujarnya.

Tidak hanya itu, katanya, pentingnya organ-organ Nasionalis-Marhaenis seperti KBM, ISRI untuk terus mengkaji dan membumikan pemikiran, ajaran Bung Karno, yang menarik yang perlu dicermati sebagaimana Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 yang mana memeras Pancasila menjadi Ekasila, gotong-royong.

“Itu adalah kekuatan mendasar bangsa Indonesia yang perlu diuraikan.Selain itu pentingnya Budaya sebagai benteng nasionalisme dari situasi kondisi kekinian yang sedang terjadi,” ucapnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *