Tangsel Paling Banyak Lokasi Aksi Terorisme di Banten

Tangerang SelatanDetakpos-Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Banten, menyebut tingkat kerawanan Kota Tangerang Selatan terhadap bahaya radikalisme dan terorisme sangat tinggi.

Kota ini menduduki ranking pertama lokasi aksi terorisme di Banten.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Bidang Pemberdayaan Pemuda FKPT Banten, Ikhwanuddin, saat menyampaikan laporan panitia di pembukaan kegiatan Workshop Lomba Video Pendek BNPT 2018 di kampus Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, Kamis (7/6/2018).

Dikatakan, dari 30 kasus terorisme yang terjadi di Banten, 23 di antaranya tercatat ada di Tangerang Raya. “Tangerang Raya itu meliputi Kota Tangerang Selatan, Kota dan Kabupaten Tangerang. Dan Tangerang Selatan paling banyak, ranking satu,” kata Ikhwanuddin.

Catatan itulah yang pada akhirnya menjadi alasan FKPT Banten memilih Tangerang Selatan sebagai lokasi dilaksanakannya kegiatan Workshop Lomba Video Pendek BNPT. Alasan lainnya adalah posisi Tangerang Raya sebagai daerah penyangga ibukota negara.

“Kami menilai diperlukan sebuah treatment khusus agar radikalisme tidak semakin berkembang di Tangerang Raya, salah satunya dengan penguatan nasionalisme melalui kegiatan semacam ini,” jelasnya.

Saringan TerorismeRektor Universitas Pamulang, Dayat Hidayat, menyambut baik dilaksanakannya kegiatan pencegahan terorisme di kampus yang dipimpinnya. Dia juga sepakat Kota Tangerang Selatan memiliki kerawanan tinggi terhadap bahaya radikalisme dan terorisme.

“Kampus kami memiliki delapan puluh dua ribu mahasiswa, tidak hanya dari Banten saja, tapi seluruh Indonesia. Jika tidak dikelola dengan baik, tidak dipantau secara berkala, ini adalah potensi (lahirnya radikalisme),” kata Dayat.  

Dia lantas menyerukan kepada mahasiswanya yang turut hadir di kegiatan untuk menyimak dengan baik setiap informasi dan materi yang disampaikan.Universitas Pamulang, masih kata Dayat, tidak tinggal diam menyikapi kerawanan tinggi Kota Tangerang Selatan terhadap radikalisme dan terorisme.

Pihaknya sudah melakukan penyaringan secara ketat terhadap potensi masuknya radikalisme dan terorisme sejak proses penerimaan mahasiswa. “Tahun lalu kami menerima dua puluh satu ribu mahasiswa baru. Sejak mereka daftar kami sudah seleksi. Kami lihat caranya berpakaian, caranya berkomunikasi dan bagaimana mereka menyikapi keragaman di kampus,” pungkas Dayat.(dib)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *